Ketika saya menemui Bu Lika di Kepanjen, melihat aktivitas para pekerja yang sedang memproduksi boneka serta hasil karyanya yang terpajang. Saya kagum dengan perjuangan Bu Lika dapat berkembang sampai sejauh ini. Sebagai UKM, jalan penuh liku pasti sudah dijalaninya. "Apa kunci kesuksesan Kibo?" tanya saya.Â
Bu Lika menjawab, "Saya konsisten!" Kemudian tangisnya pecah dalam isakan,"Saya dulu sering dihina orang karena miskin, karenanya saya harus kaya, harus keluar dari desa sini!" Suaranya bergetar dan air matanya berlinang. Beliau teringat masa lalunya yang pahit.
"Dulu untuk masuk SMA, ayah saya sampai harus jual sapi. Karenanya setelah lulus, saya bekerja di Malang, saya bertekad harus bisa "menjajah" Malang. Maksudnya dapat mempekerjakan orang-orang di situ," terangnya.
Rupanya kenyataan pahit yang pernah dialaminya justru menjadi lecutan untuk bisa terus berusaha dan belajar meraih prestasi seperti sekarang ini. Perkembangan Klinik Boneka miliknya tak lepas dari upaya-upaya kreatif, inovatif dan terus belajar yang dilakukannya.
Bu Lika juga selalu terbuka dengan pembinaan Dinas Perindustrian di Malang, mengikuti trend yang sedang berkembang sehingga boneka-boneka produksinya dapat diterima pasar yang luas. Ketrampilan yang dimilikinya selalu diasah untuk bisa menghasilkan produk-produk yang berkualitas, seperti bahan-bahan boneka buatannya menggunakan kain-kain kualitas impor, pemasangan handtag Kibo di setiap boneka agar nampak lux.
Penambahan aksen bordir makin mempermanis penampilan kreasinya. Saat ini produk yang dibuat, meliputi boneka yang sedang trend, bantal, boneka untuk souvenir, sajadah 3 dimensi dan lain-lain hingga mencapai 700 produk. Selain pemasaran online produknya juga dijual di toko oleh-oleh dan berbagai hotel.
Kesuksesan Bu Lika tak lepas dari dukungan suaminya, Agus Prasetyo, yang tak segan turun tangan membantu. Masih panjang jalan yang terbentang, peminat boneka selalu ada dari generasi ke generasi. Sukses selalu untuk Bu Lika, semoga cita-cita untuk dapat mendirikan pabrik tercapai, ya Bu!
Oleh : Majawati Oen
 Catatan  :  Sebagian  foto  pada  artikel  ini  diambil  dari  sosial  media  narasumber.  Penggunaannya  sudah  seizin  narasumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H