Mohon tunggu...
Maisyah Nur Rasyifah
Maisyah Nur Rasyifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sriwijaya

Salah satu mahasiswi Universitas Sriwijaya jurusan Ilmu Komunikasi konsenstrasi Public Relations yang memiliki ketertarikan dalam dunia literasi, menyukai menulis dan merangkai kata sedari kecil, membuat saya termotivasi untuk menerbitkan sebuah artikel hasil buah pemikiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Berani Membawa Perubahan, Bukan Berbalik Membawa Tuntutan

30 Maret 2023   15:01 Diperbarui: 30 Maret 2023   15:02 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sub tema : Dukungan Manajemen Sekolah dan Dinas Pendidikan

Oleh : Maisyah Nur Rasyifah

Pendidikan adalah hal dasar yang harus dimiliki setiap individu, pendidikan tidak hanya bisa di dapatkan melalui instansi/sekolah saja. Namun, pendidikan bisa kita temukan dalam keberagaman hidup bersama. Melihat pendidikan Indonesia yang sangat jauh dari kata sempurna, membuat kami para pelajar harus merasakan kerasnya tekanan dalam menguasai seluruh bidang kemampuan.

 Dibandingkan dengan negara lain, kami hanya bisa mentertawakan nasib diri dengan tuntutan pendidikan yang harus serba bisa untuk dikuasai. Jika sistem pendidikan seperti ini terus menerus dilakukan, maka Indonesia hanya akan terus berada dalam kategori negara berkembang. 

Label negara dengan tingkat literasi paling rendah diraih oleh Indonesia, membuat sendu dari pada para tenaga pengajar. Karna sejauh ini mereka sudah melakukan yang terbaik, namun tuntutan pekerjaan membuat mereka harus melakukan apa yang menjadi perintah, bukan bertujuan kepada bagaimana mampu menghasilkan bibit yang baik untuk kemajuan negara ini.

Rekonstruksi untuk bidang pendidikan perlu dilakukan, satu persatu program diluncurkan untuk membenahi kekacauan yang terjadi selama ini, salah satunya adalah program merdeka belajar. Kurikulum merdeka yang memuat kebijakan seminim mungkin, disesuaikan dengan porsi kemampuan pelajar saat ini sudah mulai diterapkan secara perlahan. 

Namun, hal ini tidak cukup jika harus mewujudkannya tanpa bantuan dari dinas pendidikan. Peran pemerintah yang berwenang menaungi dunia pendidikan harus berkontribusi mengarahkan kepada sistematika pendidikan yang lebih efektif. Pelajar harus mendapatkan arahan dan bimbingan yang baik sesuai dengan kemampuan mereka, hal ini semua didapatkan dari seorang tenaga pengajar. 

Namun, kewajiban yang dilakukan tenaga pengajar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, jika tata pengelolan sekolah/instansi masih sama dengan kebijakan terdahulu. Hal utama yang perlu diubah adalah manajemen instansi/pihak sekolah terkait, mereka harus bisa memberikan pelatihan dan persiapan bekal kepada tenaga pengajar, bagaimana kita mampu menciptakan bibit unggul dengan tidak memberikan tekanan kepada para pelajar.

Banyak putra/putri meninggalkan tanah kelahirannya sendiri, setelah melihat dan merasakan kemirisan dalam dunia pendidikan di negeri ini. Hasil yang mereka dapatkan tidak diakui secara terhormat dan terpatri, malah dianggap sebagai bualan diri yang menginginkan validasi. Setelah lahirnya sumpah pemuda, memberikan harapan baru jika rakyat Indonesia mampu berdiri di kaki sendiri. 

Namun, hasilnya tetap nihil tergerus kepentingan pribadi. Melihat sejauh dan hingga detik ini, pendidikan di Indonesia cukup bisa dikatakan miris dengan penolakan seribu alasan alibi demi mencerdaskan anak bangsa. Kebijakan pendidikan di Indonesia yang menekankan jika semua pelajar harus mampu menguasai seluruh bidang pendidikan, berbanding terbalik dengan kemampuan yang dimiliki oleh tiap pelajar. 

Sistem pembelajaran yang memberikan tekanan, baik kepada tenaga pengajar dan pelajar tidak membuahkan hasil sedemikian rupa, malah hal yang terjadi berbanding terbalik dengan yang diharapkan.

Indonesia butuh perubahan yang membawa aksi nyata, rekonstruksi seluruh lapisan bidang yang membawa kepada kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan. Bukan hanya sekedar bersua ria mengemukakan jaminan kesejahteraan dan kemajuan, namun hasilnya nihil tidak terwujud satupun. Rekonstruksi pendidikan adalah hal utama yang perlu dirombak, mengkategorikan minat individu untuk menekuni apa yang menjadi passionnya adalah satu hal yang perlu dilakukan, agar pendidikan dapat berjalan dengan kondusif. 

Sudah banyak kasus yang terjadi, tetapi pihak yang bertanggung jawab seakan tidak mengindahkan peringatan tersebut, tetap terus berjalan di tempat tanpa ada keinginan untuk membawa perubahan. Jika realitas seperti ini terus terjadi, cukup persiapkan diri dengan desakan keluhan dari para petinggi negeri.

Tersedianya wadah pendidikan ini seharusnya mampu memberikan ruang kenyamanan bagi para pelajar untuk menekuni apa yang menjadi bidang kemampuannya, bukan memberikan tuntutan serba bisa untuk menguasai seluruh bidang yang bahkan mereka saja tidak mampu menaunginya. Perubahan tidak hanya dituntut kepada pelajar saja harus pintar ini itu, pintar matematika, pintar sejarah, pintar biologi, dan mata pelajaran lainnya. 

Namun, konstruksi pengelolaan pembelajaran mereka juga tidak diubah, hanya menuntut tanpa mau menuntut mereka ke arah perubahan. Fasilitas pendidikan juga tidak hanya diberikan melalui sebuah instansi/sekolah saja. Dinas pendidikan seharusnya mampu meluncurkan sebuah program yang menarik minat pelajar saat ini, mampu mengenali apa yang menjadi keinginan mereka agar bisa belajar dengan sekondusif mungkin.

Mungkin berikut beberapa tips dari saya mengenai sistematika bagaimana agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, serta diharapkan mampu menghasilkan bibit unggul yang dapat membawa perubahan untuk Indonesia Maju, di antaranya sebagai berikut :

  • Kenali kepribadian para pelajar
  • Lakukan pendekatan secara personal kepada mereka
  • Beri ruang kepada diri mereka untuk mengenali diri mereka sendiri
  • Arahkan dan tawarkan beberapa bidang pendidikan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuannya
  • Rekonstruksi model pembelajaran dan jadwal belajar yang kondusif
  • Ciptakan lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan damai
  • Beri tantangan dan tanggung jawab dengan tegas
  • Pantau sejauh mana progress yang mereka mampu kuasai
  • Berikan reward untuk menghargai pencapaian mereka selama ini
  • Beri validasi sesuai hasil kerja usaha sendiri

Menurut pendapat pribadi saya, Indonesia akan menjadi negara maju jika masyarakat terutama pelajar tidak diberi tekanan untuk mengikuti arah perintah yang terkadang tidak masuk akal. Bisa kita lihat, sistem pembelajaran di Indonesia yang dimana pendidikan di sekolah berlangsung dari pagi hingga sore dengan durasi belajar hingga 12 jam selama 5 hari dalam seminggu. Hal ini tentu sangat tidak kondusif, kapasitas otak manusia juga butuh jeda untuk merespons dan mengelola sejenak. 

Jika terus dilakukan seperti ini, maka dampaknya banyak terjadi kasus kenakalan remaja, bunuh diri, pelecahan seksual, dsb yang disebabkan karna terlalu banyak tekanan untuk serba bisa. Alhasil mereka merasakan setres dan mencari peralihan dengan melakukan hal diluar nalar.

Diibaratkan dunia pendidikan di Indonesia tidak memberikan jeda kepada para pelajar untuk merefresh otak mereka sejenak. Coba kita bandingkan dengan Negara Swiss, negara dengan penobatan sistem pendidikan terbaik di dunia. Mengapa bisa demikian? Karna kebijakan di negara tersebut memberikan kebebasan pada warga negara mereka untuk memilih sendiri apa yang menjadi passion mereka dan menekuninya hingga selesai. Jadi, mereka hanya berfokus pada satu bidang saja dan dikerjakan dengan teliti mungkin.

Tak hanya itu, pihak pemerintah juga memberikan ketegasan dan pengawasan yang ketat terhadap dunia pendidikan mereka, agar sistem pendidikannya dapat bekerja dengan baik. Saya rasa, Indonesia dapat menjadi negara maju jika pemerintah atau pihak terkait yang berwenang dalam menaungi dunia pendidikan dapat menjalankan kewajiban mereka sebagaimana mestinya, dengan mendahulukan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun