Bila dulu, para orang tua masih punya waktu mengolah sendiri makanan tradisional untuk dijadikan jamuan makan di dalam keluarga atau acara keluarga, maka unsur kerinduan pada masakan ibu memang menumbuhkan ikatan batin. Di zaman sekarang, sudah jarang ibu memasak sendiri di rumah. Kalaupun masak juga banyak yang tidak memasak masakan tradisional, karena pengolahan masakan tradisional ribet, memakan waktu lama dan meninggalkan cucian peralatan yang banyak. Oleh sebab itu mengajak anak-anak sesekali mengunjungi gerai makanan tradisional menjadi salah satu upaya mengenalkan masakan tradisional kepada anak-anak. Makanan tradisional beragam bentuknya, ada makanan ringan, kue-kue, masakan dan olahan-olahan khusus yang berhubungan dengan upacara adat.
Sekarang anak saya sudah mahasiswi, kalau diajak makan di gerai makanan tradisional sudah tidak ada penolakan. Dia juga sudah bisa merasakan sensasi nikmat makanan tradisional, makanan tertentu justru jadi favoritnya. Pada suatu kesempatan berkunjung ke Bandung dengan teman-temannya, dia bercerita kepada saya bahwa mereka makan batagor khas Bandung. Tentu saja saya ikut senang, karena kesadaran anak-anak muda ini untuk mencicipi makanan tradisional di suatu tempat yang dikunjunginya merupakan salah satu bentuk kecintaan pada kuliner tradisional. Rasa cinta dan bangga pada budaya tidak terbentuk dengan sendirinya, dimulai dari pengenalan yang mungkin juga disertai penolakan pada awalnya. Namun tanpa ada upaya pengenalan, jangan harap mereka akan cinta dan bangga.
Oleh : Majawati Oen
Sumber Gambar : Pempek Palembang , Â Soto Lamongan , Brem Madiun
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI