Mohon tunggu...
Abdul Susila
Abdul Susila Mohon Tunggu... Editor - Fanatik timnas Indonesia, pengagum Persija, pecinta sepak bola nasional

anak kampung sungai buaya yang tak punya apa-apa di jakarta selain teman dan keinginan untuk .....

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Batasan Usia Pemain ISL, Free Kick yang Terlalu Liberal dan Revolusi yang Ugal

12 Januari 2017   17:45 Diperbarui: 13 Januari 2017   15:45 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rendah Diri - Ismed Sofyan menundukkan wajah saat dibidik kamera/Abdul Susila/TopSkor

Sore itu ada senyum di gelas kopi saya. Itu usai membaca sebuah berita di media online franchise khusus sepak bola. Berita soal batasan umur pemain untuk klub kasta tertinggi. Senyum hadir karena fotonya.

Bambang Pamungkas terlihat menunduk. Ia mengenakan seragam garuda merah putih. Siapa tak kenal pemain dengan sebutan Bepe itu? Ibarat kopi, ia robusta. Pahit dilidah tetapi asam di perut. Bagi sebagian kalangan ia legenda, atau mungkin motor legenda.

Media franchise itu memang jeli. Batasan soal usia pemain yang akan tampil di Indonesia Super League 2017 dibumbui foto Bepe. Selama satu musim lalu, ia hanya mencetak satu gol. Ia juga belum ingin gantung sepatu. Ironisnya, Persija masih percaya dengan kemampuannya.

Logika saya sambil minum kopi, tak sampai ke sikap tasawuf manajemen Persija. Saya pernah membaca dari sebuah koran, hidup penyerang adalah mencetak gol. Saat tak ada gol, penyerang itu dianggap mati. Anehnya, kematian Bepe (sebagai penyerang) tak jadi soal bagi Persija.

Tapi kemudin saya teringat Francesco Totti, Gianluigi Buffon, Cristian Gonzales, juga Bima Sakti. Meski sudah kepala empat, mereka belum tamat. Seperti eksekusi bola mati, algoritma kedua pemain ini tetap akurat. Soal cepat, memang mulai berkarat, tetapi tak sekarat.

Kebijakan, sedemikian bijak pun, apalagi tidak bijak, menghadirkan kontroversi. Kebijakan PSSI membatasi usia 35 tahun untuk bisa tampil di kasta profesional (soal profesional tolong jangan didebat, bisa panjang nanti), tentu pula kontroversial.

Ponaryo Astaman, yang kini sudah berusia 37 tahun, berkata, “Ah (aturan) itu payah.” Ketua Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) ini tentu tak ingin kariernya usai. Ia merasa masih kuat dan mampu, apalagi hanya untuk sekedar bersaing dengan yang muda-muda.

Tetapi memang tak ada revolusi yang tak menelan korban. Kiranya tak perlu ada teori untuk ini, sudah banyak yang menuliskannya. Jika PSSI memang sedang merevolusi diri, pemain-pemain gaek ini kini menjadi korbannya.

Ibarat balapan jalanan, PSSI mungkin ugal-ugalan. Sejak 1991, belum ada lagi generasi yang bisa mengharumkan nama Indonesia kecuali Timnas Indonesia U-19 pada 2013. Dengan keugalannya, generasi bintang tak berprestasi itu kini dipinta dengan kasar gantung sepatu.

Rendah Diri - Ismed Sofyan menundukkan wajah saat dibidik kamera/Abdul Susila/TopSkor
Rendah Diri - Ismed Sofyan menundukkan wajah saat dibidik kamera/Abdul Susila/TopSkor
Tetapi inilah jalan seni tendangan bebas atau free kick. Teknik apa pun boleh digunakan asal bola masuk ke gawang. Mau tendang langsung atau umpan dulu, bukan soal, yang penting gol. Mau indah atau buruk, tujuan utamanya tetap sama; gol.

Saya teringat dengan sebuah bacaan dulu sekali, saat masih rajin-rajinnya demonstrasi. Kata John Lucke, liberalisme itu mencita-citakan kebebasan. Liberalisme, tambahnya, menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.

Free kick yang diambil PSSI kiranya terlalu liberal. Memang, dalam sepak bola tak ada batasan usia untuk pensiun, tetapi harus ada kesadaran. Bepe contohnya, sebagai penyerang ia telah mati. Saat kematian (sebagai penyerang) telah datang tetapi enggan bersikap, tendangan bebas harus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun