Sehat-sehat di sana Pak ya, sekarang makin sibuk saja. Berkunjung ke satu negara pindah ke negara lain demi menjaga hubungan baik juga demi kepentingan politik-ekonomi pastinya.
Tapi Pak, tulisan ini bukan untuk memahas itu. Biarlah itu bagian mereka yang ahli di bidangnya. Saya mah jujur saja, menulis ini tertantang oleh kekasih saya supaya meminjam helikopter ke bapak.
Baikklah, biar saya ceritakan.
Saya punya kekasih, orangnya manis dan kadang suka ngambek (haduh keceplosan). Ceritanya kami LDR, eh aslinya LDR. Saya di ujung barat Pulau Jawa dan ia di ujung timur Pulau Jawa. Cinta yang terpisah jarak, cinta berat di ongkos begitu kami sering bergurau menertawakan kemampuan saya yang belom apel ke sana.
Ia sering merengek ke saya, katanya kapan ke sana. Dua tahun bersama kami memang belum pernah ketemuan. Dulu memang sempat mau terjadi, qodarullah gagal deh. Hempas di telan ketidakpastian. Bisa bapak bayangkan betapa rindu kami kian hari kian meradang.
Penantian yang entah bagaimana kami harus memaknainya. Memendam rindu itu sesak banget, Pak. Seperti apa ya, mungkin seperti ada sesutatu yang merasuk ke dasar jiwa dan kita gak tak kuasa menolaknya.
Untuk itu kata saya, saya akan pinjam Helikopter ke bapak buat apel kepada kekasih saya itu. Ya, itung mengobati rindu juga meyakinkan dirinya saya memang serius dengannya. Saya tak ingin ia merasa sendiri, merasa semua yang kami perjuangkan sia-sia dan semua hanya khayalan belaka.
Tulisan ini jadi saksi, bahwa saya serius. Walau pun tak sampai ke bapak, tak jua terbaca apalagi dikabulkan keinginan sederhana saya itu. Ya, bagi bapak sederhana pastinya, tidak untuk kami pak, dua hati yang terpisah jutaan kilometer bersabar semoga ada hari cerah besok. Semoga ada titik ajaib.
Padahal ya, pak, saya gak bisa juga mengendarai helikopter. Nekat banget kalau sampai pinjam. Haha. Lucu banget deh, tapi bukannya begitu ya dinamika cinta selalu ada hal yang terlihat musykil di mata para pecinta itu hal mungkin terjadi.
Apalagi tahu gak Pak (pastilah gak tahu) karena lama menjalani hubungan yang entah berakhir ke mana, saya dapat kabar cukup merusak pikiran saya, yakni ia bakal dijodohakan. Saya kok merasa gimana ya, mau menyalahkan siapa, ya gak ada yang harus disalahkan. Giliiran saya ditantang keluarganya, justeru saya yang ciut duluan. Klise banget dah kisah cinta saya.