Hari pertama sekolah, setelah libur lebaran, tanggal 20 mei. Aku memasuki ruang kelasku untuk menyapa anak didikku. Mereka menjawab salamku saat aku masuk dan salah seorang anak laki-laki dengan segera menyiapkan teman-temannya tanpa aba-aba dariku. Aku duduk di kursi guru sambil memperhatikan mereka membaca do'a untuk memulai pelajaran pagi itu.
Setelah mereka selesai membaca do'a dan ayat-ayat pendek, aku mulai bertanya, "Siapakah puasanya yang penuh satu bulan kemaren?"
Secara serempak mereka menagacungkan tangannya,umumnya mereka melaksanakn puasa dengan penuh.
"Alhamdulillah," ucapku. "Anak-anak ibuk semua pintar dan hebat, semoga menjadi anak yang sholeh dan sholehah."
Lalu akupun kembali bertanya, "Siapa yang sudah hafal 4 surat pendek yang ibuk tugaskan untuk menghapal di rumah selama bulan ramadhan?"
Mereka banyak yang diam, hanya dua orang saja yang mengacungkan tangannya. "Lho kok sedikit yang mengacungkan tangan? Kenapa? bukankah sudah ibuk ingatkan melalui WA orang tua!" ucapku.
Salah seoranganak laki-laki menyahut,"Buk orang tua saya tidak ada mengasih tahu" .Masak iya! kan ibuk juga sudah menyampaikan juga sebelum libur,"Siapa yang puasanya penuh akan ibuk kasih THR, Siapa yang hapal surat pendek yang ibuk tugaskan, juga akan mendapat tambahn THR,jadi tidak ada alasan jika orang tua tidak memberi tahu kan? karena ibuk juga sudah menyampaikan sebelumnya.
"He he lupa buk,jawab mereka polos
Nah, sesuai dengan janji ibuk sebelum puasa, maka siapa yang puasanya penuh akan mendapat uang kertas baru ya!'
"Asyiik" jawab mereka serempak sambil senyum-senyum.
"Namun untuk penambahan THR akan ibuk panggil ke depan masing-masing ya !
Satu per satu mereka ke depan , mulai dari anak laki-laki terlebih dahulu, karena mereka sangat antusias sekali untuk mendapatkan uang, sehingga saling mendahului.Aku sedikit kewalahan menyuruh yang lain untuk duduk.Namun mereka tetap antrian berdiri dan memperhatikan temanya yang tampil.Saat ku suruh membaca surat pendek, banyak yang masih salah.akhirnya mereka hanya dapat THR puasa penuh, berlanjut terus hingga yang laki-laki habis.Tak satupun mereka yang lancar bacan surat pendek yang aku tugaskan.
Seakarang tiba saatnya giliran anak perempuan,aku memanggil mereka satu per satu.Mereka cukup tertib dan sabar menunggu di bangku masing-masing.
Alhamdulillah sebagian mereka sudah menghapal surat pendek yang aku suruh, sehingga banyak anak perempuan yang mendapatkan tambahn THR selain THR puasa penuh.Bahkan ada di antara mereka yang sudah hapal 3 juz,aku coba menguji hapalannya dengan membacakan potongan ayat pada juz awal yang sudah dihapalnya.
Dia melanjutkan bacaanku,namun sebagian belum lancar.Tapi aku bersyukur mereka punya motivasi untuk menghapal dan aku tetap mensupport dia agar tetap malakukan muraja'ah selalu agar semakin lancar.Memberikan gambaran kepadanya agar terus meningkatkan hapalannya karena banyak manfaatnya.Juga untuk memilih sekolah pavorit nantinya.
Melihat keadaan ini, ada sedikit kecemburuan pada anak laki-laki.Kulihat diantara mereka berbisik-bisik ,"Masak anak perempuan dikasih ibuk lebih! kita tidak ada yang lebih"
Sambil tersenyum aku cepat menanggapi mereka, dengan mengajak mereka untuk berpacu dengan anak perempuan.
"Ayo,anak laki-laki apakah mau  ditambah uang THRnya?Â
"Mauu lah buk." jawab mereka spontan
"Jika mau silahkan hapal kembali surat pendek yang ibuk suruh kemaren, jika sudah hapal setor lagi sama ibuk ya! tenaang uang kertas baru masih banyak di dalam tas ibuk." ucapku sambil senyum untuk memotivasi mereka menghapal surat-surat pendek.Â
Mereka mencoba mengulang-ulang kembali hapalannya saat itu, tapi tetap masih banyak yang lupa,dan belum lancar.Akhirnya saya menyuruh mereka kembali untuk menghapalnya di rumah".Jika sudah hapal saat pertemuan di sekolah kembali di setor.Ibuk akan tetap mengasih hadiah bagi yang sudah hapal".Mereka nampak antusias untuk menghapalnya kembali.
Tak lama kemudian pembicaraanku pun terhenti, saat ada salah seorang guru memnggilku dari luar pintu masuk,"Buk , Ibuk kepala menyuruh memanggil ibuk  untuk pelaksanan vaksin covid 19.Aku tidak ingat bahwa hari ini  pelaksanan vaksin, aku memang sudah tahu kalau sekarang tahap 2 adalah giliranku dan teman-teman yang belum mendapatkan vaksin.Aku terpaksa meninggalkan anak didikku sementara dan memberi mereka tugas.
Sebetulnya aku tak ingin meninggalkan mereka ,karena masih ada yang ingin aku sampaikan, tapi aku harus segera pergi. Anak-anak Ibuk jangan ribut ya!" ibuk ada keperluan sebentar, kerjakan tugas yang ibuk berikan nanti besok kita bahas ya!' iya buk" jawab mereka dengan patuhnya. terima kasih anak-anakku.
Akupun berlalu meninggalkan mereka dan menitipkan pada salah seorang guru di sana agar dapat membantu mengawasi anak didikku, sesuai dengan perintah ibuk kepala sekolah. Aku menuju ke puskesmas untuk screening dulu sebelum melaksnakan vaksin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H