Mohon tunggu...
Partogi Hutagalung
Partogi Hutagalung Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang diintimidasi iblis dan roh-roh jahat melalui dukun

Saya hanya ingin diperlakukan normal seperti manusia pada umumnya. Bagi saya lebih baik mengidap leukimia daripada diperlakukan buruk oleh orang-orang kudus.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hati-hati dengan Hati

8 November 2019   15:17 Diperbarui: 8 November 2019   15:37 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya perlu bercerita terlebih dahulu bahwa yang pertama kali mendengar suara roh jahat adalah adik perempuan saya. Waktu itu ia sedang mandi, tiba-tiba ada yang berbisik di telinganya, "Dedek". Ia pun lantas berteriak sehingga Mama saya mendatangi. Seiring berjalannya waktu, saya lah yang kemudian rutin mendengar suara roh jahat tersebut. 

Uniknya, suara roh jahat ini tidak saja berintegrasi dengan lingkungan tetapi juga orang-orang lain. Saya merasa heran mengapa orang-orang itu seakan mengenal saya, padahal saya tidak mengenal mereka. Mereka pun bertindak seakan-akan diperintahkan oleh roh jahat yang saya dengar. Saya khawatir menghadapi orang-orang ini, saya takut berdosa.

Selain itu saya memperhatikan bahwa manuver-manuver roh jahat selalu menargetkan batin saya. Ia berusaha membuat saya jengkel dengan tindakan orang-orang yang nakal, lalu melakukan serangan intimidasi dengan mengatakan bahwa saya tidak suka pada orang-orang nakal itu karena jengkel. 

Setelah menyadari hal tersebut, lama-kelamaan saya berusaha menyemangati diri dengan perkataan, "aku sudah mati 2000 tahun yang lalu, aku yang sekarang adalah Yesus yang hidup dalamku", lalu menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan.

Belakangan saya melihat, resolusi dari manuver-manuver roh-roh jahat semakin rapat atau semakin kompleks. Ia dapat menargetkan batin dengan semakin cerdas. Hal ini mau tak mau membuat saya semakin hati-hati dengan hati. Saya menjadi lebih bersemangat atau termotivasi untuk mematikan daging. 

Saya semakin tidak terikat dunia, saya semakin fokus pada hal-hal yang harus saya kerjakan, semuanya demi mengalahkan roh-roh jahat. Saya pun termotivasi untuk mematikan rasa jengkel, misalnya dengan menuruti semua perintah orang tua serta berusaha rela dan tenang terhadap kenakalan. Selain itu, intimidasi roh jahat ini meyakinkan saya bahwa saya adalah orang terakhir yang menentukan nasib kerajaan kuasa jahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun