Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kiat Warga Malang Melestarikan Budaya Malang

24 Oktober 2015   11:24 Diperbarui: 1 November 2015   19:17 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiat Warga Malang Melestarikan Budaya Malang

Sejak dulu Malang dikenal sebagai kota wisata, karena tempatnya di dataran tinggi sehingga menawarkan kesejukan yang banyak dicari wisatawan. Letak kota Malang yang berdekatan dengan kota Batu menjadikan kunjungan wisatawan ke Batu pasti juga akan mampir ke Malang, begitu pula sebaliknya. Wisatawan yang datang ke Malang rata-rata ingin menikmati kesejukan, pemandangan alamnya dan rekreasi ke taman hiburan, mengunjungi wisata sejarah dan mengenal budaya Malang. Geliat pariwisata saat ini benar-benar membuat berwisata bukan lagi kebutuhan sekunder. Manusia tidak lagi berwisata di musim-musim liburan saja. Terbukti hampir tiap akhir pekan kunjungan wisatawan ke Malang lumayan membludak. Jalanan menjadi macet dan tempat-tempat wisata serta sentra jualan oleh-oleh padat dikunjungi wisatawan.

Disamping menikmati pemandangan alam, salah satu tujuan kunjungan wisata adalah untuk mengenal budaya Malang. Budaya adalah sebuah perjalanan keberadaban manusia melalui ciptaannya mulai dari zaman dulu sampai sekarang. Oleh sebab itu hasil budaya akan selalu mengalami pergerakan. Ada kreativitas dan inovasi agar bisa selalu eksis. Wisata budaya sangat luas cakupannya. Budaya masa lalu menyangkut peninggalan sejarah, yang dapat dijelajahi dengan mengunjungi museum dan candi-candi yang tersebar di wilayah Malang peninggalan dari kerajaan Singosari dan Kanjuruhan. Topeng Malangan dan Tari Topeng Malangan adalah seni budaya khas Malang. Sementara budaya masa kini merupakan hasil kreasi manusia, baik melanjutkan hasil budaya zaman dulu maupun kreasi baru yang tercipta di zaman sekarang. Pesatnya industri pariwisata membuat wisata budaya ikut terdongkrak eksistensinya, dan makin melebar pangsa pasarnya. Oleh sebab itu sayang sekali bila wisata budaya di suatu daerah tidak digarap dengan baik, tidak dikemas menjadi komoditi yang berdaya jual dan mampu merebut pasar. Mengapa demikian? Karena prospek wisata budaya terbuka luas ke depannya. Wisata budaya membuka peluang usaha yang sangat menjanjikan untuk berkembang dengan pesat serta dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Para wisatawan berkunjung ke suatu daerah pasti ingin membeli oleh-oleh, souvenir sebagai tanda kenang-kenangan pernah mengunjungi tempat tersebut, mencari makanan khas daerah, ingin membeli barang-barang kerajinan yang ada di daerah itu. Anggaran untuk membeli oleh-oleh rata-rata sudah disiapkan wisatawan, karena itu boleh dikata setiap wisatawan akan royal membelanjakan uangnya untuk berburu oleh-oleh.

Di sisi lain kebangkitan pariwisata menjadi nafas penyambung kelestarian budaya di suatu daerah. Hasil olah budaya akan tetap eksis apabila masih dicari orang. Bagaimana agar dicari orang? Karya-karya budaya itu harus ditampilkan, mempunyai pesona, dijaga kualitasnya, berinovasi sesuai perkembangan zaman, mempunyai nilai jual yang terjangkau, menyentuh perasaan wisatawan untuk ingin memilikinya, lebih mengenalnya bahkan mempelajari proses pembuatannya. Karya budaya bisa tamat riwayatnya dan hanya jadi kenangan yang tak bisa dinikmati oleh generasi mendatang apabila tak bisa lagi diterima oleh masyarakat di zamannya. Eksistensinya akan punah. Sudah terbukti mulai banyak produk makanan yang sudah masuk golongan jadul, terpinggirkan oleh arus makanan modern. Produk-produk kerajinan sudah makin sulit dicari, karena tidak ada kaderisasi dari pengrajinnya dan gaya pemasaran yang ketinggalan zaman. Seni budaya yang tak lagi diminati oleh generasi muda. Inilah yang menjadi tantangan dari olah budaya manusia. Kota Malang disadari oleh warganya sebagai kota dengan ciri khas budayanya dan ada dukungan warganya untuk melestarikan. Hal ini terbukti dari kiat-kiat warga Malang berupaya melestarikan budaya Malangan dalam berbagai cara, sebagai berikut:

1. Inggil Museum Resto

[caption caption="Inggil Museum Resto Malang"][/caption]
Dari namanya sudah terbayang interior di resto ini akan bernuansa museum. Inggil Museum Resto didirikan oleh Dwi Cahyono, seorang pengusaha yang sangat peduli budaya Malang. Dari sejak memasuki pintu masuk nuansa Jawa begitu kental terasa, menuju ruang tempat makan kita akan menemui sederetan topeng Malangan yang ditata setengah lingkaran dalam berbagai macam bentuknya. Gending Jawa juga terdengar mengalun. Di seluruh ruangan, kanan dan kiri terdapat foto-foto berbagai sudut kota Malang tempo dulu. Telpon kuno, mesin ketik kuno, radio kuno, barang-barang dari kuningan dan lain-lain. Semuanya tertata rapi dan mengajak kita ke suatu masa lalu yang mungkin dulu pernah dikenali atau sama sekali tak tahu. Di bagian belakang resto menghadap ke meja pengunjung yang sedang makan, terdapat panggung lengkap dengan gamelan Jawa. Pada malam hari sekitar jam 19.00 ditampilkan tarian Topeng Malangan atau tarian Jawa lainnya. Makanan yang disajikan adalah masakan khas Jawa dan ikan bakar. Di tempat itu juga ada sanggar tari yang pada hari-hari tertentu memberikan pelatihan menari untuk anak-anak. Sebelum pulang pengunjung bisa mampir di galeri yang ada di bagian depan resto untuk membeli souvenir khas Malang. Di sana kita masih bisa menemukan benda-benda unik yang sudah jarang ada di zaman sekarang ini, tetapi begitu terkenal di zamannya. Mengunjungi Inggil Museum Resto, yang terletak di Jl. Gajah Mada kota Malang (belakang Balai Kota Malang), selain menikmati santapannya pengunjung akan mendapat wawasan tentang budaya Malang secara lengkap.

[caption caption="Inggil Museum Resto - Malang"]

[/caption]

2. Sentra Industri Tempe Sanan

[caption caption="Kripik buah, Kripik Tempe dan Pia yang bisa didapat di Sentra Kripik Tempe Sanan"]

[/caption]
Tempe adalah makanan khas Malang. Awalnya tempe dimakan sebagai lauk. Tempe bukan makanan yang tahan lama bentuk mentahnya. Kemudian muncul olahan kripik tempe Malang yang tidak selaris manis sekarang, saat itu tempat penjualannya juga terpencar satu sama lain. Dan mengolah tempe menjadi kripik belum banyak yang melirik. Sejak dahulu, daerah Sanan sudah menjadi kawasan pengrajin tempe di Malang. Tetapi rata-rata sebatas dijual dalam bentuk mentah yang akan dbawa oleh para pedagang untuk dijual ke pasar-pasar. Sejalan dengan perkembangannya para pembuat tempe Sanan mulai membuat kreasi produksinya. Mereka memproduksi kripik tempe dengan kemasan yang menarik. Sejak itulah beberapa tahun belakangan di sekitar daerah tersebut tumbuh toko-toko yang menjual kripik tempe dan sekaligus menjadi sentra penjualan oleh-oleh khas Malang. Akhirnya bukan hanya kripik tempe saja yang dijual, tetapi juga ada kripik buah, brownies, pia, rengginang, dan lain-lain. Wisatawan ramai berkunjung ke sana setiap harinya. Keluar dari toko-toko itu mereka akan menenteng kardus berisi oleh-oleh dalam jumlah banyak. Belum lagi melayani pesanan dari luar kota. Bahkan Presiden SBY pun pernah mengunjungi lokasi ini. Saat ini kripik tempe Sanan sudah berkembang pesat, dan dikenal di mana-mana sebagai oleh-oleh khas Malang. Mereka juga melayani penjualan secara online. Olahan tempe sebagai makanan yang menjadi ciri khas Malang naik daun karena pengolahannya yang lebih menarik, awet dan mudah dibawa, sehingga masuk dalam industri pariwisata. Inovasi pengolahannya makin disukai wisatawan karena kripik tempe dijual dengan beragam rasa, seperti rasa pizza, barbeque, keju, jeruk purut, pedas manis dan lain-lain. Belum ke Malang kalau tidak mampir ke Sanan untuk beli oleh-oleh kripik tempe.

3. Kampung Wisata Keramik Dinoyo

[caption caption="Kampung Wisata Keramik Dinoyo"]

[/caption]
Di daerah Dinoyo kota Malang, tepatnya di Gang 9 - 11 akan bisa ditemui toko-toko di sepanjang kanan kiri gang yang berjualan keramik. Di ujung jalan menuju kawasan itu tertulis “Kampung Wisata Keramik Dinoyo”. Sejak dulu daerah ini menjadi kawasan pembuat gerabah. Sejalan dengan perkembangannya mereka mulai merambah pembuatan keramik porselen. Sekarang di sana juga memproduksi kerajinan berbahan fiber. Hampir setiap rumah di daerah tersebut berjualan keramik. Bentuknya bermacam-macam dan beragam fungsinya. Mulai dari pot bunga, vas bunga, berbagai macam souvenir untuk promosi, kenang-kenangan, pernikahan, dan lain sebagainya. Keramik Dinoyo merupakan olah budaya Malang yang telah turun temurun. Meskipun tempatnya masuk ke dalam gang, tetapi karena sudah tersohor sejak dulu kala dan adanya paguyuban yang membina para pengrajin maka eksistensi keramik Dinoyo bertahan sampai sekarang. Memang tidak tampak para wisatawan berbondong-bondong datang ke sana, tetapi para calon pembeli atau pemesan barang berkunjung di saat memerlukan. Keunggulan keramik Dinoyo adalah kualitasnya yang bagus. harga yang terjangkau dan desain yang menarik. Salah satu produksi yang menarik adalah adanya keramik topeng Malangan juga diproduksi diantara barang-barang yang dijualnya. Hal ini menandakan bahwa ikon kota Malang juga diangkat dalam produksi mereka.

4. Batik Blimbing

[caption caption="Koleksi dan proses membatik di Batik Blimbing "]

[/caption]
Banyak sekali pengrajin batik di Malang, kalau mau ditelusuri ada beragam versi batik Malangan. Salah satu pengrajin batik yang ada di Malang adalah Batik Blimbing yang berada di kawasan Blimbing, tepatnya di Jl. Candi Jago No.6 Kota Malang. Yang membedakan batik Blimbing dengan pengrajin batik lainnya adalah desainnya yang mengangkat ikon Malang, yaitu Topeng Malangan. Batik produksinya sebagian besar bernuansa Topeng Malangan. Selain berjualan batik, juga memberi kursus membatik yang terbuka untuk umum maupun institusi, menerima kunjungan anak-anak sekolah untuk mengetahui proses membantik. Harga kain batiknya berkisar Rp 300.000,00. Tenaga kerjanya dari kalangan mahasiswa dan siswa SMK. Biaya pelatihan pun cukup terjangkau berkisar Rp 40.000,00 sampai Rp 75.000,00. Batik Blimbing mulai dirintis oleh Ibu Wiwik dan sekarang dilanjutkan oleh anaknya.

5. Soak Ngalam

[caption caption="Soak Ngalam produksi kaos Bahasa Malangan"]

[/caption]
Pada tahun 1980-an, di Malang tersebar bahasa walikan. Orang-orang di masa itu begitu fasih menggunakan bahasa walikan sebagai komunikasi sehari-hari dengan teman-teman sepermainan. Istilah nganal kodew berarti lanang wedok (laki-laki dan perempuan). Kewut = tuwek (tua), kera ngalam = arek Malang (anak Malang) pessi = bohong (bukan walikan tapi istilah khas Malangan) dan banyak lagi. Bahasa walikan Malang di zaman itu benar-benar menjadi bahasa yang menyebar di berbagai kalangan. Bahasa khas Malangan bukan hanya bahasa walikan, ada juga istilah-istilah yang terkesan vulgar karena ketika diterjemahkan mempunyai arti yang terkesan kasar didengar. Tetapi bagi warga Malang dirasakan sebagai keakraban. Tentunya tidak pada sembarang orang kata-kata itu terucap. Ketika sama pahamnya sebuah kata yang diterjemahkan sebagai umpatan seperti jancuk dan diamput (maaf) tidak menimbulkan salah paham diantara penggunanya. Justru itulah bukti keakraban. Ingin tahu jejak bahasa walikan dan bahasa khas Malangan? Kita bisa datang ke soak ngalam = kaos malang yang berada di ruko Jl. Kawi kota Malang, serta dua cabang lainnya yaitu di Sengkaling dan Museum Angkut kota Batu. Toko ini menjual kaos dengan kata-kata yang menggunakan bahasa walikan dan khas Malangan. Unik sekali bukan! Soak ngalam mengabadikan budaya bahasa walikan dalam bentuk kaos. Harga kaos yang dijual berkisar Rp 75.000,00 sampai Rp 90.000,00. Produk terbarunya adalah kaos bertema heritage kota Malang, seperti topeng Malangan, Kendedes, Arema dan batik.

[caption caption="Produk Soak Ngalam dengan bahasa Malangan"]

[/caption]

Indonesia adalah negara yang kaya keberagaman. Wilayahnya yang berupa kepulauan terdiri dari banyak suku bangsa yang masing-masing mempunyai adat istiadat dan tradisi yang berbeda. Dari situlah terlahir kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam. Kekayaan budaya Indonesia merupakan salah satu Pesona Indonesia  yang harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan.

Budaya suatu daerah selalu punya pesona yang unik. Keunikan itulah salah satunya yang menjadi daya tarik wisatawan. Sampai kapan suatu budaya akan bisa eksis dan makin berkembang, kembali lagi pada warga daerah tersebut menghargai dan mencintai kebudayaannya. Budaya tidak diam, akan selalu mengalami pergerakan sesuai dengan perkembangan zaman. Setiap generasi mempunyai tongkat estafet untuk melanjutkan. Keputusan di tangan generasi saat ini. Mau melanjutkan dan makin mengembangkannya atau menghentikannya. Keramik Dinoyo dan Tempe Sanan berjaya karena mereka bersatu salam satu kampung dan berusaha untuk maju bersama serta mampu mengatasi masalah-masalah secara bersama-sama. Dinas terkait juga akan lebih mudah memberi pembinaan apabila para pengrajin ini berada dalam satu lokasi. Kebanyakan usaha mereka juga dilanjutkan oleh generasi penerusnya. Inggil Museum Resto adalah bentuk kepedulian warga akan sejarah kotanya yang dikemas dalam suasana resto. Batik Blimbing menghadirkan ikon kota Malang dalam karya batiknya dan regenerasi budaya membatik. Soak Ngalam mengabadikan bahasa walikan khas Malang agar selalu dikenal generasi selanjutnya.

Selamat datang ke kota Malang dan nikmati pesona budayanya.
Salam Arema

Oleh : Majawati Oen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun