Mohon tunggu...
Main Fals
Main Fals Mohon Tunggu... wiraswasta -

●Bukan blogger pemula, tapi bukan juga seorang blogger master. Akoe hanyalah seorang pengangguran yang senang mempelajari hal-hal baru seputar BLOG, SEO dan internet marketing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lamongan dan Terorisme

21 Oktober 2014   02:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:20 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saat kami, orang Lamongan, pergi keluar kota dan harus berkenalan dengan orang dari daerah yang berbeda, kami sering dihadapkan dengan dahi-dahi yang mengernyit saat kami menyebut nama Kabupaten Lamongan. Kami mafhum, kota kami memang sudah sangat terkenal sejak 11 tahun lalu, dalam lingkup nasional sampai internasional.

Apa lagi kalau bukan perkara bom Bali I di tahun 2002 yang menyeret pria bernama Amrozi. Sejak saat itu, kabupaten kami yang awalnya hanya sebuah kabupaten dengan luas tak lebih dari 2.000 km2 yang terletak di sepanjang pantai utara Jawa Timur menjadi lebih terkenal daripada ibukota provinsi itu sendiri, Surabaya.

Mengenang Amrozi

Selama beberapa bulan media-media besar kerap menyoroti kota kami, kota yang dibilang sebagai sarang para teroris. Maklum, bukan hanya Amrozi seorang saat itu, dua saudaranya,  Ali Ghufron dan Ali Imron, juga menjadi terdakwa dalam kasus yang sama.

Kalau harus jujur, tidak hanya tragedi bom Bali I saja “ulah” yang mereka – Amrozi dan saudara-saudaranya – lakukan. Pengakuan dalam buku yang ditulis sendiri oleh Amrozi di LP Batu, Nusakambangan tahun 2008 bertajuk Senyum Terakhir Sang Mujahid, membeberkan segala bentuk kegiatan terorisme sejak tahun 1999 yang ia sebut sebagai kegiatan jihad di jalan Tuhan.

Di mulai dari aksi terorisme di Maluku tahun 1999, dilanjutkan di Poso, peledakan gereja-gereja di Mojokerto, Mataram, Batam, Pekanbaru, Jakarta dan kota-kota lain yang dilakukan di tahun 2000. Dari keseluruhanya, Amrozi mengaku berperan menyiapkan bahan-bahan peledak serta senjata api di rumahnya di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, serta mengantarkannya ke kota tujuan sebagai tugas yang diemban dari sang kakak, Ali Ghufron.

Tak berhenti di sana, tahun 2001, tragedi pengeboman kantor Kedubes Filipina di Indonesia yang berakibat cacat seumur hidupnya Leonides T Caday, Kedubes Filipina saat itu sekaligus target pengeboman. Dan puncak semua aksi terorisme yang Amrozi cs lakukan terjadi pada tragedi bom Bali I tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang dan konon  direncanakan sebagai aksi terorisme terbesar sepanjang sejarah Indonesia.

Pada dua aksi terakhir ini, Amrozi tetap memegang peran yang sama seperti aksi-aksi sebelumnya. Pria yang pernah menikah 3 kali dan dieksekusi mati pada 9 November 2008 ini, dalam bukunya, juga membeberkan masa mudanya yang dikenal nakal hingga pernah menjalani hukuman penjara di Polsek Paciran karena membongkar sebuah makam keramat, serta kejadian-kejadian lain yang ia alami selama berpindah tahanan dari LP Krobokan, Denpasar, Bali ke LP Batu, Nusakambangan, Jawa Tengah.

Kota teroris episode 2

Setelah cukup lama berita tersebut lenyap dari pengamatan media, sebulan lalu, 3 Juni 2013, tragedi terorisme kembali terjadi di Poso, tepatnya di kantor Polres Poso, Sulawesi Tengah. Pukul 08.03 Wita, seorang pria berpakaian hitam dan mengendarai motor bebek masuk ke dalam halaman depan kantor Polres Poso sambil membawa bom rakitan dalam sebuah stoples. Bom yang ia bawa sempat meledak 2 kali. Ledakan pertama cukup kecil, sementara ledakan kedua lebih besar hingga menghancurkan tubuh pelaku. Meski tidak menelan korban jiwa (selain pelakunya sendiri), namun tragedi ini kembali mengangkat kembali Lamongan sebagai trending topic beberapa minggu di banyak media.

Pasalnya, setelah diusut, pelaku bom bunuh diri tersebut adalah pria asal Lamongan bernama Zainul Arifin, warga Kelurahan Blimbing, Kecamatan Paciran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun