Mohon tunggu...
maizan khairun nissa
maizan khairun nissa Mohon Tunggu... -

medical student-writer-photographer-social worker

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belajar dari yang Tiada

16 Agustus 2011   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"belajarlah dari yang tiada, maka engkau akan bijak menjalani yang ada"

Pagi ini, kami akan menjalani pelatihan tentor anatomi. aku dan beberapa temanku yang yang kebetulan lolos seleksi untuk menjadi tentor (asdos) bagian anatomi bersiap mengikuti pengemblengan. pengemblengan ini terdiri dari materi klinis dan identifikasi yang berarti pula kami akan berjibaku menghadapi kadaver (preparat manusia) sepanjang hari.

ketika pertama kali mendaftar dan mengikuti seleksi, tak terbersit sedikitpun pelatihan akan dipusatkan saat Ramadhan. Namun, kenyataannya sekarang mau tidak mau, suka tidak suka,kami harus menjalani ini. di ruang anatomi berjam-jam dengan bau formalin yang menyengat, dan memindahkan sejumlah kadaver dari peti ke meja preparat. Sesungguhnya ini bukan hanya butuh tenaga namun terlebih lebih adalah nyali.

Hari pertama pelatihan dimulai. sejak jam 7 pagi, kami sudah harus memindahkan kadaver dari peti ke meja preparat. Dosen kami tak sedikitpun memperbolehkan kami dibantu laboran. dengan susah payah kami mengambil kadaver utuh dari peti dan beberapa kadaver yang sudah dikuliti. Yang sudah dikuliti itu berarti yang mungkin tanpa kepala, atau hanya dari pinggang ke bawah. sebagai manusia normal, perasaan takut kadang menyergap .Namun niat adalah untuk pendidikan,maka ku yakinkan hatiku kuat-kuat.

sebelum dimulai pelatihan dengan lantang dosenku berkata di depan sana,

"mereka yang tertidur di sana bukan berarti tertidur. setiap jengkal tubuh mereka bersinar demi ilmu Allah SWT. mereka adalah guru kalian. perlakukan seperti kalian ingin diperlakukan. belajar dari yang tiada agar kalian bijak menjalani yg ada"

maka dimulailah pelatihan itu. 1000 item wajib dihapal dan ditemukan letaknya pada kadaver dan dimengerti pula makna klinisnya dan hubungan dengan penyakit. memang TOP1 sekali .Berjam-jam dengan semangat kami belajar. dengan niat Lillahi taa'la walau dipapar oleh formalin terus menerus dan sedang menjalani puasa, kami berusaha tetap fokus. terkadang aku menatap wajah yang tertidur itu. Suatu saat aku dan kawan-kawanku di sini pun akan menyusul seperti wajah itu. Mungkin kami akan tetap di tanah atau mungkin mengabdikan diri untuk pendidikan seperti beliau yang tertidur itu. Rasanya semakin belajar di sini, semakin kita mengingat kematian yang semakin mendekat pula.

pelatihan dilaksanakan dengan padat. hanya diberikan break solat 15 menit untuk duhur dan ashar sampai-sampai tak terasa adzan magrib berkumandang. begitu agung terdengar, menyusup di celah-celah ruangan yang ditakuti oleh banyak orang ini. memenuhi setiap sudut ruangan yang menggetarkan jiwa. memanggil setiap insan untuk meninggalkan kehidupan dunia yang fana.

hari ini tidak memungkinkan untuk berbuka di rumah. Maka dari itu di taman depan ruang anatomi, kami para mahasiswa beserta para dosen dan laboran membaur tanpa ada perbedaan. berbuka bersama dengan suka cita dilatari oleh langit yang kekuningan. break sejenak untuk kemudian melanjutkan aktivitas hingga malam menjelang.selain itu, kami saling berbagi pengalaman, nasehat dan canda tawa. Di sini aku merasa berada di sebuah keluarga. TOP1 sekali.

seharian ini kami belajar untuk menghargai yang tiada, belajar ilmu Allah untuk semakin mendekat padaNYA, belajar mengingat kematian untuk terus mempersiapkan kedatangannya.

kawan, belajar dari yang tiada adalah menyadari bahwa yang ada tak ada pernah abadi. Mereka yang tertidur di sana, selalu hidup untuk menerangi dan membuka jalan ilmu. Mereka adalah insan-insan TOP1 yang rela mengorbankan raganya untuk kemajuan generasi sekarang. bahkan di saat mereka telah tiada, mereka masih bisa berbuat untuk sesama dengan caranya.

Dan kepada mereka seharusnya kita berterimakasih, bukan malah bersikap antipati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun