6 Tahun Diintimidasi Dukun
Perkenalkan nama saya Partogi Hutagalung. Awal mula saya diintimidasi oleh dukun pada tahun 2014. Sepanjang tahun itu. setiap tengah malam saya mendengar suara dua orang yang sedang membicarakan saya, yang berkata, "Lebih baik dia mati, iya lebih baik dia mati". Saya sempat mengira bahwa suara itu adalah suara orangtua saya yang berada di lantai bawah.Â
Saya segera memeriksa ke bawah, ternyata tidak ada satu pun orang di ruangan bawah, dan orangtua saya rupanya masih tidur di kamar. Karena suara itu terus mengganggu, saya akhirnya menyadari bahwa suara itu bukanlah suara manusia, melainkan suara dari sesuatu yang tidak kelihatan. Saya sempat pergi ke psikiater dan meminum obat yang diberikan, tetapi tidak juga mampu menghilangkan suara intimidasi tersebut.
Pada tahun 2015, oleh karena bujuk rayu salah seorang keluarga, saya pergi ke Jakarta untuk menempuh pendidikan Teologi di STT Jakarta Proklamasi. Oleh yayasan, saya ditempatkan di satu asrama. Namun, entah mengapa di asrama tersebut saya terus-menerus diintimidasi oleh seorang mahasiswa hingga akhirnya setelah sebulan di sana, saya memutuskan untuk kost sendiri.Â
Namun, di kost ini saya mengalami kejadian yang lebih parah. Saya mendengar suara, seakan-akan ada orang di bangunan sebelah yang hendak membunuh saya. Alasannya untuk membunuh pun sangat aneh, yakni karena saya menonton film porno. Intimidasi suara-suara itu begitu intens dan terasa sangat menakutkan sehingga saya memutuskan untuk pindah kost.
Di kost baru pun saya kembali mendengar suara-suara intimidasi itu yang hendak membunuh saya. Saya sangat penasaran siapa sebenarnya yang mengintimidasi itu? Saya selidiki kost tersebut, tetapi tidak kunjung saya temukan satu pun orang yang mengintimidasi. Karena merasa takut, saya lagi-lagi pindah kost, tetapi lagi-lagi juga saya diintimidasi oleh suara-suara dari sesuatu yang tidak kelihatan.
Suara-suara itu cukup membuat saya depresi, tetapi satu hal yang membuat saya semakin depresi adalah teman-teman di kampus yang juga ikut mengintimidasi saya. Setiap hari saya dimaki-maki dengan kata-kata kotor, saya diperlakukan buruk, dan saya sering tiba-tiba dijauhi.Â
Saya marah, "ADA APA INI?" Tetapi tak satupun orang mau menjelaskan. Yang terdengar dari mulut mereka adalah "Deni" yang ditengarai sebagai seorang dukun yang mengancam mereka untuk melakukan segala keburukan kepada saya. Itupun terdengar bukan secara langsung. Hanya seperti gosip yang tidak sengaja terdengar ketika melintas.
Tidak cukup sampai di situ, para pemilik kost pun kerap memperlakukan saya dengan buruk. Listrik beberapa kali sengaja dimatikan sehingga saya tidak bisa sekadar menyalakan lampu. Mereka kerap membully saya sehingga saya harus pindah dan pindah kost. Yang membuat saya sangat marah adalah mengapa sama sekali tidak ada penjelasan, apa salah saya???
Penderitaan saya pun semakin menjadi-jadi tatkala GSKI Rehobot yang dipimpin oleh Pdt Dr Erastus Sabdono turut memperlakukan saya dengan buruk. Come on, ada apa ini? Mengapa tidak ada yang mau menjelaskan. Belum lagi warung-warung makan serta tempat-tempat perbelanjaan yang juga ikut memperlakukan saya dengan buruk. Dari warung-warung makan itu, saya kerap mendapatkan makanan basi dan berulat. Betapa teganya manusia-manusia iblis itu, dan itu semua dilakukan tanpa penjelasan.
Setelah 4 tahun di STT Jakarta, saya akhirnya lulus, lalu pulang ke Samarinda. Saya pikir bahwa di Samarinda saya tidak akan diintimidasi oleh dukun "Deni" yang tidak pernah terlihat itu. Namun, kenyataannya saya masih diintimidasi. Saya sempat menikmati pekerjaan berdagang di Samarinda. Namun, kenikmatan itu segera menghilang tatkala satu per satu pelanggan saya memperlakukan saya dengan buruk, mereka membully saya dengan kalimat-kalimat intimidatif.Â