Hujan memukul-mukul dinding kaca. Aku duduk di kursi sambil menyeruput kopi latte pesananku. Panasnya membakar lidah. Aku mendongak, jam di atas meja barista menunjukkan pukul 13:53 WIB. Aku menyesapnya sekali lagi sebelum meletakkan di atas meja stainless di depanku.Kualihkan tatapan ke sekeliling. Kafe mungil ini penuh dengan orang-orang yang terjebak hujan. Sebagian memenuhi kursi yang tersedia dan banyak pula yang berdiri sambil memegang gelas kertas berisi kopi. Aku bersyukur mendapatkan kursi di pojok ini.
Kucamil croissant yang kubeli menemani kopi. Mataku kembali menatap dinding kaca yang basah, percikan air hujan membentuk galur-galur tak berpola. Kuhela napas panjang dan bersandar pada kursi. Titik-titik air hujan selalu membawa perasaan sendu, mengingatkanku kenangan tentangmu.
Di sini aku duduk, menunggu pesawat yang akan membawamu pulang ke kota ini. Setelah tiga puluh enam purnama kau pergi mengejar impian. Apakah engkau telah lelah kini, hendak menepi untuk menikmati hasil jerihmu? Aku menghela napas dalam. Kusesap kembali kopi latteku.
Ingatanku kembali pada kenangan tiga tahun silam. Kala itu kau baru setahun selesai kuliah dari fakultas elektronik di sebuah universitas ternama di kota kita. Banyak perusahaan yang bersedia merekrutmu, tapi kau menampik karena gaji yang ditawarkan tak sesuai dengan standarmu. Kukatakan padamu, "Sebagai seorang fresh graduate, kau sudah ditawarkan cukup tinggi."
Kau hanya tersenyum miring. "Kina, kita harus bisa menghargai diri sendiri dahulu. Dengan demikian, orang lain akan respek pada kita," ujarmu kala itu.
Aku mendesah, tak ingin mendebatmu.
Lalu kau menjatuhkan berita besar itu. "Kinara, aku dipanggil wawancara oleh sebuah perusahaan asing di Papua. Gaji yang ditawarkan sangat besar dan mereka menyediakan akomodasi serta mes bila aku lulus."
"Kau serius? Itu jauh sekali Jeff!" Aku menatapnya tak percaya.
"Aku masih muda, Kina. Aku ingin menikmati hidup dan mengumpulkan banyak pengalaman selagi bisa," jawabmu defensif. Kau tampak tak terima dengan keberatanku.
"Bagaimana dengan kita, Jeff? Aku bekerja sebagai perawat di sini, tidak semudah itu ikut denganmu ke daerah antah berantah," keluhku kesal.
Kau menatapku sendu. "Aku ingin kau menungguku, Kina. Aku mencintaimu."