Mohon tunggu...
Maia Poespasari
Maia Poespasari Mohon Tunggu... Ibu erte -

only an ordinary women

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tidak Ada yang Namanya Kebetulan

8 November 2016   14:35 Diperbarui: 8 November 2016   14:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sering kita mendengar kalimat kalimat seperti ini. “Eh, kebetulan banget ya kita ketemu disini” atau ketika kita memuji seorang teman yang baru saja kelimpahan rejeki dan kemudian jawabannya seperti ini “ ah…semua hanya kebetulan…kebetulan ketemu teman lama…kebetulan olehnya di beri proyek kerja…kebetulan proyeknya goal/berhasil dan kebetulan rejekinya dapat. Lagi lagi kata kebetulan sering sekali terselip  di segenap percakapan kita atau yang kita dengar dari percakapan orang lain.

Tahukah kalian bahwa tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Bahwa semua telah diatur dengan sangat sempurna oleh Sang Maha Pencipta. Bahkan saya bisa dengan pasti menyebutkan bahwa kata kebetulan itu adalah kata mendua…artinya kita menduakan Sang Pemilik Kehidupan. Menganggap bahwa dengan kapasitas akal kita yang sedikit dan terbatas ini{jika dengan memakai kata kebetulan } maka kebetulan ini sama dengan ini terjadi begitu saja. Bahwa tidak ada keteraturan perjalanan hidup yang sebenarnya sudah digariskan olehNya. Bahwa ketika bertemu teman yang memberi proyek kerja dan membuat kelimpahan rejeki itu hanya kebetulan padahal itu karena kehendakNya.

Dapatkah dipahami bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan dengan sangat baiknya. Bahwa manusia manusia yang menghuni bumi ini telah diketahui oleh Allah segala perjalanan hidupnyabahkan jauh sebelum mereka ada di muka bumi ini dan berkembang biak seperti sekarang.

Dapatkah dimengeti bahwa setiap langkah kita dituntun oleh Allah sesuai dengan niat dan itikad kita. Baik niat dan itikad maka baik juga jalan yang terbuka untuk kita demikian juga sebaliknya. Dan bahwa pertemuan dengan orang orang tertentu dalam hidup kitayang bisa membawa kita kepada hal hal baik maupun buruk adalah semata mata atas kehendakNya dan bukan terjadi begitu saja sebagaimana sangkaan kita.

Akal kita yang terbatas memang membuat manusia menjadi menggampangkan hikmah dibalik segala peristiwa yang terjadi di hidup mereka…d hidup kita. Seandainya mereka menelusuri lebih jauh dan mulai memahami maka niscaya kita akan tau bahwa segalanya telah diatur dengan sangat sempurna sesuai dengan kebutuhan kita dan bukan dengan keinginan kita. Apesnya manusia lebih mengedepankan keinginan dibanding melihat hikmah diberi peristiwa yang mungkin melenceng dari rencana dan perkiraan kita.

Jadi mulailah memahami segala peristiwa sebagai sebuah aturan dan kehendak dariNya sembari mencoba menyelami hati agar dapat iklas dan tawakal jika sekiranya segala keinginan tak dapat terakomodir pada saat kita hidup di dunia.

Salam hangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun