"Selama ada Kurnia Meiga Hermansyah, Andritany Ardhiyasa hanya cadangan mati."Â
Begitu tulis seorang pengamat sepak bola di akun media sosialnya pada November 2016, menjelang Piala AFF 2016. Sejak 2013 hingga 2017, kiper Persija itu memang cuma pendamping. Pelengkap. Pemain bersangkutan pun seperti sadar diri dengan kondisi tersebut.Â
Namun, sejak Kurnia Meiga meninggalkan lapangan hijau, dengan alasan yang hingga kini masih misterius (ada yang bilang sakit, keracunan, diguna-guna, hingga serangan mental), Andritany jadi pilihan utama.
Pada era Simon McMenemy menjadi pelatih timnas Indonesia, secara terhormat Andritany ditunjuk menjadi kapten timnas. Ini cukup megejutkan, sebab ada banyak pemain lainnya yang punya pengalaman tak kalah panjang.
Untuk teman satu angkatan, ada Andik Vermansah. Dari naturalisasi ada Stefano Lilipaly dan Alberto Goncalves. Dari segi usia, Ruben Sanadi tak kalah matang. Kalau pemain lebih muda namun sudah bersinar, melebihi sinar Andritany, ada Evan Dimas dan Hansamu Yama.Â
Statistik Andritany dalam kompetisi musim ini pun tak istimewa. Ia kalah segalanya dari Wawan "Spiderman" juga Angga Saputra (PS Tira-Kabo) dan Miswar Saputra (Persebaya). Bahkan, tim yang dibela Andritany, Persija, saat ini menjadi klub peringkat ke-17 Liga 1 2019.
Kiranya, hanya nama besar yang membuat anak Jagakarsa, Jakarta Selatan ini, mendapat kepercayaan McMenemy.Â
Sebagai kapten, Andritany sama sekali tak punya kharisma. Pada Selasa (10/9) malam, saat timnas Indonesia menjamu Thailand, suporter Indonesia menekannya. Setelah insiden "tak perlu" yang berakibat penalti, setiap kali Andritany menguasai bola, teriakan "boooooooooo" menggema.
Seorang kapten timnas dipermalukan oleh suporternya sendiri.Â
Dalam dua laga Pra Piala Dunia 2022, melawan Malaysia dan Thailand, Andritany memang tak tampil gemilang. McMenemy sampai harus melakukan pembelaan.Â
Menurut pelatih kelahiran Skotlandia itu, Andritany tak layak mendapatkan perlakuan seperti ini dari suporter, hanya karena kesalahannya dalam pertandingan. Sebagai pelatih, eks pelatih Bhayangkara FC itu sah saja membela pemainnya, tetapi suporter juga berhak memberikan pandangannya akan pemain yang mengenakan seragam lambang garuda di dada.Â
Publik tentu sadar, Andritany dikenal sebagai sosok eksklusif. Ia ingin menjadi Bambang "Bepe" Pamungkas dalam level yang berbeda.
Sejak 2013, karena sebuah insiden dengan jurnalis, ia menolak wawancara terbuka dengan media. Ia hanya mau berkomentar saat jumpa pers dan lewat surat elektronik. Sama persis dengan kelakuan Bepe. Bedanya, Andritany tak sadar kalau dia belum sampai ke level Bepe. Â
Hal ini mungkin berbeda jika di Persija. Karena sudah membela Macan Kemayoran sejak lama, juga putra daerah, wibawanya jadi besar. Walau tentu saja, ia tak sebaik dan seramah Ismed Sofyan.
Keputusan Ivan Kolev, pelatih Persija yang kini sudah dipecat, memberikan ban kapten Persija kepada Andritany, mungkin tepat sebagai regenerasi, karena Ismed dan Bepe tak lama lagi akan gantung sepatu.Â
Kembali lagi ke timnas...Â
Saat pertandingan berlangsung, terlihat jelas Andritany tak punya pengaruh. Pemain-pemain timnas Indonesia lainnya seperti, seolah, tak punya jenderal yang jadi anutan saat pertempuran berlangsung, yang bisa mengingatkan, memberi perintah, serta menjaga motivasi. Andritany sebaliknya menjadi pemain yang memperlihatkan punya mentalitas lemah.Â
Wibawa kapten timnas benar-benar dibuat luntur Andritany. Sungguh ini peristiwa langkah. Peristiwa besar, bahwa  seorang kapten timnas dicemooh oleh ribuan suporter sendiri. Kiranya, pemain binaan SSB ASIOP Apacinti Jakarta ini segera memerbaiki diri. Seperti nasihat orang Betawi, "Jatuh dua kali, bangun empat kali."Â
Satu lagi, beri kesempatan kiper lainnya, sambil menunggu Adritany kembali kuat. Kalau Persija bisa kembali ke papan atas, karena ia kaptennya, sudah layaklah ia kembali membela Garuda Merah Putih.*Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H