"Aku takut sendirian di sini. Bawalah aku bersamamu."
Pria itu bergeming. Aku tak bisa melihat ekspresi wajahnya.
"Tolonglah, aku berjanji tidak akan mengganggumu," bujukku putus asa.
"Mungkin kau akan lebih takut bila pergi bersamaku," tukas pria itu kasar.
"Kau sudah menyelamatkanku dari belitan binatang berlendir itu, tak ada yang lebih menakutkan lagi," ujarku merayunya.
"Kau berkata begitu karena belum melihat wajahku," kecamnya datar.
Aku menggeleng. "Aku tak takut padamu," ucapku menarik tudungnya lepas.
Aku terkesiap. Pria itu tidak memiliki wajah. Hanya tengkorak kering, tanpa daging sedikit pun. Dua buah bola merah berpendar mengisi lubang matanya yang kosong, tulang pipinya tinggi dengan hidung mancung. Geliginya masih utuh dan rapi.Â
Aku bergidik.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H