Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menyiasati Era Bonus Demografi : Jangan Manja, Jadilah Petarung!

21 September 2016   11:51 Diperbarui: 21 September 2016   12:14 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo buruh menuntut kenaikan upah (sumber gambar :https://i1.wp.com/www.jurnalasia.com/wp-content/uploads/2015/09/Demo-Buruh-Istana-010915-wpa-1.jpg)

Tersedianya berbagai fasilitas dan melubernya barang-barang konsumsi seolah menggoda iman untuk memiliki. Bahkan banyak yang memaksakan diri untuk membeli meskipun belum mampu dengan mengandalkan cicilan. Sudah terbukti pertumbuhan ekonomi di negara kita selalu sebanding dengan daya beli masyarakatnya yang sangat tinggi. Apalagi masyarakat Indonesia begitu mudah tergoda dengan trend baru, dalam wujud benda maupun jasa. Tanpa pengendalian yang baik, maka bonus demografi akan tidak dapat dinikmati sebagai berkah oleh warganya. Meskipun negara akan sangat diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus. Tanpa disertai kesadaran untuk mengendalikan pola konsumtifnya maka hasil kerja yang diperoleh tak sempat diinvestasikan jangka panjang, hanya dinikmati sesaat. Ketika tiba generasi ini memasuki usia tidak produktif, mereka tak memiliki cukup dana membiayai hidup di masa pensiun. Di sinilah beban negara juga akan terasa berat, karena jumlah mereka yang besar.

Demo buruh menuntut kenaikan upah (sumber gambar :https://i1.wp.com/www.jurnalasia.com/wp-content/uploads/2015/09/Demo-Buruh-Istana-010915-wpa-1.jpg)
Demo buruh menuntut kenaikan upah (sumber gambar :https://i1.wp.com/www.jurnalasia.com/wp-content/uploads/2015/09/Demo-Buruh-Istana-010915-wpa-1.jpg)
Tanggung jawab pribadi Generasi di era Bonus Demografi

Pada akhirnya era bonus demografi sebenarnya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing orang. Apa yang akan Anda perbuat sebagai generasi yang berada di era ini? Siap atau tidak siap, saat ini bangsa Indonesia mulai menuju era bonus demografi itu.  Yang jelas di masa itu persaingan kerja akan sangat sengit. Mungkin ada banyak lapangan kerja, tetapi Anda belum tentu tertampung di sana? Oleh sebab itu JANGAN MANJA, JADILAH PETARUNGdi era bonus demografi!

Mengenali kemampuan, bakat dan minat sejak dini adalah sangat penting. Temukan sekolah dan perguruan tinggi yang dapat mengasah kemampuan, bakat dan minatmu. Sehingga selepas dari sana siap terjun ke dunia kerja serta memiliki kualitas yang diperhitungkan. Saat ini masih banyak ditemui para murid kelas 3 SMU, masih belum tahu arahnya ke mana? Padahal salah masuk jurusan benar-benar akan membelokkan jalan menuju prestasi dan membuang waktu.

Angkatan kerja di era bonus demografi juga harus siap bekerja apa saja. Salah besar kalau masih terlalu milih-milih pekerjaan, karena sebenarnya setiap pekerjaan  membutuhkan keahlian. Ketika diberi kesempatan, tak ada salahnya mencoba dan menjawab tantangan tersebut. Harus berani mencoba yang baru dan bersusah payah memecahkan masalah. Bukan zamannya lagi menanti tawaran yang sesuai keinginan dan diburu oleh perusahaan yang membutuhkan tenaga kita. Model seperti ini akan terlibas dan tak mendapat kesempatan berkarya.

Tak pilih-pilih pekerjaan juga berarti sanggup bekerja keras, tanpa perhitungan tenaga dan jam, tetapi fokus pada tujuan. Saya pernah mendapat keluhan dari seorang bos yang pegawainya malas-malasan dan terlalu banyak alasan saat mendapat tugas. Padahal di mana kita bekerja, di situ kita harus mengikuti ritme kerjanya. Kalau masih suka enak-enakan, tidak tertib dan gampang cabut, ya... siap-siap saja kehilangan waktu mendapat kesempatan. Keluar dari sana, sudah ada orang lain yang menggantikan pekerjaan itu.

Perlu disadari, saat usia masih muda mendapat pekerjaan itu lebih mudah. Banyak pencari kerja yang mau menerima meskipun tanpa pengalaman kerja dan pendidikan yang minim. Waktu ini memberi kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih baik seiiring waktu. Tetapi kenyataannya lebih banyak tenaga kerja yang memilih masuk – keluar tempat kerja, hanya karena tergiur upah sedikit lebih tinggi atau pekerjaan yang lebih ringan. Mereka lupa karier perlu dirintis dan posisi harus naik seiring waktu, apalagi bagi yang berpendidikan minim.

Era bonus demografi juga memberi peluang usaha berbasis teknologi, oleh sebab itu mereka yang menguasai teknologi dan dapat mengaplikasikannya berpeluang untuk berjaya. Selain keuntungan besar didapat dalam waktu singkat, juga membuka lapangan kerja. Contohnya bisnis Startup, yang terbukti dapat melahirkan pengusaha dengan penghasilan melangit dalam waktu sekejap. Melalui sosial media siapapun berkesempatan unjuk bisnis ke masyarakat luas dengan modal kecil. Inilah kesempatan bagi siapa saja untuk memulai bisnis.

Bisnis Startup Indonesia (sumber gambar : http://www.jurnalweb.com/wp-content/uploads/2016/01/startup-indonesia-local.jpg)
Bisnis Startup Indonesia (sumber gambar : http://www.jurnalweb.com/wp-content/uploads/2016/01/startup-indonesia-local.jpg)
Angkatan kerja juga sudah saatnya memburu peluang kerja di daerah. Merintis usaha di daerah memberi peluang berjaya dalam jangka panjang dan minim persaingan. Sektor pertanian, peternakan dan perkebunan mulai ditinggalkan orang. Mereka berpindah profesi karena mereka masih menggunakan cara-cara tradisional. Generasi muda yang datang ke daerah dengan kerativitas dan inovasinya tentunya akan berbeda dalam menggarap lahan tersebut. Inilah peluang yang selama beberapa tahun belakangan ini terabaikan. Para generasi muda lebih memilih kerja di belakang meja.

Peluang belajar dan bekerja di luar negeri juga perlu diraup. Mencari informasi bea siswa ke luar negeri untuk menimba ilmu di sana bisa menambah ilmu dan wawasan generasi muda dan mampu bersaing di dunia kerja. Melimpahnya tenaga kerja di Indonesia membuat persaingan kerja semakin sengit, oleh sebab itu mencoba mencari pekerjaan di luar negeri juga merupakan salah satu kesempatan bagi angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan di negara lain.

Saat ini pekerja terbesar di sektor industri adalah sebagai buruh. Sudah beberapa tahun terakhir buruh selalu menuntut kenaikan Upah Minimal setiap tahunnya. Padahal upaya itu sebenarnya juga dimanfaatkan oleh pelaku pasar, sebelum kenaikan upah disetujui barang-barang sudah dinaikkan. Akibatnya meskipun setiap tahun dinaikkan, ya tetap saja tak terasa kenaikannya. Pola kenaikan upah berkala secara masal ini seharusnya sudah tidak diberlakukan lagi. Kenaikan gaji buruh berdasarkan evaluasi hasil kerja mereka dan masa kerjanya, dan tak perlu diekpos oleh media secara besar-besaran. Keadaan ini sebenarnya merugikan para pihak yang terlibat di industri itu sendiri, baik pengusaha maupun buruh. Apabila banyak pabrik dipindahkan untuk mengatasi masalah upah minimum, maka tenaga kerja yang jumlahnya ribuan itu akan kehilangan lapangan kerja serentak. Sementara di luar sana juga begitu banyak tenaga kerja yang juga mencari kerja. Hal ini menjadi lingkaran setan problem perburuhan yang tak kunjung henti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun