Joni menempelkan kunci magnetik lalu membuka pintu lebar-lebar. Ia meraup pengantinnya dan membopong ke dalam kamar hotel bintang lima yang telah dipesan untuk berbulan madu selama seminggu. Gadis berbalut kebaya putih di dekapannya tertawa bahagia. Ia memeluk lehernya dan menghujani dengan ciuman."Hm, geli, Jil," gumam Joni, meletakkan kunci di tembok lalu menendang pintu itu hingga tertutup rapat.
"Akhirnya kita bisa berduaan," balas Jiliana menjawil hidung mancung suaminya.
"Iya, Sayang. Dari tadi aku sudah tidak sabar ingin pergi, tapi nggak enak meninggalkan tamu-tamu undangan." Joni menatap istrinya mesra lalu menunduk dan menyatukan bibir mereka. Perlahan diturunkannya Jiliana ke atas tempat tidur yang bertabur kelopak bunga mawar.
"Aku bahagia, Bang," desah gadis itu seraya menarik suaminya hingga jatuh menimpa dirinya.
"Aku mencintaimu, Jiliana. Aku sudah lama menantikan momen ini," ucap Joni mendekap pengantinnya. Ia menatap mesra dan membelai pipinya yang halus.
"Ups, aku harus melepaskan sanggul ini, Bang. Jepitannya menusuk kulit kepala," keluh wanita cantik berlesung pipit itu berusaha bangkit.
Joni sigap membantu. "Sini kulepaskan, Sayang." Ia duduk di belakang istrinya dan membantu melepas sanggul. Sesekali ia mengecup leher jenjangnya, aroma ronce melati memenuhi hidungnya.
"Aku mau mandi sebentar, rasanya gerah setelah berpesta seharian," ujar Jiliana berjalan menuju koper yang sudah ditaruh di samping pintu. Ia membukanya dan mengeluarkan pakaian tidur berenda berwarna merah. Joni melotot penuh gairah.
"Jangan lama-lama mandinya, Sayang, aku sudah tidak sabar," bisik Joni. Ia meraih remote dan menyalakan televisi. Dibukanya jas dan sepatu, dipadamkannya sebagian lampu kamar sehingga suasana menjadi temaram. Digesernya tumpukan bantal lalu bersandar di tempat tidur. Bibirnya mengukir senyum lebar saat membayangkan kegiatan yang akan ia lakukan bersama pengantinnya.
Terdengar ketukan dari pintu balkon. Joni mengernyit. Kamarnya berada di lantai tujuh. 'Siapa yang berada di balkon kamarnya tengah malam begini?' Diliriknya jam di pergelangan tangan. Pukul sebelas malam. Dari kamar mandi terdengar suara percikan air.
Ketukan itu terdengar lagi. Joni mendecak kesal lalu berdiri. Dengan tak sabar dibukanya pintu itu hingga terbentang lebar. Sepi, tidak ada orang. Ia melihat ke kanan dan ke kiri, kosong. 'Siapa yang mengetuk tadi?' pikirnya heran. Ia masuk kembali dan mengunci pintu.