Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, menjadi kaya akan budaya. Salah satu kreasi budaya itu adalah kuliner tradisionalnya, hal itu biasanya dipengaruhi oleh adat istiadat, kepercayaan dan kekayaan alam di daerahnya. Tapi kenyataan ini terbantahkan dengan Nasi Buk Madura, salah satu kuliner legendaris kota Malang yang dijual oleh suku Madura yang tinggal di Malang. Sejak puluhan tahun yang lalu Nasi Buk dikenal warga Malang. Rasanya yang khas dan mantap, lauknya yang beragam, sayur lodehnya yang maknyus, dendeng rempahnya yang gurih membuat orang selalu mencari kuliner satu ini. Tadinya saya mengira kuliner ini berasal dari asal pembuatnya, yaitu Pulau Madura. Alangkah terkejutnya ketika saya menanyakan kepada penjualnya yang sudah merupakan generasi ketiga, bernama Mbak Dewi. Nasi Buk Madura adalah asli kuliner kota Malang. Nah loh....!!
Sejarah Nasi Buk
Dari sejarahnya, para penjual nasi Nasi Buk berasal dari Desa Banjeman (dibaca : Bayeman) Bangkalan - Madura. Mereka mulai hijrah ke Malang sejak puluhan tahun yang lalu dan tinggal di daerah Kotalama, sekarang Jalan Laksamana Martadinata, tepatnya di Gang Madiun. Sejak tinggal di sanalah mereka memulai usaha jualan nasi kreasi mereka. Sebutan Nasi Buk justru munculnya dari para pembeli yang saat itu yang menggemari jualan mereka yaitu dari kalangan Tionghoa. Ibu penjualnya sering disebut "Buk" yaitu sebutan untuk wanita Madura. Saat itu penjual nasi ini menjual dagangannya secara berkeliling. Nasi dan lauk pauknya ditempatkan di keranjang rotan yang digendong di pinggang. Kala itu kita bisa menemui penjual itu di seputaran daerah Pecinan dan Kotalama.
Salah satu penjual Nasi Buk Madura yang mangkal yaitu di Gang Semarang, Pecinan (sekarang Jl. Pasar Besar). Sejak itu Nasi Buk Gang Semarang makin dikenal masyarakat, meskipun tetap ada penjual nasi buk yang keliling. Saat ini Nasi Buk Gang Semarang bisa ditemui di daerah Jalan Kidul Dalem kota Malang. Selain itu masih banyak penjual Nasi Buk Madura yang lain, yaitu Nasi Buk Matirah di daerah Stasiun Kota Baru, ada yang di Jalan Tenaga, di Jalan Pulosari dan beberapa tempat lain. Nasi Buk Bu Djalal adalah tempat Mbak Dewi berjualan. Namun semuanya masih tetap di kota Malang. Para penjual Nasi Buk Madura ini adalah generasi penerus yang turun temurun. Dari penuturan Mbak Dewi, saya mengetahui bahwa sempat ada orang yang mencoba untuk membuka usaha ini dan ibunya yang mengajari. Pada kenyataannya juga tak sanggup melanjutkan. "Berjualan Nasi Buk itu njlimet (banyak tahapannya) dan makan waktu yang panjang untuk proses pembuatannya. Untuk persiapan saja, mulai jam 2 pagi. Sepulang buka warung masih melanjutkan lagi!" tandasnya. Jadi hingga saat ini Nasi Buk Madura hanya ada di Malang.
Generasi kedua Nasi Buk Gang Semarang adalah Nasi Buk Matirah, yang saat ini beberapa anaknya juga membuka beberapa cabang Nasi Buk di kota Malang. Para penjual Nasi Buk ini  sampai sekarang tempat tinggalnya berdekatan di Gang Madiun, daerah Kotalama. Salah satu menu lauk andalannya adalah kripik parunya yang kriuk enak. Saat ini pembuat kripik paru yang mensuplai seluruh Nasi Buk di Malang adalah satu orang, yang merupakan paman dari Mbak Dewi. Sedangkan Mbak Dewi adalah generasi ketiga, nenek dari kedua orang tuanya dahulu adalah penjual Nasi Buk keliling. Antar penjual nasi buk di Malang masih mempunyai hubungan keluarga.
Nasi Buk Madura enak untuk dijadikan sarapan pagi. Sejak punya tempat mangkal, nasi buk disajikan di piring. Kalau dulu, nasi buk disajikan di daun pincuk, sekitar jam 10 pagi sudah habis. Sekarang sampai siang hari pun nasi buk masih bisa kita nikimati. Nasi buk disajikan dengan pelengkap lodeh tewel (nangka muda), lodeh bung (bambu muda), mendol, bakwan jagung, dan lauk pilihan. Lauk pilihan itu antara lain, ayam goreng, empal, jantung, limpa, paru, rempelo ati, usus, babat. Yah memang, tergolong makanan berkolesterol tinggi. Tapi memang di situlah kenikmatan Nasi Buk Madura. Nasi buk juga dilengkapi dengan dendeng rempah, yang terbuat dari parutan kelapa yang ditumbuk lalu dipanggang dan digoreng. Dendeng rempah merupakan ciri khas nasi buk yang tidak ditemukan di lain tempat. Tambahan sambal, tauge dan serundeng membuat lengkapnya sajian nasi buk nikmat di lidah.
Pelestarian Kuliner Tradisional mengandalkan keturunan
Beberapa kali saya mendapati kuliner tradisional di Malang bertahan sampai sekarang karena memang diturunkan kepada anak cucunya. Resep andalan itu berkelanjutan karena ada anak cucu yang sanggup meneruskan usaha orang tua mereka. Pembuatan kuliner tradisional. contohnya nasi buk sudah tidak murni lagi diproses secara benar-benar tradisional seperti awalnya dulu. Perkembangan peralatan memasak membuat generasi sekarang lebih cepat dalam memprosesnya dengan tetap mempertahankan cita rasa aslinya. Bersyukur kita masih bisa merasakan Nasi Buk Madura sampai sekarang.