Setibanya di mobil, Mas Pur memberikan uang lebih kepada anak kecil itu. Ia menyalakan mobil dan kami segera pulang. Perjalanan kali ini lebih lancar, karena polisi sudah datang untuk mengamankan lokasi kecelakaan tadi. Hujan semakin lebat sehingga wiper mobil harus bekerja lebih cepat.
Kami tiba sekitar dua puluh menit kemudian. Mas Pur menghentikan mobil tepat di depan pintu garasi. Ia meraih payung dari kolong kursi dan menyerahkan padaku.
"Tolong buka pintu garasi, Ma, biar mobil langsung dimasukkan," pintanya.
Aku mengangguk, mengambil kunci dari dalam dasbor. Aku mengembangkan payung dan setengah berlari menuju pintu garasi. Sampai di sana aku terhenti. Kulihat jemuran di sebelahnya sudah terbalik, mungkin roboh diterpa angin kencang. Semua pakaian yang sudah kucuci bersih tadi pagi kini kotor berserakan di atas tanah.
Aku menatap dengan penuh penyesalan. 'Andaikan tadi aku memindahkannya ke dalam garasi, tentu tidak akan seperti ini,' sesalku dalam hati. Ingin menangis rasanya melihat semua pekerjaanku menjadi sia-sia.
Terdengar langkah di belakangku. Mas Pur ternyata menyusul, bajunya sedikit basah karena berlari dalam hujan. Ia menepuk pundakku.
"Tuh, kan, kubilang bilang juga apa," ujarnya sambil tersenyum miring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H