"Siska---Siska, lihat ke sini," panggil Mas Dery, fotografer majalah Kosmotren yang terkemuka.
Aku menoleh gemulai. Dengan tatapan menggoda kuberikan senyuman lebar nan cemerlang seperti pada iklan pasta gigi. Cling!
"Sis, kamu sikat gigi dulu, gih. Ada cabe nyelip di gigimu," tegur Sang Fotografer melotot.
Aku tersipu. "Ah, masa, sih, Mas? Siska cuma makan sedikit sambal terasi tadi," protesku pelan. Aku bergegas ke kamar mandi darurat yang terletak di samping pohon beringin.
"Heh, makan cabe sedikit maupun banyak sama saja. Tuh, cabe tetap nyempil!" tukas Mas Dery.
Aku memonyongkan bibir. "Kalau tahu begitu, aku makan yang banyak saja tadi. Mana dicocol pake pete enak banget." Aku merepet sendiri. Cuaca yang panas membuat tubuhku lelah. Ditambah lagi dengan pengambilan gambar yang berulang-ulang. Aku mengelap keringat yang mengucur deras segede-gede biji jagung.
"Action! Pegang payungnya lalu berputar perlahan." Aku bergerak sesuai instruksi Mas Dery. "Ayo, melirik manja sedikit. Senyum menggoda."
"Sekarang lepaskan sepatu heels. Kamu jinjing di tangan kanan. Ya, begitu. Naik ke atas bukit dengan gaya seksi. Ya, ya, begitu. Berhenti. Pegangan ke kap mobil. Naikkan sebelah kaki ke atas ban."
Aku beraksi sangat sempurna.
Tiba-tiba terdengar suara menderu dari samping. Aku berbalik. Tiba-tiba ....
Byur!
Aku terjaga dengan wajah basah kuyup.