Mohon tunggu...
Maimai Bee
Maimai Bee Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Hai. Saya Maimai Bee, senang bisa bergabung di Kompasiana. Saya seorang ibu rumah tangga yang mempunyai tiga orang putra. Di sela waktu luang, saya senang membaca dan menulis. Salam kenal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Belang

2 Desember 2022   09:48 Diperbarui: 2 Desember 2022   09:59 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Pexels Matheus Guimares

Timo baru saja pulang dari bermain bola di tanah lapang. Ia menyimpan bolanya pada kardus di kamar jahit. Ruangan itu memang merangkap gudang dan kamar bermain. Setelah mengganti kausnya yang lembab, Timo beranjak ke depan televisi. Gina tidak kelihatan dari tadi. Kemana dia?

"Dek Na?" panggil Timo.

Tidak ada terdengar jawaban. Timo mengerutkan kening. Ibu sedang di halaman depan memangkas tanaman. Seingatnya Gina tidak ada di situ.

"Gina? Kamu di mana, Dek?" panggilnya lagi. Dicarinya ke kamar, tetapi kosong.

Timo mengedikkan bahu. Mungkin ia pergi main ke rumah Dewi di sebelah. Dinyalakannya televisi dan mulai mencari siaran kartun kesukaannya.

"Bang Timo," panggil Gina dari belakang, "tolongin Dek Na, dong."

Bocah berkulit sawo matang itu seketika berbalik. "Dek Na dari mana? Dari tadi Abang cariin."

"Adek di belakang, jagain si Belang," jawab Gina menunjuk ke teras belakang.

"Siapa si Belang?" tanya Timo mengernyit. "Boneka Dek Na yang baru?"

"Hus, bukan, Bang," tepis Gina dengan lambaian tangan. "Itu kucing Adek yang baru."

Timo semakin penasaran. "Kucing? Dari mana ada kucing di rumah kita?"

"Ada, Bang. Dia datang sendiri." Gina menatap abangnya. "Ayo, Dek Na tunjukkan. Sekalian Abang bantuin bikinin kandang tempat tidurnya." Gina meraih tangan Timo dan menariknya ke teras belakang.

Timo terpana. Ada seekor kucing berbulu tebal di bawah meja. Ia sedang asyik makan paha ayam goreng. Kucing itu sangat cantik, matanya bulat besar dan hidung yang pesek. Kelihatannya bukan kucing sembarangan. Sudah pasti bukan kucing liar yang banyak di pinggir jalan.

"Itu kucing siapa?" tanya Timo bingung.

"Kucing Adek Na, Bang," jawab Gina lugas.

"Adek dapat dari mana?" tanya Timo tak percaya. Setahunya ayah alergi bulu binatang, makanya mereka tidak pernah mempunyai hewan peliharaan.

Gina menatap si kucing belang. "Tadi adek sedang makan kue, tiba-tiba dia duduk di depan kaki Adek. Mengeong-ngeong minta makan."

"Lalu Adek kasih ayam goreng dari meja makan?" selidik Timo.

Gina menunduk. "Adek nggak usah makan ayam nggak apa-apa, Bang," katanya pelan.

Timo duduk di kursi. "Bukan gitu, Dek. Kucing ini pasti ada yang punya. Tuh, lihat dia memakai kalung," katanya sambil menunjuk leher si Belang.

"Tapi dia datang sendiri, Bang. Adek nggak mencuri," protes Gina tak senang.

"Iya, mungkin dia tersesat. Sebaiknya kita kembalikan ke pemiliknya," saran Timo perlahan.

Gina melotot. "Adek nggak mau. Itu kucing Adek. Pokoknya Adek yang dapat duluan." Bocah itu sedikit merajuk. Matanya mulai berkaca-kaca karena sedih. "Adek sayang sama si Belang," katanya pelan.

"Ada apa ini, Tim?" tanya Ibu yang tiba-tiba sudah berada di belakang kursi Timo.

Timo menengadah. "Adek Gina mau pelihara kucing, Bu. Itu yang di kolong meja."

Ibu melongok ke bawah meja. Si Belang sedang berbaring sambil menjilati kaki depannya.

"Loh, itu, kan, kucing Mpok Eha. Tadi Ibu ketemu anaknya di depan. Dia sudah keliling komplek mencari. Kasihan, Ibu nggak tahu kalau kucingnya ada di sini," kata Ibu panjang lebar.

"Biarin aja, Bu, kita diam-diam aja. Kucingnya biar untuk Adek," ujar Gina. "Mpok Eha, kan, nggak tahu."

"Hus, itu perbuatan tidak terpuji, Dek," kata Ibu lembut. "Itu sama saja menyuruh Ibu berbohong. Tadi dia kelihatan sangat sedih."

Ibu berjongkok di depan Gina. Ditatapnya mata putri tercintanya itu. "Bagaimana kalau boneka barbie kesayangan Adek yang hilang? Sedih nggak rasanya?"

Gina terdiam sesaat. Ia mengangguk pelan. "Iya, Bu."

"Nah, begitu juga yang dirasakan Mpok Eha dan keluarganya. Mereka akan bersedih," tutur Ibu lagi. "Jadi, bagaimana kalau kucing ini kita pulangkan bersama-sama?"

Gadis kecil itu bergeming. Tampak masih belum rela berpisah dengan si Belang.

"Iya, Dek. Nanti kita sekalian beli es krim di warung Mpok Eha," kata Timo ikut membujuk.

Gina mendongak. "Adek boleh makan es krim dua?" tanyanya penuh harap.

Ibu tertawa kecil. "Iya, boleh untuk sekali ini. Karena Adek sudah bersikap jujur dan mau mengembalikan kucing Mpok Eha."

"Asik," seru Gina senang. Wajahnya sudah kembali ceria.

"Ayolah, kita antar sekarang," kata Ibu seraya mengangkat si Belang ke dalam gendongan.

Kotabaru, 28 November 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun