[caption id="attachment_359446" align="aligncenter" width="589" caption="Ilustrasi/Kompasiana (Kompas.com)"][/caption]
Dampak Kasus Perkosaan Rutin Mewarnai Media
( Oleh : Majawati Oen)
Saya perhatikan beberapa waktu terakhir ini berita di media berita online rutin mengekspos berita kasus perkosaan. Sedangkan di media cetak juga diberitakan, tetapi tak terlalu mencolok karena peletakannya tidak di headline. Terakhir-akhir ini malah kasus ini menyangkut orang-orang yang kedudukannya penting. Saya tak tahu alasannya apa, tetapi kasus perkosaan begitu marak mewarnai media. Selalu diungkap pelaku, korban, dan kronologisnya. Apa bedanya kasus perkosaan dibandingkan dengan kasus lainnya? Mengapa kasus perkosaan seolah-olah menjadi pilihan wartawan dari berbagai media untuk diberitakan?
Ini pemikiran saya, mungkin juga pernah dipikirkan oleh Anda. Kasus perkosaan itu jika diungkap, apa sih dampaknya? Fakta yang terjadi:
1.Pelaku tertangkap, dipermalukan dan dihukum atas perbuatannya. Ada yang diberitakan sampai jatuhnya vonis, tetapi sebagian juga sudah tidak tahu lagi kabarnya. Wartawan lebih suka menuliskan terungkapnya kasus ini beserta kronologisnya.
2.Korbannya ketahuan publik, sebenarnya malah merugikan dirinya sendiri. Dia hanya dihargai mau mengungkapkan fakta buruk atas perbuatan jahat orang lain kepadanya. Masyarakat di lingkungan tempatnya tinggal menjadi tahu bahwa dia korban perkosaan. Ini berpotensi masa depannya buruk kalau tidak pindah ke lain daerah.
3.Berita ini disukai pembaca. Mengapa? Karena diceritakan kronologisnya. Entah disadari atau tidak pembaca tertarik membaca kronologis berita perkosaan, ingin tahu prosesnya bagaimana. Apa reaksi pembaca? Sebagian besar merasa jijik, mengutuk kejadian itu. Tapi ada sebagian orang juga T E R I N S P I R A S I dengan kronologis yang ditulis pada media itu. Betapa bahayanya...?
4.Setelah kejadian itu terblow-up media, biasanya akan ada berita-berita perkosaan lain yang mengikutinya. Nah loh.....
Itulah fakta yang terjadi. Beberapa waktu belakangan media dari berbagai kantor berita mengungkapkan kasus perkosaan dengan versinya sendiri-sendiri. Seperti mbebeki* disusul dengan kasus perkosaan lainnya lagi. Parahnya media juga makin mengikuti dan memberitakan besar-besaran. Apakah lalu makin mengatasi masalah? Yang terjadi justru makin melebar....
Mengapa makin melebar?
- Kasus perkosaan adalah kasus yang paling banyak diminati pembaca.
- Kasus perkosaan menimbulkan keingintahuan pembaca
- Pembaca “menikmati” kronologis kasus perkosaan yang sering dituliskan secara gamblang dan terinci, penulisan ini mirip gaya penulisan novel yang juga menyajikan erotisme kejadian perkosaan.
- Pembaca media adalah orang dari berbagai kalangan dengan berbagai perbedaan usia, latar belakang sosial, kondisi emosi serta penyerapan bahasa tulisan. Pemberitaan itu akhirnya juga dimaknai secara berbeda-beda pula.
- Bagi calon PELAKU, pemberitaan itu bisa menjadi inspirasi karena dia punya sasaran korban.
- Bagi calon KORBAN, pemberitaan itu juga menjadi inspirasi karena pada beberapa berita dituliskan bahwa para korban bisa mendapat kompensasi uang yang besar. Ada calon korban yang berniat buruk. Hal ini bisa dijadikan umpan dan upaya memeras PELAKU, agar kasusnya tidak sampai jadi berita atau dilaporkan ke polisi. (Calon korban di sini berbeda dengan kalau orang tersebut tidak menyadarinya)
- Walaupun bukan calon Pelaku atau calon Korban, pemberitaan ini bisa menginspirasi siapa pun untuk bertindak amoral atas kronologis yang diberitakan di media.
Oleh sebab itu, menurut saya sebaiknya Dewan Pers mempertimbangkan penulisan kronologis kejadian kasus perkosaan di media. Perlukah kronologis sebuah kejahatan dipublikasikan? Sudah terbukti, pemberitaan ini sangat tidak mendidik! Bukan hanya kasus perkosaan, tetapi juga kasus-kasus kejahatan yang lain. Sudah terbukti pula kasus pembunuhan mutilasi, pelecehan seksual, penyiraman air keras dan sodomi menjadi menyebar ke mana-mana dan jadi rantai berita. Yang perlu diekspos adalah hukum berat untuk mereka, sehingga memberi efek jera pada pelaku dan pembelajaran bagi masyarakat.
Ini hanyalah pemikiran saya pribadi, mohon maaf kalau postingan ini dianggap sok tahu. Saya jauh dari sikap itu, artikel ini hanyalah wujud keprihatinan saya atas beberapa pemberitaan kasus perkosaan yang tak ada hentinya, bahkan cenderung rutin dan meningkat. Alangkah baiknya pula bila media lebih suka mengekspos berita-berita yang dapat mengajak pembacanya bersikap dan berpandangan yang positif. Pemberitaan pada media yang dipublikasikan berpengaruh besar pada pembacanya. Alangkah bijaknya jika media lebih banyak mempengaruhi pembacanya untuk bersikap positif dan bermoral.
Catatan : mbebeki = bersikap seperti bebek, ikut-ikutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H