Mohon tunggu...
Nurfi Majidi
Nurfi Majidi Mohon Tunggu... Bankir - 25 tahun menjalani aktivitas di sebuah bank BUMN. Saat ini ingin lebih fokus melakukan perjalanan ke dalam agar menemukan makna hidup yg sejati

Bermimpi , berpikir dan bertindak sederhana

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Banyak Orang, Sedikit Orang, Tidak Ada Orang

20 Januari 2014   18:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:39 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kesempatan pulang kampung sebulan lalu, ada kesempatan untuk bapak tilas masa kecil 30 an tahun yang lalu. Sungai di belakang rumah mempunyai kenangan yang mendalam karena di situlah sebagaian masa kecilku bermain air. Bukit di seberang sungai juga menyisakan kenangan serunya permainan tembak-tembakan model anak kampung. Sungguh sangat menyenangkan bermain dengan temen-temen kampungku.

Seiring perjalanan waktu, lulus SD aku melanjutkan SMP di pinggiran kota Yogyakarta, diteruskan ke SMA hingga selesai kuliah di UGM Pergaulanku pun semakin luas, semakin kenal banyak orang dari berbagai macam suku bangsa. Lulus kuliah langsung merantau ke Jakarta, ibukota negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian dan pusat hiruk-pikuk kehidupan sosial dan politik negara.

Kalau direnungkan, memang siklus perjalanan hidup kita melalui beberapa wilayah keramaian ; tidak ada orang - sedikit orang -banyak orang-sedikit orang - tidak ada orang. Kehidupan dimulai dari tidak ada orang dan diakhiri tidak ada orang kembali, yaitu kehidupan sebelum lahir dan sesudah mati. Kita lahir. Lalu dikerumuni sedikit orang. Semakin dewasa semakin banyak orang di sekitar kita.

Kekayaan, kekuasaan, jabatan dan popularitas membawa kita dari wilayah sedikit orang memasuki wilayah keramaian banyak orang. Wilayah ini adalah wilayah yang paling menarik untuk dimasuki. Tahun 2014 menjadi tahun hajatan banyak orang untuk memasuki wilayah banyak orang. Berbagai macam cara dilakukan agar bisa masuk ke wilayah ini. Di sisi lain, wilayah inilah yang paling banyak godaan dan paling sering manusia terpeleset dan jatuh. Semua pesakitan KPK adalah berasal dari wilayah keramaian banyak orang. Namun begitu, kita tidak kapok-kapok juga untuk berebut menghirup udara wilayah yang dikerumuni banyak orang ini.

Saat usia mulai menua, fisik sudah tidak sekuat dulu, jabatan sudah dipensiunkan, popularitas mulai meredup, manusia memasuki wilayah sedikit orang lagi. Perlahan tapi pasti, orang-orang mulai menjauh. Apalagi kalau orang-orang yang di sekitar kita berkerumun bukan karena diri kita tetapi karena atribut yang menempel di luar diri kita. Begitu atribut itu sudah tidak kita kenakan, maka orang-orang pun menjauhi kita. Bagi yang sudah terkooptasi dengan kehidupan banyak orang, maka memasuki wilayah sedikit orang, dia akan stres. Sudah semakin sedikit yang memberikan tepuk tangan dan memuji. Dia sudah ditinggalkan dan tidak dikenal orang.

Dan terminal akhir adalah kita memasuki wilayah tidak ada orang. Kita sudah tidak berwujud orang, namun hanya jiwa dan iman dengan setumpuk amalan baik saja yang menghadap. Yang Maha Akhir.

Lalu bagaimana caranya agar saat memasuki wilayah sedikit orang bahkan wilayah tidak ada orang, kita tetap merasa nyaman dan selamat ? Tidak lain adalah saat kita berada di wilayah banyak orang, kita lebih sering memasuki wilayah sedikit orang. Saat bekerja di siang hari, kita dikerumuni banyak orang, namun di tengah malam yang sunyi kita lebih sering meluangkan diri untuk menikmati wilayah sedikit orang dan hanya berkomunikasi dengan diri sendiri dan menghadap yang Maha Menguasi seluruh wilayah keramaian, Allah SWT. Tidak perlu pula kita mengumumkan kepada orang lain bahwa kita suka memasuki wilayah sedikit orang. Nanti jadinya kita balik lagi ke wilayah banyak orang . Kita berharap dipuji atau paling tidak dianggap sebagai orang sholeh oleh banyak orang.

Selain tengah malam, kehidupan sedikit orang itu ada di bangsal-bangsal rumah sakit, pantii yatim, panti jompo dan kampung-kampung miskin. Di situ kita akan ketemu dengan orang-orang pinggiran yang jauh dari keramaian.

Dengan sering mengunjungi wilayah sedikit orang, Insya Allah hati kita tetap Istiqomah di wilayah manapun. Yang jelas, seramai apapun saat ini kita dikerumuni orang, ujung perjalanan hidup adalah wilayah lorong panjang tanpa orang lain yang harus kita hadapi sendiri, kematian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun