Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayam (Bagian 2)

24 Januari 2023   11:19 Diperbarui: 24 Januari 2023   11:30 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Emangnya kenapa?" Teguh balas bertanya.

"Ayam kami berkurang lebih dari separoh. Saya nggak masalah, selama bukan saya yang makan. Tapi, si Burik lain. Dia peninggalan Bang Sintong. Saya nggak terima bila dia di sembelih," ujar Ayu tersekat. Tiba-tiba suaranya menjadi parau. Cairan bening menetes di sudut matanya.

Teguh terdiam. "Saya---saya nggak tahu," katanya gugup. Pria itu kuat bila beradu fisik, tapi lemah dengan air mata. "Saya--- akan mencari gantinya ...."

"Jadi benar itu si Burik? Kamu menggorengnya? Kamu biadap, teganya ...." Ayu mengacir lari pulang. Meninggalkan Teguh yang tertampar rasa bersalah.

Esok harinya Teguh membawa seekor ayam jantan yang besar. Warnanya mirip dengan si Burik. Diketuknya pintu rumah tetangganya. Ayu membuka pintu dan menatap cemberut.

"Apakah itu kembaran si Burik?"

Teguh nyaris tertawa. "Maafkan saya. Ini sebagai pengganti," ujarnya khidmat.

Ayu menghela napas panjang. "Tak ada gunanya, saya nggak pintar menjaganya. Dan sialnya lagi, saya nggak sanggup memakan mereka. Maaf, jika selama ini mereka sudah merepotkanmu," ucapnya pelan.

"Kenapa nggak kamu jual saja?" tanya Teguh heran.

"Saya nggak tega juga. Mereka milik Bang Sintong," jawab Ayu.

Teguh menggeleng heran. "Saya minta maaf karena sudah memindahkan mereka sebagian ke kantong tengah kami. Kalau kamu berkeras, saya bersedia membayar yang sudah kami makan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun