Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seputar Cerewetnya Isteri dan Wanita Bukan Isteri

10 Januari 2025   00:20 Diperbarui: 10 Januari 2025   00:50 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Ini bukan fiksi, bukan pula kisah epik. Tentang cerewet dan itu sebagian besar kaum wanita. Maaf, ini sekedar asumi belaka.


Di pagi yang menjelang siang itu aku belanja, pulangnya aku mampir ke tukang bakso Mang Udin---biasa kami memanggil. Ternyata pembelinya cukup ramai dan rata-rata kaum ibu dengan anaknya. Aku laki-laki semata wayang di sana, jadi aku tetap singgah. Aku ingin membeli bakso mentah sebagaimana perintah Emak karena Emak pengen masak sup yang ada baksonya. Jadi masukklah aku ke sana.

Hujan di luar masih deras dari semalam, aku yang tadinya gak mau makan bakso pun akhirnya merasa lapar. Perutku sudah terisi pas pagi tapi karena dingin menyergap jadi aku pun lapar lagi. Yang aku pikirkan bukan makan bakso nya, tapi aku berpikir cukup tidak uang di tas-ku. Uangnya terkuras pakai belanja dan semua terkumpul rapi di motor.

Sepanjang menunggu itu aku iseng-iseng bertanya ke si Mbak tukang bakso-nya, ke mana Mang Udin. Lagi di atas katanya, kataku lagi istirahat mungkin, ya katanya. Walau gak sampai nanya balik, 'kok tahu', gak ada. Wajarlah kataku, karena dari semalam, mungkin dari jam 2 atau tidak belum tidur. Jadi nanti gentian tidurnya, si mbak nanti setelah dzuhur istirahat.

Dan si Mbak pun nyerocos seperti kereta api yang sedang berjalan, "Apa aa, dia mah bangun pukul dua, lah saya dari jam satu loh," ceritanya sambil sibuk meracik pesanan bakso. "Lah saya duluan bangun terus merebus air panas, motongin sayuran, lah dia langsung ke pasar saja. Selanjutnya nanti buat bakso. Apa lah, laki-laki mah pengen enak saja," lanjutnya membuat aku tersipu heran, kok curhat, ya?

Begitulah akhirnya Mbak itu berkisah sambil terus kerja, sambil melayani dan saya menunggu karena hujan masih deras dan perut sudah lapor karena lapar. Kata-kata si Mbak itu pada jadinya membuat saya makin lapar, karena saya butuh makan bukan curahatan hati. Biarlah ia dengan kesal sama suaminya, saya gak mau tahu kalau pun tanya cuma iseng. Seperti kebanyakan kita ketemu orang di Pasar, terus kita bilang, lagi belanja kak, padahal ya gak tahu apa, pasar itu tempat apa. Ga mungkin tempat tebar pesona. Masih nanya?! Hiks.

Seorang istreri paling jago memang menceritakan kelakuan suaminya, laki-laki. Kalau kamu ingin tahu kelakuan laki-laki berkeluarga gak usah sulit-sulit menyewa detektif, sederhana saja, cari isterinya suruh cerita pasti kamu akan disuguhi fakta-fakta menggelikan seputar suami di mata isterinya. Kalau kamu tanya siapa yang banyak bobo di rumah siapa, pasti suami biasanya yang tertuduh. Kalau ditanya, siapa yang sering bangun awal dan tidur paling akhir pasti jawabnya isterinya. Pun kamu tanya siapa yang sering ganggu bobo malam isterinya pasti mudah terjawab. Bahkan ditanya siapa yang paling menyebalkan menjaga kebersihan, akan terbaca semuanya.

Dan saya, entah beruntung atau tidak, sering dan pernah jadi tempat curhat itu. Entah soal receh, soal remeh, soal ekonomi sampai soal ranjang yang tak lagi sepanas dulu. Ampun dah ah, curhat yang bikin ngiler dikira saya tak normal apa pendengarnya. Hihi. Selebihnya kadang bingung mau komentar apa, ditanggapi takut salah dan diam juga takut tak mendengarkan. Biasanya saya senyum sok manis untuk menutupi kebingungan saya,

Pertanyaanya, ketika wanita rewel itu apa normal?

Saya tidak tahu jawaban pastinya karena saya bukan dokter pun psikolog yang mampu menganalisis seputar itu. Sejauh yang saya tahu, itulah luapan rasa dan kekesalan yang menumpuk di jiwanya. Wanita di antara manusia yang pintar menyembunyikan rasa dan seabgrek keluhnya, tapi giliran ada momennya maka itu seperti bendungan Situ Gintung yang jebol itu, brosss, dan air bah muncrat ke segala arah.

Tak peduli rumah Pak RT, ia terjang. Tak peduli rumah Pak kiai, Ustaz, pendeta, room atau biksu pun ia pasti melumat. Bahkan rumah Presiden pun ia gusur tak pedulis segarang apa pasukan paspamres yang terkenal galak, berani dan terlatih. Mana peduli, intinya bendungan itu harus kosong secepatnya pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun