Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Inovasi Berujung Sensasi

12 April 2015   18:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi Berujung Sensasi

Oleh : Majawati Oen

Tiga tahun terakhir ini kota Malang menggeliat dengan banjirnya outlet kuliner. Padahal dulu, orang pikir-pikir mau buka usaha kuliner di Malang. Takut bangkrut karena tidak laku. Masyarakat Malang masih suka pilih-pilih dalam mencoba kuliner baru. Penduduk Malang saat itu belum sepadat sekarang, omongan dari mulut ke mulut yang negatif bisa merusak image sebuah brand. Oleh sebab itu di zaman dulu perkembangan usaha kuliner terbatas sekali. Waralaba terkenal pun pernah gulung tikar saat buka di Malang. Tetapi lima tahun terakhir sudah beda, para kawula muda dan kalangan pemilik modal berlomba-lomba buka usaha kuliner dan rata-rata laku. Tidak harus terlalu enak, cukup lumayan, harga sepadan, dan ada fasilitas nongkrong, dijamin jalan deh usahanya. Masyarakat Malang mulai suka makan di luar, mahasiswa pendatang juga makin banyak. Ada tempat-tempat tertentu yang memang menjadi jujugan kaum muda dan mahasiswa. Seperti ulasan saya di bawah ini.

Anda pernah tahu kue mochi? Sudah ada sejak zaman dulu, saya menyebutnya kue ayas. Bahannya dari beras ketan, lalu ditaburi tepung maizena agar tak lengket satu sama lainnya. Ada yang polosan, ada juga yang diisi dengan kacang tanah. Sampai sekarang juga masih ada di pasaran. Variasinya sebatas bentuk dan kemasan saja. Kue ini termasuk dalam jajanan wajib dalam upacara lamaran suku Tionghoa.

Tetapi di ruko Jalan Coklat kota Malang ada outlet kuliner baru yang namanya MOMOCHI. ? Apa itu? Kue Mochi diisi ice cream. Di beberapa kota lan juga sudah ada cabangnya. Sebelum tahu, saya juga nggak kebayang rasanya gimana. Tetapi setelah dicoba, Hhhmmmm.... nikmat lho. Ada sensasi yang berbeda! Ada berbagai macam ice cream yang tersembunyi di balik kue mochi itu. Rasanya beragam : tiramisu, durian, rum raissin, coklat, vanila, strawberry dan lain-lain. Ukurannya berdiameter kira-kira 8 cm. Harganya mulai Rp 8.000,00 an per biji. Dengan tatanan interior warna pastel dan suasana cafe yang pas dengan dagangannya. Maka Momochi jadi jujugan para kawula muda untuk berkuliner, nongkrong atau sedang cari makanan.

[caption id="attachment_378094" align="aligncenter" width="420" caption="Momochi, kue mochi isi ice cream (dok.pri)"][/caption]

Ada satu lagi kreasi yang cukup unik, yaitu di Cafe Epic Culinary yang terletak di Ruko Trowulan kota Malang. Daerah ini memang banyak sekolah dan kampus, sehingga membuka outlet kuliner yang cocok untuk kalangan muda memang pas sekali. Tempatnya tidak jauh dari Momochi juga. Cafe ini menjual kue cubit. Apa menariknya kue cubit, yang setahu saya dulu rasanya mirip-mirip kue pukis. Memasaknya di cetakan dan ketika matang digantol. Kue cubit ini sudah mendapat inovasi, lihat saja gambarnya? Menarik bukan?

Kue cubit di cafe ini mendapat inovasi dengan bahan-bahan toping yang beragam sehingga menarik minat pembelinya. Toping yang disediakan seperti : coklat kit-kat, taburan oreo, potongan astor, vla beraneka rasa, coklat warna warni dan buah. Dalam satu porsi akan mendapat 7 potong kecil dengan harga Rp 13.000,00 per porsi. Apanya tidak membuat kita tergoda mencobanya?

[caption id="attachment_378096" align="aligncenter" width="346" caption="Kue cubit dengan berbagai toping (dok. pri)"]

14288365081393849326
14288365081393849326
[/caption]

Apa yang dilakukan oleh Momochi dan Cafe Epic Culinary adalah sebuah keberanian untuk berinovasi, mempadupadankan beberapa bahan sehingga menghasilkan produk baru yang unik dan menarik. Kue mochi dan kue cubit jadi naik derajat karena sentuhan kreasi kuliner, sehingga kedua kue tradisional itu bermutasi menjadi sebuah produk inovatif yang berdaya jual. Inovasi yang dilakukan, meliputi pengolahan produk, tata cara penyajian dan sistem penjualannya. Buktinya mereka bisa menjualnya dengan mengundang pelanggan untuk datang dan makan di tempat. Padahal sebelumnya mana ada makan kue mochi dan kue cubit sambil nongkrong? Kedua makanan ini bukan makanan baru, tetapi dengan sentuhan kreasi telah melahirkan produk baru dengan rasa dan tampilan yang lebih elegan serta harga terjangkau. Keunikannya berhasil mengundang pembeli datang ke sana dan dapat menerima sensasi taste baru itu. Apakah harga yang murah tidak menguntungkan? Pembeli yang datang akhirnya bukan hanya makan, tetapi juga pesan minuman. Penjualan minuman juga memberi keuntungan yang besar, sehingga outlet kuliner yang laris manis, dijamin untungnya.

Kedua kuliner di atas membuat saya salut, karena kue tradisional dengan sentuhan inovatif mampu bersaing dengan makanan-makanan baru yang sekarang sedang trend serta makanan produk dari luar negeri yang terkesan lebih modern. Tampilannya terkesan eksklusif, tak kalah dengan kuliner kelas atas. Kemampuan untuk bisa menciptakan sebuah produk baru sehingga punya daya jual bukan perkara mudah, tetapi begitu sebuah produk diterima pasar, maka bisnis bisa melesat lebih dari yang dibayangkan. Tantangannya adalah bagaimana bisa menjaga kepuasan pelanggan. Tempat yang megah dan promosi yang gencar bukan jaminan dapat menarik pelanggan. Tetapi sebuah produk yang sudah mendapat tempat di hati masyarakat menjadi jaminan akan kelangsungan penjualannya. Apalagi kalau diwaralabakan, benar-benar bisa melesat dan dapat untung besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun