Mohon tunggu...
Majawati
Majawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Keberagaman itu indah. Mengajari untuk menghargai perbedaan, harmonisasi dan saling melengkapi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Media Menggiring Pejabat Jadi Selebritis

11 Desember 2014   13:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:32 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Media Menggiring Pejabat Jadi Selebritis

Oleh : Majawati Oen

Saat saya menghadiri acara Kompasianival di Taman Mini, salah satu acara yang paling heboh adalah saat Ahok dan Ridwan Kamil jadi pembicara. Saya tidak tahu suasana saat Ganjar Pranowo menjadi pembicara, karena saya sudah pulang. Begitu pula dengan Ignatius Jonan, karena saya belum sampai di sana . Mungkin heboh pula, karena memang kompasianival menghadirkan pembicara-pembicara yang saat ini digandrungi publik. Hebat untuk ini! Saat pembawa acara memberitahukan bahwa sebentar lagi dua pembicara tersebut akan tampil, tribun yang tersedia langsung hampir rata terisi kursinya. Belum lagi pembawa acara seolah sedikit mengundur-undur dengan berkali-kali bertanya kepada pengunjung akan kesan pemirsa atas keduanya. Riuh rendah penuh semangat! Begitu berbeda dengan saat The Rain yang tampil. Yang selebritis yang mana nih....!

Apa sih pesona Ahok dan Ridwan Kamil? Memang kedua tokoh ini jadi populer karena banyak gebrakan baru dalam gaya kepemimpinannya. Mereka juga sering nampang dan diwawancarai wartawan. Mereka termasuk pejabat yang sering menghiasi media, baik media cetak, online maupun televisi. Diulang-ulang lagi beritanya! Para pejabat menjadi sering dikejar-kejar oleh wartawan dan diminta statementnya. Apa iya, harus sesering itu memberi pernyataan publik? Apa iya setiap hari ada hal yang penting yang perlu disampaikan kepada publik? Yang saya lihat, seringkali pernyataannya justru tidak penting kok! Lalu.... apa wartawan telah menjadikan wawancara singkat yang hanya menjawab 2 sampai 3 pertanyaan itu sebagai komoditi untuk kantor beritanya? Entahlah! Tapi yang perlu disadari bahwa tindakan para wartawan mengejar-ngejar pejabat begitu rutin untuk dijadikan berita sudah persis dengan gaya wartawan infotainment minta statement artis. Menurut saya, suatu saat akan jadi bumerang.

Saat Ahok dan Ridwan Kamil muncul di stage, wah teriakan para penonton itu luar biasa banget, aura di ruangan itu langsung bangkit. Hal itu bisa saya rasakan langsung.  Mereka begitu dielu-elukan, padahal di luar sana ada yang kontra dengan Ahok saat itu yaitu FPI. Betapa berbedanya sambutan penonton acara itu. menurut pandangan saya sambutannya luar biasa. Langsung hampir semua penonton berdiri, lalu berlari menyerbu stage dan mengambil foto mereka berdua. Kilatan lampu dari semua sisi, baik dengan kamera saku, Smartphone, sampai sampai kamera yang panjang dan beratpun ada. Ada banyak wartawan juga pada mengerubuti mereka berdua di acara Kompasianival. Mungkinkah sehari-hari mereka juga begitu? Lihat saja tayangan di TV, selalu Ahok diwawancarai sambil akan masuk ke ruangannya. Bahkan pernah turun dari taxi, langsung dipapak untuk wawancara sambil jalan. Asyik sih ditonton, karena telah membuat Pak Gubernur makin terkenal. Dan lagi saat ini segala gerak Pak Gubernur kan memang lagi jadi sorotan, gebrakan Ahok juga dinantikan oleh masyarakat. Tapi, apa iya setiap hari menggebrak? Ini masih Ahok dan Ridwan Kamil, belum yang lainnya. Ada banyak tokoh-tokoh penting dan juga tokoh yang menimbulkan kontroversi  mulai digiring  jadi komoditi berita.

Dari apa yang saya amati memang antara wartawan dan pejabat ada hubungan mutualisme. Si pejabat merasa butuh untuk diberitakan, dan itu dapat menambah dukungan bagi dirinya, serta sebagai alat penyebar berita bagi masyarakat atas kebijakannya. Media juga butuh berita, apalagi berita yang hangat-hangat begitu kan memang selalu diburu pencari berita, agar rating beritanya naik. Hanya saja, apa yang terjadi ini sudah sampai pada taraf yang agak kebablasan, ada sisi buruknya juga bagi pejabat yang bersangkutan dan masyarakat sebagai penikmat berita. Entah disadari atau tidak, saat ini sedang terjadi.

Makin seringnya pejabat dijadikan berita ala selebritis. Mereka diwawancara  dan ditodong untuk berbicara, terkadang statement yang disampaikan pejabat sampai-sampai hanyalah kelakar. Tetapi wartawan biasanya terus mencecar agar tersulut dan mengeluarkan pernyataan yang mengundang isu kontroversial. Tak jarang hal ini menjadi blunder ataupun menimbulkan opini publik yang beragam pandanganya dari berbagai kalangan. Bahkan sampai meruncing bila digoreng di sosmed, lalu jadi trending topic. Akibatnya terjadi upaya menggalang opini publik dalam skala yang lebih luas. Kalau sudah begini permasalahan yang menjadi topik utama jadi melebar ke mana-mana. Opini dalam skala luas ini ternyata pengaruhnya besar, karena mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat, bahkan perubahan arah kebijakan.

Kilatan lampu blits dan todongan wawancara yang bertubi-tubi telah menaikkan popularitas seorang pejabat. Bukan tidak ada pengaruhnya lhooo!! Kalau diamati secara cermat, gaya mereka berbicara sudah mengalami pergeseran. Kesan arogan itu mulai tersisipkan. Jebakan media hendaknya mulai diwaspadai oleh pejabat. Memang pejabat harus ramah pada media, tetapi jangan sampai keramahan itu membuatnya terpeleset bicara.  Saat ini pemimpin-pemimpin muda di negeri ini memang lagi naik daun dan membawa suasana kepemimpinan yang lebih segar, cepat, tepat serta inovatif. Mereka juga antusias bekerja keras, ingin melakukan pembaruan untuk negeri ini. Oleh sebab itu dukungan untuk mereka besar. Banyak orang angkat jempol atas langkah tersebut. Sangat disayangkan bila gemerlap pemberitaan ala selebritis menjadi batu sandungan pada karier kepemimpinannya.

Bagi masyarakat luas, pernyataan-pernyataan yang muncul dari pemberitaan seringkali membuat bingung. Kebenarannya menjadi tidak jelas. Ketika pejabat A mengeluarkan statement tertentu, ternyata ada pejabat B yang juga membuat pernyataan berbeda untuk hal yang senada. Simpang siurnya pemberitaan ini juga sepertinya dimanfaatkan oleh media dengan menayangkannya dalam bentuk judul berita yang  menebar isu kontroversial. Silau di mata pembacanya, memanaskan hati untuk segera beropini. Kalau ini menyangkut kebijakan publik membuat masyarakat diombang-ambingkan dan beritanya sudah ngalor-ngidul, ditambah dan dikurangi dari mulut ke mulut, juga dari diskusi di sosmed. Disinilah permasalahan itu makin meruncing dan kabur. Berita adalah informasi yang bertujuan memberikan penerangan ke masyarakat berubah menjadi kekaburan, kegelisahan dan polemik yang panjang. Akankah media larut dengan situasi ini, hanya menebar sampai pada  isu panasnya saja? Ataukah media mulai bergerak naik kelas? Bukan berhenti pada menyejukkan kehausan pembacanya, atau menaikkan adrenaline pembacanya hanya dengan baca headline yang panas, tetapi juga memperhitungkan dampak serta manfaatnya bagi banyak pihak, termasuk awak media itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun