Mohon tunggu...
Abdul Susila
Abdul Susila Mohon Tunggu... Editor - Fanatik timnas Indonesia, pengagum Persija, pecinta sepak bola nasional

anak kampung sungai buaya yang tak punya apa-apa di jakarta selain teman dan keinginan untuk .....

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jakarta Tak Siaga, Mengapa Persija Terusir dari Bekasi?

1 November 2017   13:26 Diperbarui: 1 November 2017   13:35 2582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sial tak bisa ditolak, mujur tak bisa dibeli. Sudah ditolak dampingi Persija saat tampil di Bandung, dukung tim main di Bekasi pun tak bisa beli. Pahit yang nyata, Persija diusir dari Bekasi saat jamu Persib pada Jumat (3/11).

Sama seperti tahun 2016, keamanan jadi alasan. Bedanya, musim lalu, Persija memang sedang dalam sanksi, imbas kerusuhan di stadion utama Gelora Bung Karno, saat jamu Sriwijaya FC. Apalagi, satu hari jelang laga, ada demo besar-besaran di ibu kota.

Tahun ini, alasan keamanan kembali dilempar, tetapi tak jelas muaranya. Desas desus. Hanya desas desus, katanya akan ada aksi besar-besaran melebihi 411 dan 212, menentang peraturan pemerintah tentang ormas, khususnya pembubaran HTI, satu hari jelang laga. Masalahnya, media sosial tak menggelegak. Belum ada poster juga selebaran seruan ikut aksi di dunia maya. Media massa juga sepi berita. Tak ada pula status siaga di Jakarta, seperti pernah ditetapkan saat Persib main di GBK, dalam partai final Piala Presiden.

***

Siang belum habis saat COO PT Liga Indonesia Baru Tigor Shalomboboy mengabarkan laga Persija vs Persib bakal dihelat di Solo, Senin (30/10). Pertanyaan demi pertanyaan diajukan, tetapi jawaban kepastian tak terucap.

Malam harinya, organisasi pendukung Persija The Jakmania berkumpul di Duren Tiga. Di kantor baru Persija itu, Gede dan Tauhid Indrasjarief, ketua umum Jakmania, memimpin pertemuan. Suasana cukup sengit di awal, namun mencair di akhir.

Dari tiga opsi, main di Solo dengan penonton, main di Solo tanpa penonton, atau memilih kalah WO (walk out), koordinator wilayah Jakmania bersama pengurus pusat Jakmania, memilih opsi pertama. Ada pertentangan, tetapi mencoba saling menghormati.

Usai pertemuan, puluhan pemuda tanggung, juga Jakmania, menggeruduk kantor Persija. Mereka memasang dua tulisan. Tulisan pertama berbunyi "Tolak maen di Solo" yang dipasang tembok teras kantor, dan tulisan "Gue Persija bukan GW Persija," yak diletakkan tepat di pintu masuk.

Sempat pula ada sedikit suara teriak dari puluhan pemuda ini. Tetapi begitu Bung Ferry keluar dan menemui, suasana kembali kondisif. Hanya media sosial saja yang tak kunjung senyap. Tanda pagar tolak main di Solo terus menggelegar.

Tiga hari sebelumnya, Sabtu (28/10) dini hari, bos baru Persija Gede Widiade dengan percaya diri berucap, sudah 75 persen proses perizinan main di Bekasi. Artinya, hanya keadaan genting saja yang bisa membatalkan skema.

***

Tak ada angin tak ada hujan, tetapi bukan berarti tak akan ada badai. Badai bisa datang tiba-tiba. Badan metereologi dan geofisika, sebagai lembaga keilmuan, menjadi pihak pertama yang harus mengingatkan situasi seperti ini. Sama halnya dengan kinerja BNN. Peringatan dini.

Apa yang diperingatkan? Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun