Mohon tunggu...
Humaniora

Pria Utama Jawa

28 Oktober 2016   15:22 Diperbarui: 28 Oktober 2016   15:40 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam banyak hal, perkataan visual ini lebih indah dan menyenangkan untuk diterima. Seseorang yang 'dinasehati’ tidak sedang dituding-tuding atau dikuliahi. Seseorang yang 'dinasehati’ merasa sedang menasehati dirinya sendiri yang beranjak kesadarannya melihat sebuah peristiwa yang dia amati sendiri dan ditemukan hikmahnya sendiri. Itulah cara bernasehat yang paling diinginkan manusia. Tidak ada paksaan dan tidak pula digurui. Manusia ingin mengalami menggapai sendiri pengetahuan yang bukan hasil tuangan teori oranglain, melainkan ingin menuangkankan diri dalam kehidupan sebagai bagian ayat Gusti Allah yang memperkatakan sesuatu (baik secara audio ataupun visual) secara otentik.

Dari sekian banyak yang menghampar untuk menjadi simbol perkataan visual. Kenapa kuda yang dipilih, sepertinya bukan asal-asalan. Bahkan pilihan kata Turonggo untuk menyebut kuda pun bukan tanpa makna.

Turonggo, adalah kendaraan yang disepakati tanpa ada konvensi global untuk menyepakati kuda sebagai alat transportasi. Belahan bumi yang beragam iklim, cuaca, geografi, telah tiba-tiba menyepakati untuk menggunakan kuda sebagai fungsi yang sama. Karena tiap-tiap adalah bacaan, karena tiap-tiap titah itu menyampaikan sesuatu, sebagian besar orang di bumi adalah pihak yang dianjurkan membaca dan mengamalkan kembali bacaannya dalam kehidupan.

Bahwa dalam membaca satu obyek, seseorang yang satu dengan satu orang yang lain yang berada pada jarak yang sangat berjauhan baik jarak ruang maupun jarak waktu, mereka bisa menghasilkan kesimpulan bacaan yang sama atau mirip. Jadi bahasa visual adalah bahasa universal.

Termasuk dalam melihat kuda. Apa yang dibawa kuda ditangkap secara impresif fungsi dan kelebihannya. Kelebihan kuda bukan pada susu, bukan pada daging, namun tenaga yang baik, kecepatan yang baik, estetika bentuk yangbaik, dan kegagahan yang mempesona.

Kenapa manusia berkecenderungan kagum pada tenaga atau kekuatan?
Kenapa manusia lebih terdorong untuk menggandrungi kecepatan?
Kenapa manusia berkecenderungan menyukai estetika bentuk yang indah?
Kenapa manusia cenderung terpesona pada kegagahan?
Karena manusia memiliki kecenderungan memilih menjadi yang terbaik. Terbaik adalah kekuatan dlsb.

Karena manusia memiliki getaran bawah sadar bahwa kehidupannya di dunia adalah berlomba-lomba dalam kebaikan. Getaran bawah sadar ini mendorong pada sikap seseorang untuk menjadi yang terbaik. Untuk tampak terbaik harus ada ukuran-ukuran. Untuk diakui sebagai yang terkuat harus ada yang lebih lebih lemah. Untuk diakui sebagai yang tercepat harus ada yang lebih lemah.Untuk menjadi yang tergagah harus ada yang lebih mbiyeyet. Kemudian agar skalaitu adil, maka dorongan untuk menjadi yang 'ter’ ini terukur pada satu fenomena lomba. Lahirlah banyak perlombaan yang terus dikembangkan dengan memakai tolak ukur-tolak ukur tersebut.

Pada titik seperti ini, manusia telah melupakan getaran lembut di dalam hatinya tentang berlomba-lomba dalam kebaikan. Yang terjadi justru berlomba-lomba dalam eksistensi.
Terminologi 'TURONGGO’ bermaksud mengingatkan kembali hubungan fitrah tersebut dalam bentuk prilaku utomo. Kuda yang memiliki kekuatan tak bertanding melawan kekuatan dengan kambing. Kuda yang memiliki kecepatan tidak dipakai untuk bertanding dengan sapi. Kuda yang memiliki kegagahan tidak memperbandingkannya dengan babi. Semua potensi kuda dipersembahkan bagi kehidupan untuk membantu kehidupan berjalan lebih kuat, lebih cepat, lebih gagah dalam kebaikan.

Demikianlah, kita diajarkan oleh kuda yang menyediakan badannya untuk mempermudah urusan orang. Kuda berkata-kata dengan fungsinya, bukan dengan lesannya. Dan perkataan fungsi ini langsung menembus batas bahasa, budaya, bahkan agama. Bahasa yang dimengerti semua kalangan dan latar belakang.

4. CURIGO ~ Pusoko ~ Keris
Sepuh Wutuh Tangguh. 

Koleksi Pribadi
Koleksi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun