Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Joni memasukkan buku-buku pelajarannya ke dalam tas. Ia tidak sabar menunggu Dika, ketua kelas untuk memimpin doa sebelum pulang.
"Barisan yang duduknya paling rapi boleh pulang duluan," kata Bu Guru setelah selesai berdoa.
Joni dan teman-temannya diam menunggu.
"Barisan tengah, boleh pulang lebih dulu," kata Bu Guru. "Jangan lupa yang piket hari ini, tinggal sebentar. Supaya merapikan dan membersihkan kelas."
Joni cemberut, hari ini ia bertugas piket kelas. Ia tidak suka menyapu. Lagi pula ia sudah janji dengan Tomi dan Beni untuk bermain bola.
Â
"Selanjutnya barisan di sebelah kiri, boleh pulang."
Tinggal barisan Joni. Setelah Ibu Guru mempersilakan, mereka serempak berdiri dan berjalan menuju pintu. Joni buru-buru mau keluar lebih dulu.
"Joni, bukankah kamu giliran piket hari ini?" tanya Bu Guru.
Ia berhenti. "Iya, Bu," jawabnya tertunduk.
Â
"Kamu tolong bantu teman-temanmu sebentar, ya."
"Baik, Bu," kata Joni dengan berat hati. Ia kembali ke mejanya dan meletakkan tas.
Hari ini mereka piket berlima. Namun, Desi tidak masuk sekolah karena sakit. Jadi mereka tinggal empat orang, Danang, Mira, Dea dan ia sendiri.