TEKNOLOGI TEPAT GUNA MAHATMA GANDHI
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dapat menjawab permasalahan masyarakat, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. Teknologi tepat guna dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.
Teknologi tepat guna adalah umumnya dikenal sebagai pilihan teknologi beserta aplikasinya yang mempunyai karakteristik terdesentralisasi, berskala relatif kecil, padat karya, hemat energi, dan terkait erat dengan kondisi lokal. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif seminimal mungkin dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
Teknologi tepat guna paling sering didiskusikan dalam hubungannya dengan pembangunan ekonomi dan sebagai sebuah alternatif dari proses transfer teknologi padat modal dari negara-negara industri maju ke negara-negara berkembang. Namun, gerakan teknologi tepat guna dapat ditemukan baik di negara maju dan negara berkembang. Di negara maju, gerakan teknologi tepat guna muncul menyusul krisis energi tahun 1970 dan berfokus terutama pada isu-isu lingkungan dan keberlanjutan (sustainability). Di samping itu, istilah teknologi tepat guna di negara maju memiliki arti yang berlainan, sering kali merujuk pada teknik atau rekayasa yang berpandangan istimewa terhadap ranting-ranting sosial dan lingkungan.
Secara luas, istilah teknologi tepat guna biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju. Seperti dijelaskan di atas, bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal". Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna sering kali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu.
Mahatma Gandhi merupakan seorang pencetus yang mengawali adanya pendekatan teknologi tepat guna. Meskipun pada masa itu belum diperkenalkan adanya istilah teknologi tepat guna tetapi Mahatma Gandhi sudah memanfaatkan teknologi sederhana berbasis kondisi lokal. Mahatma Gandhi mencetuskan sebagian besar berupa teknologi berbasis pedesaan untuk membantu desa-desa di India agar menjadi mandiri.
Pada tahun 1925 Gandhi mendirikan the All-India Spinners Association dan pada tahun 1935. Setiap anggota Asosiasi Pemintal Seluruh India berkewajiban untuk Menyebarkan Charkha. All India Spinners Association didirikan sebagai bagian integral dari organisasi Kongres. Ini terdiri dari anggota, rekan dan donor dengan dewan eksekutif. Itu didirikan sebagai organisasi ahli untuk pengembangan pemintalan tangan dan Khaddar dengan keberadaan dan kekuatan independen. dia pensiun dari dunia politik untuk membentuk the All-India Village Industries Association. Kedua organisasi tersebut menempatkan fokusnya pada teknologi berbasis pedesaan yang mirip dengan gerakan teknologi tepat guna yang tumbuh pesat beberapa dekade setelah itu.
Menurut pandangan Mahatma Gandhi, ia tidak setuju dengan ide mengenai teknologi yang menguntungkan hanya sebagian kecil orang dengan mengorbankan sebagian besar yang lain, termasuk penerapan teknologi yang menyebabkan banyak pengurangan tenaga kerja hanya demi meningkatkan keuntungan saja. Kritiknya Mahatma Gandhi pada teknologi: “Tubuhku Ini Tak Lain Adalah Bentuk Mesin Rumit, Bagaimana Aku Bisa Anti Mesin? Alat pintalku, tusuk gigi ini adalah mesin; Aku tidak membernci mesin, namun aku benci pada rasa suka berlebihan kepada mesin; Aku tidak suka Mesin yang Melemahkan kekuatan Manusia”.
Ada yang membicarakan tentang efisiensi tenaga manusia, sementara ribuan orang terlantar ke pinggiran jalan tanpa pekerjaaan. Harusnya bukan untuk sekelompok orang, tidak hanya dikhususkan dibeberapa tangan orang, namun semua orang (teknologi adalah martabat manusia keseluruhan) tanpa ketegori. Menurut Gandhi, mesin teknologi jangan sampai memiliki kriteria sebagai berikut:
- Material anti Humanisme.
- Human Labor, dan manusia menjadi tidak relevan.
- Eksplorasi ekonomi (Modal Ekspanasi) dan menjadi musuh peradaban dunia.
- Adanya jarak ketegangan social.
- Individualisme tak berkesudahan.
- Sains harus mampu memberikan kepuasan kepda kelaparan tubuh, pikiran, jiwa
Mesin harus memiliki tujuannya sendiri, dan mereka selalu seperti itu, dan wajib berbagi ruang dengan manusia, namun mesin teknologi jangan sampai meruntuhkan kontribusi manusia sampai unit terakhir. Mahatma Gandhi berpesan bahwa teknologi perlu dihindarkan apabila:
- Hanya menyenangkan tapi untuk kepentingan diri sendiri
- Membuat manusia tidak mau beraktivitas.
- Mempengaruhi psikologi perilaku.
- Menuntun manusia kearah yang salah.
- Mengubah citra dan identitas pribadi di tengah masyarakat.
Mahatma Gandhi menekankan bahwa teknologi tepat guna harus menghasilkan nilai tambah dalam aspek ekonomi agar dapat dipergunakan sesuai kebutuhan masyarakat, serta mempertimbangkan dampak social dan lingkukan yang akan ditimbulkan. Dia berkata, “Tidak ada yang menentang mesin atau menentang penyalahgunaannya, atau penggunaannya yang berlebihan”. Oleh karena itu dia ingin orang menilai mereka berdasarkan konsekuensinya terhadap berbagai aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan. Menurut Mahatma Gandhi teknologi tepat guna memiliki 5 kebermanfaatan, yaitu:
- Tidak meninggalkan nilai-nilai tradisional kebaikan.
- Mempermudah manusia, mental Spritual, dan multi dimensi.
- Adanya proses memberi-menerima antara teknologi dengan moral kehidupan manusia.
- Keberlanjutan sepanjang hayat dan dampaknya untuk generasi mendatang.
- Adanya distribusi untuk semua manusia, bukan hanya untuk manusia tertentu.
Mahatma Gandhi sangat kritis tentang cara khas manusia menghubungkan dirinya dengan dunia dan lingkungan di zaman modern. Tumbuhnya ketergantungan manusia pada mesin adalah fitur lain dari industrialisasi, yang menurut Gandhi tidak dapat diterima. Seperti yang telah kita lihat, dia tidak menentang industrialisasi seperti itu. Dia keberatan dengan cara industri dan teknologi baru dimasukkan ke dalam masyarakat. Dia memiliki gagasan tentang hidup berdampingan secara damai, di mana industrialisasi berjalan seiring dengan kerajinan desa dan tenaga kerja manusia. Dia menambahkan: “Saya memvisualisasikan listrik, pembuatan kapal, besi, pembuatan mesin, dan sejenisnya yang ada berdampingan dengan kerajinan tangan desa. Tapi urutan ketergantungan akan dibalik.” Dia menemukan bahwa kerajinan tangan dan tenaga kerja desa adalah tanggapan paling langsung terhadap kebutuhan dan keinginan manusia yang sejati. Tapi dia siap menerima penggunaan mesin di mana pun itu tidak bisa dihindari, dan menentang ketergantungan yang berlebihan padanya.
Dari perspektif lingkungan, ia mengamati bahwa ketergantungan pada mesin ini telah menghancurkan hubungan manusia yang tidak terpisahkan dengan alam. Menurutnya, hubungan alami seperti itu ditemukan dalam kerja manual, di mana tidak ada mesin yang masuk di antara keduanya. Dia mengatakan bahwa, “Melupakan bagaimana menggali tanah dan merawat tanah berarti melupakan diri kita sendiri.” Di sini alam diperlakukan sebagai sesuatu yang berbeda dari manusia; yang selalu dituju manusia untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Dia khawatir tentang naluri hewani manusia yang tidak mengenal batas nafsu makan mereka. Hind Swaraj untuk Gandhi dengan demikian merupakan upaya untuk melihat keindahan dalam kesederhanaan sukarela, kemiskinan (sukarela), dan kelambatan.
Konsep gagasan Gandhi dalam tercapainya swaraj adalah terciptanya satu masyarakat yang mandiri dan berkompetensi diri yang mumpuni dalam hal upayanya meraih satu kesejahteraan integral. Dalam sisi sosial, gerakan ini juga dimaknai oleh Gandhi sebagai upaya pendisiplinan dan pembentukan mental warga India dalam menyongsong cita-cita swaraj. Setiap individu dalam masyarakat India, oleh Gandhi, sebisa mungkin dikondisikan sebagai individu yang berkemampuan dan berkompetensi untuk (minimal) menyokong kebutuhan dirinya sendiri.
Komitmennya pada ahimsa, atau tanpa kekerasan sudah lengkap, tapi tidak idealis. Seperti dijelaskan di atas, dia tidak pernah menjadi penentang modernisasi dan bahkan industrialisasi yang dogmatis, tetapi lebih peduli dengan penggabungan yang bijaksana dari fenomena baru semacam itu ke dalam kehidupan manusia, tanpa mengganggu hubungan alami dan bawaan manusia dengan alam dan lingkungan. Ia memvisualisasikan dudukan semua nilai dan etika manusia yang baginya bertanggung jawab atas semua kemajuan dan perkembangan manusia dalam hubungan yang tak terpatahkan itu.
Hubungan antara teknologi Sistem Informasi Akuntansi dengan pemikiran Mahatma Gandhi yang dapat kita ambil yaitu perkembangan teknologi dan pengaruhnya terhadap manusia. Seperti yang kita ketahui Efektivitas sistem informasi akuntansi merupakan suatu keberhasilan yang dicapai oleh sistem informasi akuntansi dalam menghasilkan informasi secara tepat waktu, akurat, dan dapat dipercaya. Dampak yang diperoleh adalah teknologi informasi telah memberikan kemudahan bagi karyawan dalam melakukan pemrosesan data. Teknologi merupakan alat yang berguna untuk membantu individu dalam penyelesaian pekerjannya.
Kecanggihan teknologi di masa kini memiliki perkembangan yang pesat bahkan mampu menghasilkan beraneka ragam teknologi sistem yang dirancang untuk membantu pekerjaan manusia dalam menghasilkan kualitas informasi terbaik. Kenanekaragaman teknologi tersebut memberikan kemudahan bagi para pengguna teknologi dalam implementasi. Keefektifan sistem informasi akuntansi dapat mengukur keunggulan daya saing yang dapat diciptakan oleh perusahaan. Peningkatan efektivitas sistem informasi akuntansi memerlukan adanya peran dan partisipasi manajemen dalam mendukung implementasi dan pengembangan sistem informasi akuntansi.
Pengetahuan manajer akuntansi terhadap sistem informasi juga merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam aplikasi serta pengembangan sistem informasi akuntansi. Keluaran yang dihasilkan dari sistem informasi akuntansi adalah berupa laporan keuangan yang akan diserahkan kepada pihak manajemen dan akan digunakan sebagai alat pengambilan keputusan. Sistem dapat dikatakan efektif apabila sistem mampu menghasilkan informasi yang dapat diterima dan mampu memenuhi harapan informasi secara tepat waktu (timely), akurat (accurate), dan dapat dipercaya (reliable).
Kemajuan teknologi mempengaruhi perkembangan akuntansi. Peranan TI terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi. Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan SIA dalam hal pemrosesan data, pengendalian intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan keuangan. Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan, maka perkembangan teknologi yang semakin pesat mulai menggeser kendali pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Sebagian orang menganggap dengan ditemukannya berbagai aplikasi yang mampu membantu dalam penyusunan laporan keuangan akan memberikan ancaman tersendiri terhadap profesi akuntan. Mereka menganggap bahwa dengan ditemukannya software tersebut dapat mengurangi jumlah kebutuhan tenaga kerja dibidang akuntansi. Namun, meskipun semakin banyak software akuntansi yang mampu membuat laporan keuangan tersebut, profesi akuntan tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Hal ini selaras dengan pemikiran Mahatma Gandhi mengenai teknologi tepat guna, penggunaan teknologi pada Sistem Informasi Akuntansi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Penggunaan teknologi pada SIA dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah, serta menghasilkan nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup. Diharapkan penggunaan teknologi ini dapat membantu memudahkan manusia dalam efektifitas, penghematan waktu dan biaya dan memiliki manfaat besar untuk semua manusia bukan hanya beberapa kalangan. Penggunaan teknologi pada SIA diharapkan mampu dipergunakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tetap memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya.
CITASI
Apollo. (2023, April 05). Filsafat Teknologi Mahatma Gandhi. Retrieved from Kompasiana.
Apollo. (2023). Sistem Informasi Akuntansi Teknologi Informasi Bahan Materi Mahatma Gandhi. Jakarta.
Chakrabarty, B. (2007). Mahatma Gandhi: The Historical Biography. The Lotus Collection.
Joyo, P. R. (2019). Mengenal Mahatma Gandhi Dan Ajarannya. Dharma Duta.
Noviari, N. (2007). Pengaruh Kemajuan Teknologi Informasi Terhadap Perkembangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi.
Ratnaningsih, K. I., & Suaryana, I. N. (2014). Pengaruh Kecanggihan Teknologi Informasi Informasi, Partisipasi Manajemen, dan Pengetahuan Manajer Akuntansi Pada Efektivitas Sistem Informasi Akuntansi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Sreekumar N., N. K. (2011). Gandhi’s Criticism of Industrialization and Modernity: An Environmental Perspective.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H