Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Guru Menulis, Guru Berbagi, Guru Mengabdi

19 November 2014   15:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru Menulis, Guru Berbagi, Guru Mengabdi

Oleh : Majawati Oen

Ketika saya masih duduk di bangku SPG (Sekolah Pendidikan Guru) ada salah seorang guru yang menyatakan bahwa sebagai guru harus tahu banyak hal, meskipun tidak sampai dalam. “Tahulah akan banyak hal, kenalilah dan buka wawasan kalian, meskipun tidak tahu sampai sedetail-detailnya.” Pesan itu serasa melekat di hati saya. Ada makna di balik pernyataan itu karena guru adalah tempat bertanya. Tapi sekarang sudah beda ya, Google adalah tempat bertanya. Benar kan? Zaman dulu, guru dianggap orang yang paling tahu, bukan hanya oleh muridnya, tetapi juga oleh masyarakat sekitar. Kalau ada hal yang kurang diketahui, pasti tanyanya ke guru. Sekarang, guru juga tanya ke Google. Oleh sebab itu tantangan guru di zaman dulu adalah harus menjadi sosok yang tahu banyak hal. Dan apa yang dijawab guru menjadi panutan, menjadi patokan sehingga lebih banyak dijalankan.

Pada zaman sekarang sudah terjadi pergeseran tentang sosok guru. Guru di zaman sekarang tidak lagi menjadi sosok yang sangat disegani dan ditokohkan  karena sudah punya saingan berat, Si Google. Apalagi dengan kerapnya muncul sikap dan tindakan guru yang kurang terpuji. Martabat guru juga jadi melorot. Justru guru yang ditakuti dan disegani malah diajuhi murid-muridnya. Murid lebih suka pada guru yang friendly. Guru yang bisa diajak dialog dan tidak menekan siswa dengan tugas-tugas yang tidak manusiawi. Guru yang inovatif dan kreatif sampai membuat mereka ternganga kagum. “Kok Bisa ya...? Hebat tuh guru!” Pada guru yang bisa diajak gaul, bercanda dan tidak angker. Pada sosok guru yang punya kelebihan di luar profesinya, misalnya bisa ngeband, menjadi pelukis, menjadi penyiar radio, dan termasuk sebagai penulis.

Mengapa anak sekarang suka dengan guru yang punya plus-plus ini, karena di mata mereka guru-guru tersebut punya kelebihan yang istimewa. Anak-anak jadi mau bertanya, ingin tahu lebih tanpa ada rasa segan karena sudah kenal dengan Si Guru. Anak-anak sekarang suka sosok yang bisa menginspirasi mereka. Suka sosok guru yang bukan hanya pandai mengajar di kelas. Bisa mengajar doang ? Tidak lagi dilirik oleh mereka. Apalagi galak? Akan menjadi sosok guru yang tidak disukai dan jadi bahan cibiran para murid. Bila guru memiliki kelebihan selain mengajar akan menjadi sosok hebat yang mereka kenal dari dekat. Murid juga sekaligus melihat, mengikuti dan belajar dari guru tersebut tentang ketrampilan lain diluar kemampuannya mengajar. Bila guru bisa menghadirkan dirinya sebagai sosok idola, maka apa yang dialami guru bisa menjadi sosok inspiratif positif bagi murid. Yang mungkin, suatu saat kelak punya banyak arti bagi perkembangan karier muridnya. Siapa tahu? Bukankah uisa anak-anak selalu mencari tokoh idola?

Sekarang semua orang bisa punya profesi ganda, bisa belajar hal-hal baru dari hobinya. Salah satunya, sebagai guru sekaligus sebagai penulis adalah salah satu peluang. Kedua hal itu tetap saling berkaitan dan saling mendukung. Kalau zaman dulu, guru menulis hanya untuk diktat belajar. Di zaman sekarang ini guru bisa menulis pada banyak cakupan sesuai dengan minat dan wawasannya. Terjun di dunia tulis-menulis banyak manfaatnya bagi guru. Melalui tulisan guru dapat berbagi. Membagikan pengalaman dan wawasannya dalam bentuk tulisan dan karya yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas. Melalui tulisan, guru telah “mengajar” diluar kelasnya. Melalui tulisan pula, guru makin berkembang kariernya dan terbuka peluang di bidang lainnya.

Berbagi tulisan kepada Orang Tua murid (dok. pri)

Ini beberapa manfaat guru berbagi melalui tulisan, adalah :


  1. Mempermudah siswa belajar melalui diktat. Guru yang membuat tulisan dalam bentuk diktat, rangkuman dan lain-lain, telah memudahkan murid-muridnya dalam belajar dan memberi wawasan yang lebih baik daripada hanya belajar melalui buku paket.
  2. Berbagi pengalaman mengajar. Kegiatan belajar-mengajar di kelas punya seribu satu macam cerita. Yang dari generasi ke generasi selalu berubah. Menuliskan pengalaman mengajar bisa menginspirasi para guru muda yang jam terbang mengajarnya belum panjang.
  3. Berbagi ilmu dan tips. Jam terbang mengajar seorang guru tak bisa disepelekan. Ada banyak pembelajaran dan pengalaman yang kaya manfaat dalam keseharian bersama murid-murid yang bisa dibagikan kepada orang tua dan para guru yang lain di tempat berbeda.
  4. Saling belajar dan menguatkan. Pengalaman saya menulis tentang pendidikan di Kompasiana sebagai media yang bisa memfasilitasi penulis untuk sharing dan connecting membuat saya belajar sekaligus mendapat masukan dan dikuatkan dari komentar-komentar yang saya terima dari postingan saya.
  5. Membanggakan dan menginspirasi para murid. Menjadi penulis buku pasti membanggakan. Itu pula yang saya alami ketika buku kolaborasi saya terbit dan di sana ada nama saya sebagai penulisnya. Para murid saya langsung mengerubuti buku tersebut dan ingin tahu, begitu pula ketika tulisan saya dimuat di koran. Yang mengharukan, ada murid saya yang nyeletuk, “Aku juga ingin menulis buku!” Memang kita sekarang tak tahu, cita-cita itu terwujud atau tidak, namun setidaknya hasrat itu pernah muncul di hatinya.
  6. Memudahkan mengajar. Dengan terbiasa menulis, gaya guru berkomunikasi akan lebih mudah dicerna oleh pendengarnya. Bahasa tulisan menuntut pembacanya bisa memahami pola pikir penulis dari banyak kalangan, bukan asal bicara saja. Kebiasaan ini biasanya akan terbawa pada saat mengajar, dan ini membuat cara penyampaian guru dalam mengajar lebih mudah dipahami.
  7. Mendapat jabatan di organisasi. Tidak semua guru mempunyai kemampuan menulis, sehingga bagi guru yang berkemampuan menulis biasanya akan terpilih untuk menjadi notulis di saat rapat, menjadi sekretaris, menjadi editor bila sekolah membuat buku tahunan, atau diminta menulis artikel. Menjadi pembina ekstra kurikuler jurnalistik di sekolah.
  8. Berpeluang mempunyai profesi baru. Hobi menulis bisa menjadi peluang bagi guru untuk menjadi penulis dan sekaligus pembicara. Buku yang menarik membuat penulisnya ikut terkenal, sehingga tak menutup kemungkinan penulis diminta menjadi pembicara.
  9. Terus belajar, terus membaca, terus terasah. Guru adalah profesi yang menuntut untuk selalu update. Guru yang suka menulis, biasanya sekaligus suka membaca sehingga otaknya terus terasah dan haus akan ilmu terkini.
  10. Memiliki warisan. Melalui tulisan, seseorang bisa dikenang. Melalui tulisan bisa mewariskan karya bagi generasi berikutnya. Melalui tulisan kita terus berbagi tanpa ada batasan waktu, bergantung pada nasib tulisan tersebut.

Guru Mengabdi Lewat Tulisan

Guru bisa mengajar sampai usia tua, tetapi setelah meninggal guru hanya dikenang atas jasa baiknya. Berbeda dengan guru yang meninggalkan tulisan berupa diktat atau buku, atau apa saja yang pernah ditorehkannya dalam tulisan. Usia ada batasnya, tetapi tulisan tak pernah mati. Suatu ketika, salah seorang guru TIK di sekolah anak saya meninggal di usia yang masih muda, tetapi buku pegangan yang dia susun dipakai oleh murid-murid dan dilanjutkan oleh guru berikutnya. Buah pemikiran guru tersebut masih berguna dan tetap hidup, bukan sekedar kenangan dan bahan ajar saja. Bila buku itu mempunyai nilai royalti, maka buku tersebut yang masih diterbitkan setiap tahun akan memberi manfaat bagi keluarganya.

1416359139286029540
1416359139286029540
Berbagi tulisan kepada warga di komplek perumahan (dok.pri)

Berbagi melalui tulisan akan menjadi jejak pengabdian guru yang akan senantiasa bermanfaat bagi pembacanya. Tulisan dan karya dalam bentuk buku akan selalu menemukan pembacanya meskipun penulis telah tiada. Guru tetap berbagi, guru tetap mengabdi melalui tulisan. Adalah Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto melalui Tanoto Foundation mewujudkan kepedulian kepada sesama untuk mengatasi kemiskinan melalui pendidikan. Antara lain dengan menerbitkan buku-buku yang dapat memberi inspirasi tentang kisah para guru dalam mengajar murid-muridnya. Saya pernah membaca salah satu bukunya yang berjudul Oase Pendidikan di Indonesia, yang berisi kumpulan pengalaman inspiratif dari para guru dalam mengajar para murid-muridnya. Sungguh membuka mata dan pikiran saya bahwa di pendekatan pengajar kepada anak-anak bisa berbagai cara dan justru dengan cara itu bisa tepat kena sasaran.

Tantangan guru zaman sekarang adalah harus melek teknologi. Guru harus mengejar itu, paling tidak sebatas yang diperlukannya. Dengan melek teknologi ada banyak kemudahan dan jalan baru akan didapatkan, sehingga wawasan guru juga makin berkembang. Ketika wawasan makin berkembang, guru menjadi sadar dan ingin ikut terlibat pada hal-hal yang diluar kegiatan rutinnya mengajar. Pada saat itulah guru akan menjadi sosok yang kaya wawasan dan mengajar bukan lagi menjadi beban atau rantaian keluhan, tetapi bagaimana memadukan semua itu agar menjadikan dirinya mempunyai keunggulan. Menjadi pribadi yang lebih unggul, mempunyai keahlian berbeda dan lebih berwawasan membuat guru lebih punya 'taring" di depan murid-muridnya. Murid-murid sekarang lebih piawai dan cepat menyerap kemajuan teknologi, guru jangan ketinggalan dan terpaku pada tugas mengajarnya yang sempit. Kehadiran teknologi memang membuat guru harus tertatih-tatih belajar lagi, tetapi setelah bisa, mereka akan menemukan dunia baru yang begitu banyak memudahkannya dalam bekerja, termasuk memudahkan menuangkan ide menulisnya. Perubahan kurikulum juga menjadi tantangan bagi guru untuk tidak menelannya mentah-mentah, tidak hanya asal melempar kritik, tetapi bagaimana ikut memberi sumbangsih bagi perbaikannya. Salah satunya melalui tulisan.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun