“Maaf, Aysi tetap belum bisa menyukai bunga.”
Ibu menggeleng.
“Kau pulang, bunga Ibu telah lengkap.”
Aku, bunga Ibu yang dinantinya lama. Semua memang telah lengkap kini, bunga Ibu sempurna dalam formasi. Sempat dulu aku bertanya, sebenarnya untuk apa bunga-bunga Ibu, namun Ibu membiarkan aku menerka-nerka sendiri.
***
Hari ini setelah sekian lama tidak, aku kembali menyentuh bunga Ibu. Kelopak kelopak segar terkulai berjatuhan di tanganku, kurasakan kasih sayang Ibu yang menghidupi mereka dengan lembut. Sayangnya dari tanganku kemudian pula bunga-bunga itu jatuh, mengantar Ibu, menemaninya lelap dalam tidur panjang di balik pusara.
Inikah yang Ibu mau? Semoga Ibu suka.
[-]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H