Mohon tunggu...
Inovasi

Mengenang Era Video Beta 1980an

26 Januari 2016   20:50 Diperbarui: 26 Januari 2016   21:06 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="kaset video beta"][/caption]

Salah satu ikon dari dekade 1980an adalah video berformat beta. Sebenarnya, video berformat VHS—yang wujud kasetnya agak lebih besar dan tampilan visualnya agak lebih bagus—lebih dikenal masyarakat internasional. Tapi, di sejumlah negara, termasuk Indonesia, video beta lebih populer. Mungkin karena di sini Sony cukup masif memasarkan mesin Betamax-nya.

Bagi masyarakat Indonesia, video beta bukan hanya termasuk simbol status, tapi juga cukup banyak manfaatnya. Saat itu, tontonan di televisi sangat terbatas, karena pilihan kanal hanya ada TVRI, plus Programa 2 di wilayah DKI Jakarta. Video game juga belum populer. Alhasil, video beta jadi satu-satunya alternatif kegunaan bagi pesawat televisi.

Tidak seperti sekarang, film-film Hollywood saat itu baru masuk Indonesia berbulan-bulan, atau bahkan lebih dari setahun, setelah pemutaran di negara-negara maju. Video beta memungkinkan orang Indonesia menonton film yang bahkan belum beredar di sini, misalnya James Bond (diperankan Roger Moore ketika itu) serta aneka film koboinya Clint Eastwood atau film detektifnya Charles Bronson. Begitu juga dengan film-film lawas, macam The Ten Commandments, Ben Hur, Doctor Zhivago, atau New York, New York.

Pilihan film Indonesia di video beta bahkan melebihi koleksi DVD zaman sekarang. Mau komedi sejak zaman Ateng-Iskak hingga zaman Kadir-Doyok atau Dono-Kasino-Indro? Ada. Mau nonton film-film horor Suzanna di ruangan rumah yang terang benderang? Bisa. Mau nonton film-film dewasanya Doris Callebout atau Eva Arnaz tanpa takut ketahuan kenalan di gedung bioskop? Juga boleh.

Bagi yang suka film Hongkong, video beta merupakan tambang emas. Ketika Andy Lau masih remaja dan di sini dikenal sebagai penyanyi bernama Liu Te Hua, popularitasnya menyebar lewat kaset video. Yang tak kalah memasyarakatnya adalah film-film kungfu—di sini disebut film silat—yang berupa serial video, bukan untuk bioskop. Saya ingat ketika itu sedang ramai serial Sin Tiauw Hiap Lu (Pendekar Pemanah Rajawali) dan serial tentang Wan Fei-Yang sang Pendekar Ulat Sutera.

Last but not least, video beta adalah pintu masuknya budaya anime dan tokusatsu di Indonesia. Ketika itu, kedua istilah tersebut belum digunakan. Anime lebih dikenal sebagai ”kartun Jepang”. Pelopornya adalah serial anime mecha Voltes V dan serial tokusatsu Megaloman. Lewat penerbit Trio Tara, anak-anak Indonesia mengenal Candy Candy jauuuh sebelum manganya diterbitkan oleh Elex Media Komputindo dan animenya diputar (lagi) oleh RCTI. Bahkan, seingat saya seniman sekelas GM Siddharta pernah menulis tentang fenomena anime—diwakili video Ikkyuu-san—di koran Kompas edisi hari Minggu.

Tempat penyewaan kaset video beta menjamur di kota-kota besar. Biaya sewanya seribu perak perkaset untuk satu-dua hari, tergantung kebijakan tempat sewa. Perusahaan yang memproduksi mesin pemutarnya juga semakin banyak, meski Sony Betamax tetap dominan. Banyak anak tahu cara mengoperasikan mesin tersebut, termasuk menggunakan tombol putar tracking untuk mencari kualitas gambar terbaik.

Lucunya, kebanyakan orang percaya bahwa menggulung pita kaset video (rewind) lewat mesinnya bisa merusak head. Tidak seperti kaset musik, kaset video terlalu besar untuk digulung menggunakan pensil. Karena itu, mesin penggulung kaset yang dijual terpisah laris manis. Rental video bahkan punya lebih dari satu mesin penggulung. Entah apakah mesin tersebut benar-benar diperlukan, tapi yang jelas perusahaan sekelas Sony pun ikut memproduksinya.

Popularitas video beta pudar pada awal dekade 1990an. Penggesernya adalah VCD (yang ironisnya, kualitas audio visualnya lebih buruk ketimbang video beta) dan laser disc (piringan bongsor yang sempat jadi simbol status yang baru). Faktor lainnya adalah menjamurnya mesin video game Nintendo 8-bit serta mulai munculnya TV swasta di Indonesia, yang merebut kegunaan pesawat televisi. Munculnya piranti handycam yang memanfaatkan kaset video tak banyak menolong, karena merekam kegiatan sehari-hari lewat kamera video belum memasyarakat sebagaimana di era socmed sharing sekarang.

Nah, bagi anda sendiri, apa yang dikenang dari era video beta dulu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun