“Ingat Elang, kau tak sendirian menancapkan cakarmu di negeri Gajah, kau akan sangat mudah untuk dimangsa para Naga kapan saja jika tanpa perlindunganku”
“Benar Paduka”
“Segera perbaiki kuda-kudamu, kamu akan terkejut jika ternyata para Gajah tak se-naif yang kau kira”
“Benarkah Paduka? Bukankah pada saat ini Gajah telah lupa asal-usul? Tak mengerti yang terjadi hari ini , dan tak punya proyeksi masa depan. Mereka saling beseteru satu sama lain, tidak punya cakrawala, tidak punya kemerdekaan mengemukakan pendapat, kesibukan utamanya adalah mengurusi hal-hal sepele dan remeh temeh. Teknologinya rendah, cara pandangnya linier, dan masih banyak para Gajah yang menganggap bahwa ancaman terbesar mereka adalah Kampret”
“DIAM!!Kau terlalu sok tahu!”
“Ampuun Paduka, mohon petunjuk paduka”
“INGAT! Para Gajah itu mau melakukan itu semua karena mereka masih punya satu cita-cita yang sama. Yakni membangun negeri yang Tuhan mereka kehendaki. Mereka mungkin berhasil kau bodohi sampai ke tai-tainya. Tapi niat awal mereka tak akan mereka lupakan. Mereka pasti akan menanyakan jawaban. Jawaban! Dan, jawaban itu semakin kau jauhkan maka jangan salah jika kelak ada Gajah berkempompong dan kemudian lahir menjadi Gajah bersayap yang bisa terbang melebihimu dan bisa melesat lebih cepat daripada Naga”
_Elang terpingkal-pingkal dalam hati dan membatin “sepertinya paduka ini mulai pikun dan suka berkhayal” qiqiqiqiqi….. wekekekek…. Wahahahaha…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H