BIMA – Hujan turun merata sejak pagi di Kota Bima dan Sumbawa, Rabu (21/12/2016). Tiada yang menyangka, hujan yang lebat terus menerus itu membawa petaka. Sekitar Pukul 15.00 WITA, banjir pun tiba bak naga kelaparan, dan tidak tanggung-tanggung, ribuan rumah di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat disapu oleh air bah itu.
Sebenarnya, publik masih berduka karena gempa Aceh, namun kemudian disentakkan pula oleh banjir Bima. Seluruh energi yang tadinya tertumpah ke Aceh, mau tidak mau harus berbagi perhatian dengan Bima. Ketika itu, lima kecamatan di Kota Bima terendam banjir setinggi 1-2 meter meliputi Kecamatan Rasanae, Rasanae Timur, Rasanae Barat dan Punda. Di wilayah Lewirato, Sadia, Jati Wangi, Melayu, Pena Na’e ketinggian air mencapai 2 meter.
Ribuan warga dievakuasi. Tahanan di LP Kota Bima juga dievakuasi, karena hotel prodeo itu terendam banjir. Di Kabupaten Bima, banjir merendam Desa Maria dan Desa Kambilo, Kecamatan Wawo.
Banjir juga merendam Desa Unter Kroke Kecamatan Unter Iwis Kabupaten Sumbawa. Sebanyak 120 KK/610 jiwa terdampak, 1 rumah rusak berat, 1 rumah rusak sedang dan 2 jembatan desa putus. Tinggi banjir 1-2 meter. Penerbangan dari Mataram ke Bima belum dapat dilakukan karena bandara terendam banjir.
Belum lagi habis trauma karena banjir ini, terjadi peningkatan pertumbuhan awan yang meluas di seluruh wilayah di Kota Bima, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, Jumat (23/12/2016) pukul 11.30 Wita. Hal itu ternyata memicu hujan deras yang tiada henti hingga pukul 14.30 Wita. Debit air sungai Paruga pun naik kembali dan banjir tak terhindakan menggenangi permukiman warga. Tercatat daerah yang sebelumnya banjir sudah surut, kemudian dilanda banjir kembali adalah di Jatiwangi, Rabasalo, Paruga, Tanjung dan Dara.
Banjir menyebabkan jembatan Padolo miring di bagian ujung, pemerintah pun menutup jembatan itu agar tidak terjadi korban. Pena To’i pun terendam banjir dan masyarakat kembali dievakuasi. BNPB mencatat banjir Jumat ini sama besarnya dengan banjir hari Rabu.
Masyarakat yang tadinya sebagian sudah sempat kembali ke rumah masing-masing, membersihkan rumahnya, akhirnya harus kembali ke pengungsian. Masyarakat mengungsi ke sejumlah tempat, seperti Masjid Baitul Hamid dan Masjid Agung, Kota Bima.
Malam hari, Kota Bima menjadi gelap gulita karena PLN untuk sementara memadamkan listrik yang masuk ke Gardu Induk Bima. Hal itu untuk menjaga keamanan dan keselamatan warga, agar tak terkena sengat listrik karena hantaran air banjir.
Penanganan darurat pascabanjir terus dilakukan, Jumat pagi (23/12/2016) dilakukan rapat koordinasi pembentukan Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Kota Bima dan penetapan status keadaan darurat yang dipimpin Walikota Bima.
Masa tanggap darurat ditetapkan selama 2 minggu dari (22/12/2016) hingga (4/1/2017). Ditetapkan pula Komandan Posko adalah Sekretaris Daerah Kota Bima dengan Wakil Komandan 1 adalah Kapolres Kota Bima dan Wakil Komandan 2 adalah Komandan Kodim Bima. Posko berada di kantor Walikota Bima.
Pendataan masih terus dilakukan BPBD Kota Bima, ada 6 kecamatan yang terdampak banjir yaitu Kecamatan Empunda, Rasanae Timur, Asa Kota, Raba, Rasanae Barat, dan Rasanae. Wilayah di Kecamatan Empunda daerah yang terdampak meliputi Kelurahan Sadia, Pena To’i, Lewi Rato, Santi, Panggi dan Mande. Di Kelurahan Pena To’i Kecamatan Empunda terdapat 1.126 KK terdampak.
Data sementara dari BPBD Kota Bima melaporkan, terdapat 593 rumah rusak berat, 2.400 rumah rusak sedang, 16.226 rumah rusak ringan. Ketika itu belum ada laporan korban jiwa meninggal.
Di Kecamatan Rasanae Timur, terdapat 4 kelurahan terdampak yaitu Kelurahan Kodo, Kumbe, Lampe, dan Dodu. Di Kelurahan Dodu terdapat 29 KK terdampak, 17 rumah rusak berat, 12 rumah rusak ringan, masjid 1, SD 1, dan 294 hektar sawah rusak, dan 2 jembatan rusak berat.
Di Kecamatan Asa Kota yang terdampak meliputi, Kelurahan Jatiwangi dan Melayu. Di Kecamatan Raba yang terdampak meliputi Kelurahan Rabangodu Selatan dan Kondo. Di Kecamatan Rasanae Barat yang terdampak meliputi Kelurahan Tanjung dan Dara.
Sementara itu, dampak banjir di Desa Maria Utara Kecamatan Wawo Kabupaten Bima terdapat 5 rumah hanyut, 11 rumah rusak berat, 49 rumah rusak ringan. Di Desa Maria terdapat 3 rumah hanyut, 8 rumah rusak berat, dan 8 rusak ringan.
Bantuan terus dikirim ke Kota Bima. BNPB memberikan bantuan dana siap pakai untuk operasional posko dan personil. Tim Reaksi Cepat BNPB terus mendampingi BPBD dalam penanganan darurat, baik bantuan pendanaan, logistik, peralatan, manajerial dan tertib administrasi.
Gubernur NTB juga menyerahkan 1.100 dus mi instan, 1100 dus air mineral, 50 dus biskuit, 480 paket lauk-pauk, 480 lembar terpal, 480 buah matras dan 480 buah selimut serta 3 ton beras.
BPBD, BNPB, TNI, Polri, Tagana, PMI, Basarnas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian PU Pera, SKPD, relawan dan masyarakat terus melakukan penanganan darurat di Kota Bima. Kebutuhan mendesak saat itu adalah makanan siap saji, pakaian, selimut, air bersih, air mineral, tenda, matras, pelayanan medis dan obat-obatan, peralatan kebersihan seperti sapu, kain pel, sekop dan lainnya untuk membersihkan lumpur
Dampak Banjir Bima
Dua kali banjir besar di Bima, menyebabkan ribuan rumah terendam banjir hingga ketinggian 1 – 3 meter pada Rabu (21/12/2016) dan Jumat (23/12/2016). Ribuan masyarakat mengungsi ke tempat yang lebih aman. Masyarakat yang awalnya sudah kembali ke rumah dari pengungsian, namun akhirnya kembali mengungsi karena banjir susulan pada Jumat siang datang. Akses komunikasi dan suplai listrik mati di Kota Bima. Akses transportasi terputus dan aktivitas ekonomi lumpuh. Perkantoran dan sekolah diliburkan.
Kepala BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat, Muhammad Rum, telah melaporkan kepada Kepala BNPB perkembangan penanganan banjir. Dampak banjir di Kota Bima menyebabkan 105.758 jiwa terdampak di 5 kecamatan (33 kelurahan) dan 104.378 jiwa mengungsi. Wilayah terdampak meliputi : Kecamatan Rasanae Timur (4 kelurahan) penduduk terdampak 3.581 jiwa, mengungsi 3.581 jiwa. Kecamatan Mpuda (9 kelurahan) penduduk terdampak 30.078 jiwa, mengungsi 29.553 jiwa. Kecamatan Raba (10 kelurahan) penduduk terdampak 19.955 jiwa, mengunsgsi 19.705 jiwa. Kecamatan Rasanae Barat (6 kelurahan) penduduk terdampak 33.492 jiwa, mengungsi 32.892 jiwa. Kecamatan Asakota ( 4 kelurahan) peduduk terdampak 18.648 jiwa, mengungsi 18.648 jiwa.
Hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa meninggal dan hilang akibat banjir. Fasilitas kesehatan yang rusak meliputi 4 puskesmas, 29 puskesmas pembantu, 29 polindes dan 1 kantor labkesda. Obat-obatan dan sarana medis ikut terendam banjir sehingga diperlukan bantuan obat-obatan dan tenaga medis.
Upaya penanganan darurat banjir terus dilakukan oleh BPBD, BNPB, TNI, Polri, Basarnas, Kemenkes, Kemensos, Kemen PU Pera, Tagana, SKPD Kota Bima, NGO, dunia usaha, relawan seperti dari PKPU, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Senkom Polri dan lainnya, dan masyarakat.
BPBD Provinsi NTB telah memberikan bantuan pangan 3 truk dan 1 paket obat untuk korban banjir. BPBD Kabupaten Dompu memberikan bantuan logistik 1 truk. BPBD Kabupaten. Sumbawa Barat mengirim bantuan logistik 2 truk. Pemda Provinsi NTB memberikan bantuan Rp 4,2 milyar untuk difokuskan pada bantuan pangan dan logistik. PMI, NGO dan relawan juga telah mendistribusikan bantuan kepada masyarakat.
Kepala BNPB, Willem Rampangilei, terus memantau lokasi bencana di Kota Bima untuk mengkoordinir penanganan bencana. Potensi nasional terus memperkuat Pemda dalam penanganan bencana.
“Sesuai perintah Bapak Presiden RI agar semua kebutuhan masyarakat dipenuhi dengan cepat. Fasilitas publik harus segera berfungsi. Rehabilitasi dan rekonstruksi pasca banjir juga harus dipercepat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan banjir lebih dari Rp 1 trilyun. Untuk itu pemulihannya harus dilakukan bersama kementerian, lembaga, pemda, dunia usaha dan partisipasi masyarakat. Hari ini (28/12/2016) Bapak Wakil Presiden berkunjung ke lokasi bencana. Akan saya laporkan semua kemajuan penanganan serta upaya ke depan,” ujar Willem Rampangilei.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan kerugian dan kerusakan akibat banjir di daerah Bima, Nusa Tenggara Barat, mencapai lebih dari Rp 1 triliun.
Rinciannya, sebanyak 105.753 jiwa warga terdampak langsung banjir yang merendam 33 desa di lima kecamatan. Kerusakan lahan pertanian meliputi 2.247 hektar lahan sawah rusak dengan kerugian ditaksir Rp 5,81 miliar. Kerugian akibat kerusakan fasilitas pendidikan mencapai Rp 9,2 miliar. Sebanyak 18 SD rusak sedang, 5 SMP rusak sedang, 4 SMA/SMK rusak sedang.
Selanjutnya, kerugian akibat kerusakan infrastruktur ditaksir Rp 259 miliar. Rincian kerusakan meliputi 9 jembatan, jalan dalam kota sepanjang 40 kilometer, prasarana air minum, sarana kebersihan, 5 dam rusak berat, dan satu dam rusak sedang.
Lalu, tempat Usaha atau Kios. Di Kecamatan Mpunda, sebanyak lima kios rusak berat, di Kecamatan Raba 44 rusak berat, dan 39 rusak sedang. Kemudian Kecamatan Rasanae Barat 21 rusak berat dan Kecamatan Asakota tujuh rusak berat. Sementara, kerugian diperkirakan Rp 420 juta.
Kerusakan rumah warga meliputi 18 rumah hanyut dan 27 rusak berat di Kecamatan Mpunda. Di Kecamatan Raba 24 rumah hanyut, 20 rusak berat, 39 rusak sedang. Di Kecamatan Rasanae Barat 30 hanyut, 10 rusak sedang. Di wilayah lainnya Kecamatan Asakota 19 rumah hanyut. Kerugian diperkirakan Rp 30,1 miliar. Begitu juga 30 kantor rusak berat. Kerugian diperkirakan Rp 7,8 miliar.
Pendataan masih terus dilakukan mengingat belum semua kerusakan tercatat. Diperkirakan dampak ekonomi akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya data kerusakan.
Respon Dompet Dhuafa
Meski ketika itu konsentrasi tercurah ke gempa Aceh, ketika terjadi banjir di Bima, Syamsul, Direktur Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa segera melakukan rapat darurat bersama tim untuk menentukan respon untuk Bima.
Mereka memutuskan untuk terjun ke Bima tanpa mengabaikan respon dan recoveri Gempa Aceh. Abdul Aziz dikirim untuk melakukan respon di Bima. Langkah awal yang dilakukannya adalah mendata kebutuhan untuk korban banjir.
Dari Bima, Abdul Aziz melaporkan banjir susulan yang tidak kalah besar dari banjir sebelumnya. Air sudah mencapai seatap rumah. Dan banyak rumah dan harta benda yang terseret arus.
Walikota Bima, H. Qurais H. Abidin mengatakan, banjir kali ini merupakan banjir terparah sejak 50 tahun terakhir. “Ini merupakan banjir yang terbesar dan terparah sejak 50 tahun terkahir,” katanya.
Untuk berperan membantu pengungsi, yang berjumlah total 104.378 pengungsi. Tim Dompet Dhuafa mendirikan dapur umum di Desa Padalo, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima. Kemampuan dapur umum tersebut hanya untuk memberi makan 500 penduduk yang terdampak banjir.
Selain itu, Dompet Dhuafa juga mengadakan Layanan kesehatan di Desa Dasabo, Kalurahan Kati Baru, Kecamatan Asakota, Kota Bima, dalam layanan ini, ratusan pengungsi diperiksa kesehatannya.
Hari ini, Rabu (28/12/2016), Tim Kemanusiaan Dompet Dhuafa kembali membawa bantuan untuk korban banjir Bima. Paket seberat 200 Kg., itu berisi perlengkapan bayi dan perlengkapan sekolah.
Bantuan itu diantarkan oleh dua relawan kemanusiaan Asep Beni dan Abdul Aziz dari Disaster Management Center, Dompet Dhuafa (DMC-DD).
Bersama relawan lain, Tim Relawan Kemanusiaan Dompet Dhuafa berangkat melalui “Jembatan Udara” yang disediakan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan maskapai penerbangan di Indonesia.
Kepada KBK Asep Beni menjelaskan, Penerbangan kali ini, bertajuk To Bima With Love, Flight of Humanitarian Relief Logistics and Volunteers For Bima NTB. Penerbangan ini atas prakarsa Kemenhub bekerjasama dengan Masakapai TransNusa.
“Selain tim relawan Dompet Dhuafa ada 40 relawan yang diberangkatkan bersama 3 ton barang bantuan, ” pungkas Beni
Bantuan akan terus disampaikan Dompet Dhuafa, seiring dengan berjalannya himpunan bantuan dari donatur yang terus berdatangan. – (Maifil Eka Putra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H