"Jadi, kenapa adik saya ditangkap?" tanya Joni tak terima.
"Kakinya keseleo, nyangkut di akar pohon. Dia kesakitan, makanya saya gendong biar diobati di rumah." Pak Karno masih tersenyum, ia merasa kagum dengan sikap ksatria anak nakal di depannya.
"Benaran nggak dipenjara, Pak?" tanya Joni lagi mengusap pipinya.
Pak Karno menggeleng tegas. "Malah habis diobati, Alif mau saya antar pulang pakai mobil. Kakinya perlu istirahat."
Mata Anto membulat. "Diantar pakai mobil? Saya boleh ikut, Pak?" Di kampung ini masih segelintir orang yang memiliki mobil.
"Boleh saja. Ayo," sahut pria besar itu mulai berjalan.
Joni mengikuti dengan ragu. "Pak, saya boleh ikut? Saya minta maaf. Saya janji tidak akan mencuri mangga lagi," ujarnya pelan.
Pria besar itu menoleh. "Tentu saja. Kebetulan di rumah saya masih banyak mangga matang, nanti bisa kalian bawa pulang sebagian," ujarnya mengedipkan mata kanan.
Anto tertawa lega. "Katamu, Pak Karno sangar, Jon. Ternyata hatinya baik," bisiknya menyikut sahabatnya.
"Sstt, jangan keras-keras," balas Joni menendang kaki sobatnya.
Kotabaru, 21 September 2022