Mohon tunggu...
Abdul Susila
Abdul Susila Mohon Tunggu... Editor - Fanatik timnas Indonesia, pengagum Persija, pecinta sepak bola nasional

anak kampung sungai buaya yang tak punya apa-apa di jakarta selain teman dan keinginan untuk .....

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Indra dan Fachri; Menyelesaikan yang Belum Tuntas

19 Januari 2017   23:52 Diperbarui: 20 Januari 2017   00:04 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fachri Husaini memberikan araha strategi saat laga uji coba melawan timnas Jepang.

Saya tak kaget saat mendengar Indra Sjafri dan Fachri Husaini ditetapkan sebagai pelatih timnas U-19 dan U-16. Bahkan saya senang. Bukan karena keduanya asal Sumatera, seperti kampung halaman saya, tetapi karena memang keduanya yang paling tepat.

Lupakanlah juara Piala AFF U-19 2013. Lupakan saja dulu. Bukan itu yang penting. Yang terpenting dan paling memukul adalah kegagalan Garuda Jaya lolos ke Piala Dunia U-20 2015. Ini tak lain karena kegagalan menembus empat besar Piala Asia U-19 2014.

Gagal atau sukses tentu biasa. Itu hukum alam yang tak akan terpisahkan. Akan tetapi, bicara Piala Asia U-19 2014, ada sesuatu yang rasanya memukul kepala. Proses menggapai angan lolos ke Piala Dunia U-20 itu yang menyesakkan dada.

Bagaimana tidak, dalam prosesnya, timnas U-19 (angkatan 2013) yang saat itu ditangani Indra Sjafri, tampil bak sinetron. Hampir setiap pekan tampil di televisi dalam laga uji coba, yang lawannya tentu saja tak seimbang.

Program pelatihan Indra yang telah disiapkan pun berantakan. Pemusatan latihan di Spanyol tak tepat waktu sebagaimana dalam kurikulum mencapai peak performance. Piala AFF U-19 (preparation) 2014 juga tak bisa diikuti. Padahal ini jadi ajang pemanasan. Eh malah tampil di turnamen lain di Brunei Darussalam.

Seperti diduga, timnas U-19 yang ketika itu diperkuat Evan Dimas dan kawan-kawan, seperti kelelahan. Psikologis sang pelatih, Indra juga tidak stabil. Ia tertekan sekaligus jadi pribadi yang mudah marah. Karenanya kekalahan Indonesia di Piala Asia U-19 2014 tak terhindarkan.

Kini, Indra kembali menjadi pelatih Garuda Jaya. Bukan untuk mengulang kisah serupa tentunya. Saya sepakat dengan Indra, Piala AFF bukan ajang Indonesia, tetapi Asia bahkan dunia tempatnya. Tetapi Piala AFF harus dilewati dengan manis dulu pastinya.

Proses pencarian pemain yang dulu begitu inspiratif mungkin tak akan lagi sama. Waktu pencarian pemain tak akan sepanjang dulu. Tekanan di pundak mantan pelatih Bali United ini tentu pula lebih besar. Ada harapan sangat tinggi yang menyertainya.

Tetapi yang perlu diingat. Jangan sekali-sekali mengintervensi Indra lagi. Jangan lagi timnas jadi sinetron berkala layar kaca. Untuk Indra, tentu saja ia harus lebih membumi. Mestakung, semesta mendukung, seperti saat taklukkan Korea Selatan, akan datang dengan sikap membuminya.

Fachri Husaini memberikan araha strategi saat laga uji coba melawan timnas Jepang.
Fachri Husaini memberikan araha strategi saat laga uji coba melawan timnas Jepang.
Sedangkan Fachri adalah korban. Korban rezim (pemerintah) yang resah dengan sepak bola negerinya. Pria plontos yang kini tinggal di bumi Borneo itu disayat hatinya, saat sedang mempersiapkan tim untuk tampil di Piala AFF U-16 2015 dan AFF U-19 2015.

Tim sudah dibentuk, uji coba internasional bahkan dengan Jepang sudah dilalui. Saat itu, kesuksesan Indra di pentas Asia Tenggara rasanya akan terulang. Tetapi ya nasib, arogansi pemerintah adalah mutlak. Fachri terpaksa membubarkan tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun