Mohon tunggu...
Mahyu Annafi
Mahyu Annafi Mohon Tunggu... Lainnya - Guru Ngaji

Hamba yang sedang belajar menulis, suka membaca dan menelaah berbagai pemikiran. Saya condong menulis ke dunia pendidikan, metal dan isu sosial. Angkatan ke 38 di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) di Serang. Sehari-hari berdagang dan menulis di blog.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Obrolan Saya dengan Mang Muhi Soal Problematik Oknum Agamawan

10 September 2024   15:53 Diperbarui: 11 September 2024   22:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin saya berbincang dengan Mang Muhi, bisa dikatakan ia ustaz muda di kampung saya. Kami ngobrol masalah ringan. Misalnya banyak oknum berkedok agama, yang ternyata sudah menjamur ke berbagai pelosok. Sampai pada soal yang cukup berat, yakni soal kemunduran Islam.

Di kampung sebelah ditangkap seorang kiai muda yang menggauli adik isterinya. Entah gimana ceritanya, kasus ini mencuat. Kiai muda itu tertangkap basah lagi sama adik iparnya. Pelaku pun sudah ditangkap pihak berwajib. Memang sempat menolak mengaku laku bejatnya karena mau disterum pihak berwajib, baru ia mengaku.

Padahal kata Mang Muhi, kiai itu sedang naik daun. Ia punya santri yang cukup banyak, pria-wanita. Kitab yang dikaji pun cukup berat untuk ukuran kampung, baik fiqih, tafsir sampai tasawuf pun intens dikaji. Namun apa guna, syahwat mengancurkan reputasi baiknya.

Di dekat Cadasari pun ditangkap seorang kiai yang "dianggap sesat". Bagaimana tidak, seorang kiai yang seharusnya menjadi teladan dalam praktek beragama, lah dia mengotori itu. Tak sedikit santriwatinya dirudapaksa olehnya. Kabarnya, selama ini dia tinggal serumah dengan isterinya, diduga itu bukan isterinya karena tak pernah ada akad nikah!

Kalau bicara keilmuan, kiai ini rajin ikut sorogan kajian kitab Abuya Muhtadi di Cidahu. Tiap penentuan lebaran pun ia selalu manut pada Abuya. Rajin puasa dan ritual lainnya. Banyak yang ngalap berkah ke dia. Kabarnya, tak sedikit yang menyebutnya Abuya pula.

Siapa sangka, semua tabir terbuka. Ada korbannya yang berani melaporkan ke pihak kepolisian. Lucunya, pernah ia ditangkap polisi, nginap semalam di jeruji besi dan besok bebas, melanggeng ke rumahnya. Makanya, banyak korban agak takut melaporkan pelaku. Pastinya bakal mendapat intimidasi juga tekanan.

Syukurnya, kembali ditangkap dengan kasus yang sama. Saya sendiri sempat mempertanyakaan kenapa gak ada pers melaporkan di media. Katanya itu sengaja "tidak diangkat media" karena suruhan tokoh sepuh agama di Banten agar tidak jadi preseden buruk di mata masyarakat dan menjadi kegaduhan.

Soal pers dibungkam ini sebenarnya saya kurang setuju. Pers itu kan untuk memberi informasi kepada masyarakat. Biarkan masyarakat tahu apa adanya informasi itu. Dengan tahu nanti lebih waspada jika ada indikasi tokoh agama cabul bisa langsung dilaporkan ke pihak berwajib. Hal seperti ini bisa jadi edukasi pada orang awam agak tidak takut dengan oknum yang kadang berkedok kesucian.

Kami pun sempat sedikit membahas kitab Hikam-nya Ibnu Atthoilah. Namun ada hal yang agak berlebihan Mang Muhi memahaminya. Misalnya soal rejeki. Ia menceritakan di kitab Hikam disebutkan hakikat sesuatu itu dari Allah. Ulama Sufi meyakini ini dengan mutlak.

Mang Muhi mencontohkan, ada seorang santri yang pamit ke kiainya mau pulang karena ia kehabisan bekal. Gurunya tentu mengijinkan. Santri ini pulang karena ia yakin orang tuanya punya uang yang bakal ia minta untuk bekal di pondok. Di sini, kata Mang Muhi, jelas santri itu telah musyrk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun