Jam delapan pagi lewat sepuluh menit saya memarkir mobil saya di dekat pintu masuk Hutan Kota Malabar, yaitu di pertigaan Jalan Malabar dan Merbabu, kota Malang. Ternyata pintu pagarnya masih tertutup. Memarkir mobil di situ juga kurang pas tempatnya, meskipun jalanan di situ jarang di lewati kendaraan. Terlihat ada petugas kebersihan yang sedang lewat di sekitar situ, saya pun bertanya,
”Belum buka, ya Pak?”
“Biasanya sudah, Bu! Mungkin sebentar lagi.”
”Bisa lewat belakang, Pak?”
“Bisa Bu, sudah buka di sana!”
![Pintu Masuk Hutan Kota Malabar di pertigaan Jalan Merbabu dan Malabar (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-1-57710291759373fd1c954f93.jpg?t=o&v=770)
Saya masuk melalui pintu belakang yang sudah dibuka. Jalan setapak yang telah dipasang paving menjadi petunjuk jalan untuk melalui alur yang bisa dilewati pengunjung. Masih sepi, saya hanya bertemu dua orang pemuda yang sedang foto-foto, seorang bapak lanjut usia yang jalan pagi dan sekelompok remaja wanita yang sedang istirahat karena habis jogging.
Teduh sekali berada di lokasi itu, pepohonan yang tinggi-tinggi berderet rapat di tempat itu. Suara beraneka burung yang sedang bermain dengan teman-temannya benar-benar serasa menyatu dengan alam. Wow... sensasi hutannya benar-benar terasa. Padahal saat ini saya sedang berada di tengah kota Malang.
![Papan informasi Sejarah Hutan Kota Malabar (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-c-5771030a759373b81c954fab.jpg?t=o&v=770)
Namun sejak tahun 2013 mulai digalakkan penghijauan, sejak itulah peran serta masyarakat dan perguruan tinggi mulai menggalakkan penanaman pohon di situ. Hingga jumlah pohon saat ini berkisar 1500 pohon yang beraneka macam jenisnya. Sejarah Hutan Kota Malabar terpampang di lokasi itu.
![Bangku tempat beristirahat, kolam reservoir, beberapa tempat sampah (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-3-5771036663afbd1408e2eab7.jpg?t=o&v=770)
![Jalan berpaving dari Plasa 2 1 ke Plasa 2, suasana hutannya terasa sekali. (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-a-577103f3947a61be05ec04a8.jpg?t=o&v=770)
Kolam resapan air masih ada di bagian belakang. Ada dua plasa di lokasi ini, sebutan untuk bundaran yang dijadikan pusat titik temu. Tempat sampah tersedia di berbagai sudut lokasi. Tersedia pula bangku-bangku untuk pengunjung duduk dan jogging track untuk yang berolah raga. Lampu-lampu juga dipasang di lokasi ini.
Andai tidak ada revitalisasi Hutan Kota Malabar, saya yakin masyarakat hanya akan lewat saja di sekelilingnya. Tak akan ada interaksi antara tempat itu dengan manusia. Sekarang kita bisa menikmati sensasi hutan dengan berjalan-jalan di lokasi itu.
Sebelum ada revitalisasi kesannya kumuh, seram. Setelah revitalisasi, Hutan Kota Malabar menjadi punya daya tarik untuk dikunjungi dan punya nilai manfaat lebih. Memasuki kawasan Hutan Kota Malabar benar-benar merasakan seperti berada di hutan, namun tidak seram. Masyarakat juga bisa menuai manfaat sebagai tempat olah raga, relaksasi, edukasi dan rekreasi.
![Lokasi Plasa 1, rindang di tengah pepohonan. (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-b-577104610523bd5907a78604.jpg?t=o&v=770)
Ada juga keluhan taman kota dijadikan tempat pacaran di malam hari. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terpaksa dipasang lampu-lampu untuk menerangi. Padahal lampu-lampu itu kurang baik pengaruhnya bagi tumbuhan dan hewan di sekitar taman. Saat ini cukup banyak taman kota di Malang yang juga direvitalisasi dengan dana CSR.
Pengawasannya masih sangat diperlukan, sebab tanpa pengawasan dalam waktu singkat bisa terjadi ada barang yang dicuri atau dirusak. Di sinilah dibutuhkan kesadaran dari masyarakat Malang khususnya untuk bisa ikut serta merawat dan menjaga fasilitas tersebut. Tak guna, bila kita hanya membangun, merevitalisasi, tetapi tidak diimbangi dengan mental masyarakatnya untuk bisa saling menjaga dan merawat. Manfaatnya hanya diperoleh diawal saja, kemudian terbengkalai lagi.
![Papan nama tertancap di depan pohon, papan nama yang telah dirusak tangan jahil, manfaat kolam reservoir di Hutan Kota Malabar (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-2-577104b0dc22bd6112242172.jpg?t=o&v=770)
Bila sebelum revitalisasi, lokasi itu seolah terpisah dari manusia, sekarang bisa menyatu dengan masyarakat Malang. Keberadaan hutan kota ini akan menumbuhkan rasa cinta dan kesadaran masyarakat akan pentingnya ruang terbuka hijau. Sensasi hutan kota ini membuat kita merasa rileks saat berada di sana, teduh berada di bawah pepohonan yang tinggi. Suara-suara burung beraneka macam serasa menggelitik batin.
Denah Hutan Kota Malabar bisa menjadi petunjuk pengunjung untuk mengetahui arah yang dilewati. Petunjuk mengenai manfaat berlari pagi juga terpampang di dekat pintu masuk dari arah Jalan Malabar. Toilet pun tersedia sebagai fasilitas bagi pengunjung, namun area bermain tidak tersedia di sini. Tempat ini memang bukan layak untuk bermain-main bagi anak-anak. Tetapi bagi Anda yang sedang ingin menyepi, mencari inspirasi, belajar bersama di ruang terbuka, menghirup udara segar akan menjadi tempat yang asyik sekali. Masuknya gratis.
![Denah Hutan Kota Malabar, Pepohonan tinggi saat difoto dari arah bawah, Petunjuk hidup sehat melalui olah raga lari. Selfie berlatar belakang hutan. (dok pri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/27/hutan-malabar-4-57710546717e619b18df7511.jpg?t=o&v=770)
Oleh : Majawati Oen
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI