Mohon tunggu...
maild salh
maild salh Mohon Tunggu... -

belajar nulis n tambah teman di blog kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Puisi untuk Bapak"

5 Februari 2010   16:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:04 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pandang memagut sejuta bayang haru Hatiku menjerit mendengar tangisanmu Selaksa kabut bergayut dikelopak matamu Sejuta rasa berbaur tanpa irama tanpa nada, sendu Tabah, sabar, sedih, haru, berbaur menyatu Nak, ia telah pergi ke pangkuan Ilahi… Tak kembali walau tuk sekali Ia telah tiada tapi usah kau lara Sedu sedanmu hanya kan sia-sia Tak cukup kata tuk buatnya kembali ada Kokoh tubuhnya berganti, ringkih dimakan usia Hitam rambutnya berbaur uban menyela Sinar matanya tetap tajam walau kian redup Semua demi kita,… ya, demi kita, agar tetap bertahan hidup Empat belas tahun berselang Empat belas tahun yang tak mungkin diulang Empat belas tahun ia terbaring menyisakan belulang Empat belasia pergi tanpa pernah melihatmu pulang Ia tiada namun semangatnya tetap menyala didada pergi namun mimpi-mimpinya selalu menyertai ms.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun