Sebab kita tak tahu, tampilan Pak Cholid pun kata-katanya bisa saja hanya costplay. Di balik itu, ia tak "sekere" yang kita pikirkan. Buktinya, cara bicaranya pun gesture gak terlihat beliau gugup---kalau memaksaan disebut nelayan biasa.
Kesimpulan awal saya, beliau orang biasa dan terbiasa berbicara di ruang public. Entah di organiasi, komunitas, maupun di riwayat pendidikannya. Daya bacanya pun bagus. Seperti yang beliau katakan, ilmu tergantung pada orangnya. Teko tergantung apa isinya, otak pun begitu. Begitu kata pribahasa.
Kemunculan Pak Kholid tentu saja anugerah buat kita terkait kesadaran literasi. Melek litersi itu hak semua orang. Tak kenal kelas sosial, profesi, dan tempat. Semoga kita tidak lagi melihat ilmu dari pakaian. (**)
Pandeglang, 7 Januari 2025 Â 11.06
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI