Aku terdiam. Apakah yang ingin kau sampaikan, Jeff? Apakah kau ingin memutuskan hubungan kita?
"Katakan saja, aku akan mendengar," jawabku berusaha tampak tegar.
Kau memalingkan muka menatap jauh ke luar tembok kaca. Tanganmu kembali diletakkan di atas pangkuanmu. "Setahun lalu, Om Broto mengunjungiku di lokasi kerjaku."
Aku diam menyimak.
"Dia datang membawa berkas keabsahan diriku. Ditunjukkannya padaku, katanya karena tak tega melihat mama yang meratapi kepergianku. Menurutnya, aku pergi karena tak suka padanya yang telah mengambil tempat mendiang papa." Kau terdiam sebentar dan menghela napas dalam. Seakan ada beban di dadamu. "Aku mengakui, sebagian alasanku memang itu," lanjutmu.
"Lalu?" tanyaku mulai tak sabar.
"Berkas itu hasil DNA. Ternyata---ternyata aku ini anak kandungnya ...."
Aku terpana. "Bagaimana mungkin?" desisku tak percaya.
"Om Broto kekasih mama. Saat mama dijodohkan dengan papa, mereka tak terima. Om Broto mengajak mama kawin lari, tetapi mama takut. Akhirnya mereka bertekad menikmati hari terakhir mereka berdua. Mama baru tahu hamil setelah menikah."
"Mendiang papamu tidak tahu?"
Kau menggeleng. Kepalamu tertunduk seolah kalah dalam pertempuran.