Ada yang tak bisa ku baca dari gerak bibirmu
Ada yang tak bisa ku tatap lebih dalam binarnya matamu
Ada yang tak bisa ku raba dari hangatnya pelukanmu
Â
Hati..
Kadang raga memaksa..
Untuk menerobos celah mu disana
Bodoh...
Tentu saja takkan bisa
Satu Jawaban
Akhirnya ....
Â
Meski IA tak bersuara
Tanyakan saja pada diri-Nya...!
Meski tak melihat-Nya
Sampaikan saja kepada-Nya...!
Mengapa sibuk mencari-cari
Dia Maha Dekat
Sedekat urat nadi
Kawan, Curhat saja pada diri-NYA...!
Ajaknya kepadaku...
Â
Zaman...
Aku risau setelah mata terpejam dalam sebuah bekas
Ku paksa engkau
Ku larang engkau
Ku mohon kepada engkau
Endapkan rasa ini....
Â
Biarlah ia mengingat
Apa yang menjadi ingatannya
Biarlah ia membayangkan
Apa yang menjadi bayangannya
Biarlah ia mengukir asa
Seperti asa yang tepahat dalam hatinya
Â
Karena..
Aku yakin..
Aku tak bisa menyibak hatinya
Menguak kabut yang bersemayam
Hingga ku terawang angan-angan
Hingga mampu ku terjemahkan
Karena...
Aku tak punya kuasa
Untuk aku perankan disana
Â
Mereka-reka
Qila wa qila
Ah…
Sungguh..
Jika aku memaksa
Aku seperti sedang memotong urat nadiku sendiri..
Aku takkan membaca mantra hitam
Yang akan mencekikku sendiri
Â
Sudahlah...tepiskan itu...
Yang terpenting
Di persimpangan malam
Di sudut ruang...
Ia temui aku dalam saung CINTA
Membawa HATI
Sejuta beraroma RINDU
Sejuta berwarna KASIH
Selamanya
Meski..............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H