Salmon terkenal ikan yang unik. Tinggal di lautan tapi menelurkan buihnya di arus sungai yang tawar. Uniknya juga ketika akan bertelur akan kembali di mana dulu ia lahir. Meskipun ratusan kilometer ditujunya.
IkanIa akan kembali bertaruh nyawa. Bahkan menantang arus demi terjaga ekosistemnya. Meski pun ancamannya ia dimakan hewan lain tapi Salmon menyadari dengan semua itu makanya ia berpasrah dengan ujiang panjangnya
Itu kok seperti kita ya.
Aku berusaha menjadi orang yang sama, sama seperti kita awal saling kenal. Aku akan berusaha seperti itu menjadi seseorang yang buat kamu nyaman. Meski waktu berlari begitu cepat, aku tetap melambat memahami dirimu.
Ada saat aku merasa kamu jadi yang lain. Aku heran, kenapa ini bisa terjadi. Terjadi tanpa aku pahami. Mungkin kamu lelah, mungkin kamu bosan atau ini cara kamu menegur sikapku yang tak lagi sehangat dulu. Mungkin saja aku tak menyadarinya.
Ketika aku berlari mengejar titik di mana kita satu langkah, kamu diam menunggu. Diam dengan tatapan lembut, senyum manis dan peluk hangat. Tak sepatah kata pun terujar, kamu hanya menatap bola mataku. kamu melihat sisa lelahku. kamu menatap pijar asaku. Kamu merengkuh lelahku.
Aku, salting di buatnya. Di tatap bola hitam dengan pesona purnama, lesung bulat bak mutiara dan senyum indah seumpama untaian bunga tanpa cela. Aku mematung dengan cemasku, raguku dan seabgrek tanya di dasar hatiku.
Ikan salmon memang istimewa mengajarkan, demi terjaga ekosistem. Jaga malu berbeda. Berbeda jangan malu karena itu warna. Bukan seberapa jarak jauh memisahkan tapi bagaimana menanamkan percaya di dalamnya. [*]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H