Dimulai dari kasus ledakan Lebanon, saya langusng menghubung Al Aytany, seorang akuntan dan kenalan saya dari Beirut yang merupakan penduduk asli kota Beirut. Ini menjadi topik hebat bisa berbicang dan berdiskusi dengan mereka dan menjadikannya program bermamfaat selama KKN.
Tidak hanya Lebanon, fokus saya sebenarnya ada pada tiga negara, yaitu; Tunisia, Mesir dan Maroko. Dari pengenalan kampus, hingga kondisi covid di negaranya masing-masing. Yang setiap webinar yang saya adakan, menjadi bahan penting untuk menyusun penelitian. Seperti sedayung dua gunung, penelitian ini berhasil saya rangkum dengan baik dan insyaAllah akan saya jurnalkan.
Kisah kasih selama KKN
Berat? Enggak, mengeluh itu dilarang. Tidak ada yang berat. Hanya saja, KKN DR sendiri itu bisa menyebabkan seperti mobil kehabisan bensin. Di minggu kedua, saya mulai runtuh. Lesu. Dan lelah. Espektasi dan progress yang saya jalankan, ternyata cukup menyedot energi yang lumayan. Dari membikin pengumuman, flyer, menjadi pembicara, mengaajar, hingga membikin sertifikat acara, bahkan laporan mingguan, itu sungguh 'masyaAllah'.
Hanya keberadaan teman-teman sesama KKN yang jauh di tempatnya masing-masing, berjuang masing-masing tanpa ada mengeluh dan pantang nyerah, satu-satunya alasan untuk malu berhenti. Mulai saja, jalani dan temukan momennya. KKN DR kali ini, merupakan wajah baru yang menarik.Â
Di saat banyak orang yang mendera ronta dengan keluhannya atas covid 19, masih ada banyak yang bisa disyukuri dan memiliki banyak hikmah. Covid 19 bukan satu-satunya alasan untuk hanya tidur dan berdiam meratapi nasib di kamar, tetapi memamfaatkan peluang apa yang bisa dilakukuan, akan menciptakan sesuatu yang dapat disyukuri melalui cobaan yang Allah berikan ini.
Semoga covid lekas selesai, kami rindu senyum dunia dan berjabat tangan tanpa takut-takut.
Jakarta, 16 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H