Timo terlihat lelah. Ia menyeka keringat yang membasahi kening dengan punggung tangan. Dibukanya sepatu dan melepaskan kaus kaki. Disimpannya rapi pada rak sepatu.
"Timo pulang!" serunya sambil membuka pintu.Â
"Bu? Dek Gina?" panggilnya lagi dan meletakkan tas di atas meja. Tidak ada jawaban. Timo mengangkat bahu dan berjalan ke kamar untuk berganti baju.
"Loh, kamu sudah pulang, Tim?" tanya Ibu saat melintas di depan kamar. Di tangannya tampak setumpuk pakaian dari jemuran.
"Iya, Bu. Adek mana, Bu?" Timo balas bertanya. Digantungnya baju sekolah pada hanger di belakang pintu.
"Tadi diajak Dewi main ke rumahnya," sahut Ibu seraya meletakkan bawaannya ke atas sofa dan mulai melipati satu persatu.
"Timo lapar. Ibu masak apa?" Ia keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.
"Oseng buncis sama opor ayam. Bekal sekolahmu tadi habis, Tim?" tanya Ibu sambil lalu.
Bocah beralis tebal itu terdiam. Pikirannya melayang pada bekal sekolah yang masih utuh di dalam tas. Aduh, bagaimana ini? Tadi Janu dan Rian mengajaknya bermain ladang pada saat istirahat kedua. Mereka bermain kejar-kejaran hingga lupa makan bekal. Pada saat istirahat pertama, ia keasyikan bermain stik. Lagi pula ia tidak pernah makan bekal pada jam istirahat pertama.
Timo menggaruk kepalanya yang mendadak pingin digaruk.
"Tim?" tanya Ibu lagi. Ia mengangkat kepala memandang putranya.
"Eh, iya, Bu. Habis," ujar Timo berbohong. Ia takut dimarahi Ibu karena lupa menghabiskan bekal.
"Ya, udah. Jangan lupa rantangnya dikeluarkan dari tas," ucap Ibu meneruskan melipat baju.
"Iya, Bu," sahut Timo lega. Ia akan mengeluarkan rantang itu diam-diam dan mengosongkan isinya. Dengan demikian ibu tidak akan tahu yang sebenarnya.
Setelah menyusun rencana, Timo merasa tenang. Ia beranjak ke dapur dan makan siang dengan lahap. Dicucinya piring bekas makan, lalu berjalan kembali ke ruang tengah. Ibu sudah tidak ada di sofa. Mungkin sedang menyimpan pakaian di kamar.
Ia bergegas mengambil kotak bekal dari dalam tas dan membawanya ke dapur. Buru-buru dituangkannya semua isi dari wadah bergambar bola itu ke dalam tong sampah di bawah wastafel. Dicucinya bersih dan disimpannya di lemari.
"Tim?"
Timo terlonjak kaget. Jantungnya berdebar kencang.
Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H