Aku berkerut. Heran, kok si Emak bisa dengar?
Kuseret sendal jepit dari kolong tempat tidur. Lalu kulepaskan sarung bantal yang basah karena siraman air dari gayung Emak. Kubawa sekalian dengan bantal ke teras, mau dijemur biar kering.
"Heh, Ijah, elu baru bangun? Pamali tau, anak gadis bangun kesiangan," tegur Imron dari pangkalan ojek di seberang rumah.
"Kata siape? Gue cuma mau menjemur bantal doang," jawabku sebal.
"Iya, bantal bekas iler, Lu, kan?" sahut Imron lagi. Ia menyeberang menghampiri.
"Elu sok tahu. Gue tadi malam ada kontrak, tau!" bualku kesal.
Aku mengambil jagung dan memberi makan si Jabrik. Kutinggalkan dia mengais-ngais tanah. Kuambil dedak dari kaleng dan mencampurnya di baskom dengan sisa sayur tadi malam. Kumasukkan ke wadah di atas tanah. Lima ekor bebek segera mengerubungi.
"Kontrak apaan, Lu?" Terdengar suara Imron tepat dari belakang.
Aku terkejut. Kakiku terpeleset dari bilah papan. Membuatku hilang keseimbangan dan terjerembab ke lumpur bercampur kotoran bebek.
"Lu, kontrak di mana, Jah?" cecar Imron penasaran.
"Gue dikontrak jadi model mobil," jawabku cemberut. Pipiku yang berlumur lumpur terasa memanas.