Mohon tunggu...
Maia Kayla
Maia Kayla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Airlangga University public health student

Student PH UA

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Demam Berdarah di Indonesia: Tantangan, Strategi, Pengendalian, dan Peran Kesehatan Masyarakat

17 September 2024   20:38 Diperbarui: 17 September 2024   20:44 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue ini menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, dan prevalensinya cenderung meningkat, terutama pada musim hujan. Negara dengan iklim tropic dan subtropic memiliki resiko tinggi penularan penyakit demam berdarah ini. Setiap tahun, ribuan kasus dilaporkan di berbagai wilayah, menimbulkan beban ekonomi dan sosial yang cukup besar bagi masyarakat dan pemerintah. Berbagai bidang ikut serta dalam pengendalian DBD tidak hanya terletak pada faktor lingkungan yang mendukung perkembangbiakan nyamuk, tetapi juga pada kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam upaya pencegahan. Peran kesehatan masyarakat menjadi sangat penting dan perlu memperhatikan lebih dalam menghadapi tantangan ini, baik melalui edukasi, pemberdayaan masyarakat, hingga penerapan strategi pengendalian yang efektif dan berkelanjutan.

        Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor DBD utama karena mereka berkembang biak di air yang tergenang daripada di tanah. Aedes aegypti dapat menghasilkan antara 100 dan 200 telur per telur. Proses dari telur menjadi nyamuk Aedes dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga sepuluh hari. Sangat penting untuk melakukan pengendalian vektor karena vektor berfungsi sebagai media transmisi penyakit dengue fever, yang membawa virus dengue ke tubuh manusia sebagai host, menyebabkan penyakit dengue fever muncul. Jika populasi Aedes sebagai vektor DBD ditekan dan penyebarannya berkurang, jumlah media transmisi DBD akan berkurang. Penurunan jumlah kasus DBD adalah hasil akhir yang diharapkan. Rendahnya kemampuan dalam mengantisipasi kejadian DBD antara lain disebabkan karena waktu, tempat dan angka kejadian belum dapat diprediksi dengan baik, belum tersedianya indeks dan peta kerentanan wilayah berdasarkan waktu kejadian, serta belum tersedianya model prediksi kejadian penyakit DBD yang dapat diandalkan. Dalam rangka antisipasi dan adaptasi dampak perubahan iklim terhadap kejadian DBD perlu suatu model matematika untuk memprediksi kejadian DBD satu bulan ke depan selama satu tahun sehingga dapat digunakan sebagai peringatan dini terhadap kejadian DBD.

       Peran masyarakat sangat penting untuk memerangi demam berdarah, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah salah satu tindakan penting yang dapat dilakukan masyarakat. Ini membutuhkan tindakan 3M: membersihkan, menutup, dan mendaur ulang barang-barang yang berpotensi menampung air, tempat nyamuk berkembang biak. Selain itu, pemerintah memiliki program "fogging" untuk membasmi nyamuk dewasa, di mana masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif. Selain itu, sosialisasi dan edukasi di lingkungan sekitar tentang bahaya dan pencegahan demam berdarah dapat meningkatkan kesadaran kolektif. Untuk memastikan bahwa air tidak tergenang, masyarakat dapat memantau jentik berkala di rumah dan lingkungan. Keterlibatan aktif warga dalam menjaga kebersihan lingkungan, mengawasi jentik, dan mendukung inisiatif pemerintah atau tenaga kesehatan akan membuat pengendalian demam berdarah lebih efektif. Untuk melindungi kesehatan masyarakat secara keseluruhan dan mengurangi jumlah kasus, sangat penting untuk bekerja sama. Jadi, demam berdarah masih menjadi masalah besar bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Untuk mengendalikan penyebarannya yang cepat, terutama selama musim hujan, diperlukan pendekatan pengendalian yang terintegrasi. Tenaga Kesehatan berperan melakukan survei pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging, vaksinasi, dan kampanye pendidikan adalah strategi yang sangat penting. Namun, pengendalian penyakit ini bergantung pada tindakan pemerintah serta partisipasi masyarakat yang aktif dalam menjaga lingkungan dan mengikuti program kesehatan. Pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat harus bekerja sama untuk membuat lingkungan lebih sehat dan aman bagi semua.

KATA KUNCI : Berdarah, Demam, Kesehatan, Masyarakat, Peran

DAFTAR PUSTAKA

Manullang Evida V.,M. H.,2023. DETEKSI DINI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN PENGENDALIANNYA DI INDONESIA 2023. Jakarta : Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementrian Kesehatan RI (Infodatin)

Kemenkes. 2022. AYO CARI TAU APA ITU DEMAM BERDARAH. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/608/ayo-cari-tahu-apa-itu-demam-berdarah.[online]. (diakses tanggal 13 September 2024)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun