Mohon tunggu...
Maifil Eka Putra
Maifil Eka Putra Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis, enterpreneur, social developer

Kita berduka karena bencana yang melanda tanah ibu kita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dibuka Sanggar Belajar Dhuafa

9 Maret 2013   04:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:05 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dari temuan tersebut dibawalah perbincangan itu ke rapat pengurus Majelis Cilik 3. Di rapat, ada yang mengusulkan untuk mengadakan Sanggar Belajar Dhuafa, jadi anak-anak dhuafa yang tidak mampu membayar uang kursus bimbingan belajar di take over ke sanggar. Di sanggar dicari guru untuk membimbing.

Langkah awal yang dilakukan adalah menemui Bu Ina yang mengajarkan kursus tersebut. Dari Bu Ina diketahui anak-anak yang dia bimbing mencapai 30 orang, dari Kelas 2 SD sampai kelas 6,  Tapi tidak semua anak yang datang tiap hari dengan berbagai alasan.

Bu Ina, yang lulus sarjana pendidikan ini mengatakan bahwa yang dia ajar itu sebagian besar anak-anak dhuafa. "Karena kalau anak-anak orang kaya lebih suka kursus di lembaga kursus bukan di rumah saya," kata Bu Ina.

Akhirnya Pengurus Majelis Cilik 3 menanyakan kesediaan Bu Ina, untuk berkerjasama. Pengurus menawarkan bagaimana kalau Bu Ina mangajar di Sanggar, dan murid-murid Bu Ina dipindahih ke sana, tapi mereka tidak dipungut lagi bayaran.

"Biaya kursus mereka ditanggung oleh sanggar, jadi Bu Ina digaji oleh sanggar," kata pengurus.

Bu Ina, alhamdulillah setuju. Terus dinegosiasikan honor yang mungkin diterima untuk mengajar selama sebulan di sanggar, dengan frekwensi kursus 5 hari dalam seminggu, dimulai sudah Isya dengan batas waktu pukul 21.00 WIB. Karena ini kegiatan sosial, akhirnya Bu Ina mau dibayar Rp300 ribu per bulan.

Setelah Bu Ina sepakat, persoalan lain muncul, diantaranya kegiatan Sanggar mau diadakan di mana? Setelah dilakukan perbincangan serius oleh pengurus, ternyata di antara rumah pengurus tidak ada yang layak menjadi tempat belajar. Akhirnya, disepakati oleh pengurus untuk mengontrak sebuah rumah petak.

Alhamdulillah ada rumah petak yang kosong. Setelah nego dengan yang punya rumah biasa disewain Rp500 ribu per bulan. Jadi untuk kegiatan sanggar ia beri discount menjadi Rp400 ribu per bulan.

Setelah kontrakkan dapat dan juga sudah ada guru untuk bimbingan belajar anak SD, dilakukan sosialisai ke masyarakat dhuafa sekitarnya. Ternyata banyak komplain, kok anak SD saja. Karena di sekitar RT 08/10 Ciracas juga banyak anak-anak TK, juga dari kalangan nggak mampu.

Pengurus akhirnya mau tidak mau, harus melebarkan kursus untuk anak TK juga, karena ini sebuah tuntutan. Dicarilah Guru TK untuk kebutuhan itu, beruntung (sebenarnya sedih) di Ciracas ada TK Karunia Ilahi yang berdiri sejak 2002 tutup, karena gedung dan tanahnya dijual  oleh pihak yayasan. Pengurus Majelis Cilik akhirnya menghubungi Bu Hartono, mantan guru sekaligus kepala sekolah TK Karunia Ilahi tersebut. Alhamdulillah Bu Hartono bersedia membantu mengajar di sanggar.

Semuanya sudah ada; ruang sanggar, guru pembimbing untuk anak SD dan TK sudah ada. Pengurus pun mulai bergerak dengan membeli sebuah papan tulis dan spidol untuk kegiatan belajar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun